Diabetes merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, yang lama kelamaan bisa menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Jenis diabetes yang paling umum adalah diabetes tipe 2, yang biasanya terjadi pada orang dewasa ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin.Â
Dalam 30 tahun terakhir, prevalensi diabetes tipe 2 telah meningkat secara signifikan di negara-negara dengan berbagai tingkat pendapatan. Diabetes tipe 1, yang dulu dikenal sebagai diabetes yang bergantung pada insulin, adalah kondisi kronis di mana pankreas tidak menghasilkan insulin atau hanya menghasilkan sedikit insulin. Bagi penderita diabetes, akses terhadap pengobatan yang terjangkau, termasuk insulin, sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Prevalensi penderita diabetes mellitus di Asia Tenggara mencapai 78,3 juta orang. Di antara negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia adalah satu-satunya negara yang masuk dalam daftar 10 besar dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia, yaitu sebanyak 19,5 juta orang. Pada tahun 2018, Gorontalo merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan peningkatan prevalensi tertinggi sebesar 0,9%, selain Riau, DKI Jakarta, Banten, dan Papua Barat (Riskesdas, 2018). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mencatat bahwa jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2020 sebanyak 3.908 orang, meningkat signifikan menjadi 17.895 orang pada tahun 2021, dan mencapai 13.678 orang pada tahun 2022. Di Kabupaten Gorontalo sendiri, terdapat 1.964 penderita.
Tingginya kasus diabetes mellitus di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor keturunan atau genetik. Jika anggota keluarga memiliki riwayat diabetes mellitus, risiko seseorang terkena diabetes akan meningkat. Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh ketidakmampuan tubuh dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat pankreas yang tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh yang tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, sehingga kadar gula darah meningkat. Hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat merusak sistem tubuh dan menyebabkan komplikasi.
Penatalaksanaan diabetes mellitus (DM) memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Sebuah artikel menjelaskan, "Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemik oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.
Penanganan yang tepat terhadap penyakit diabetes mellitus sangat diperlukan. Penanganan Diabetes mellitus dapat dikelompokkan dalam lima pilar, yaitu edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi farmakologis, dan pemeriksaan gula darah. Berdasarkan hasil penelitian oleh Haida, Putri, & Isfandiari pada tahun 2013, menunjukkan ada hubungan antara penyerapan edukasi dengan rata-rata kadar gula darah. Mereka menemukan bahwa edukasi yang baik dapat membantu mengontrol kadar gula darah.Â
Selain itu, ada hubungan antara pengaturan makan dengan kadar gula darah. Pengaturan makan yang baik dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Selanjutnya, mereka juga menemukan bahwa olahraga teratur dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Kepatuhan terhadap pengobatan juga memiliki hubungan dengan kadar gula darah. Keberhasilan pengelolaan diabetes melitus membutuhkan partisipasi aktif dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan terkait, dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan dalam perubahan perilaku, diperlukan edukasi yang komprehensif.
Pertama, Edukasi dengan upaya pencegahan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM yang terdiri dari materi edukasi tingkat awal yang dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer, Materi edukasi pada tingkat lanjut yang dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder dan Tersier dan Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus.
Kedua, Terapi Nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM secara komprehensif. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu seperti Komposisi Makanan yang dianjurkan dan Kebutuhan kalori.
Ketiga, Latihan Fisik selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 -- 70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Pemeriksaan glukosa darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien dengan kadar glukosa darah < 100 mg/dL harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan fisik.
Keempat, Terapi Farmakologis atau obat-obatan diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Dan Kelima Pemeriksaan Gula Darah.Â
Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu tantangan kesehatan terbesar yang dihadapi masyarakat modern. Dengan prevalensi yang terus meningkat, sangat penting untuk memahami dan menerapkan strategi pengelolaan yang efektif. Melalui penerapan 5 pilar utama---pola makan sehat, aktivitas fisik, pemantauan gula darah, pengobatan yang teratur, dan edukasi berkelanjutan---penderita diabetes memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengelola kondisi mereka dengan baik.Â
Penerapan kelima pilar ini membutuhkan komitmen dan disiplin, namun manfaat yang diperoleh sangatlah besar. Dengan dukungan tenaga medis, keluarga, dan komunitas, penderita diabetes dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam kesehatan mereka. Penting untuk selalu ingat bahwa hidup sehat dengan diabetes adalah perjalanan panjang yang memerlukan usaha terus-menerus. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, hidup dengan diabetes dapat menjadi lebih terkelola dan penuh dengan potensi positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H