Mohon tunggu...
FARAH ATHA SAFIRA
FARAH ATHA SAFIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Pelajar/Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi dan Efektifitas Utang Luar Negeri dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Kota

2 Juni 2024   18:13 Diperbarui: 2 Juni 2024   18:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Utang luar negeri merupakan total dari seluruh pinjaman secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun bentuk aktiva lainnya. Selain itu, untuk mengalirkan dana dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang untuk merealisasikan pembangunan untuk mendistribusikan pendapatan (Todaro, 1998). Secara teoritis utang luar negeri dapat diterangkan melalui pendapatan nasional. Utang luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, utang luar negeri juga dibutuhkan untuk menutupi 3 defisit, yaitu kesenjangan investasi, defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan (Basri dalam Wibowo, 2012). Utang luar negeri merupakan pinjaman yang diperoleh sebuah negara dari pihak asing, termasuk pemerintah negara lain, lembaga keuangan internasional, bank komersial, dan pasar modal global.

Negara berkembang seperti Indonesia yang sedang melakukan pembangunan di segala bidang terhambat pada faktor pendanaan. Untuk mempercepat gerak pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, maka sumber pendanaan yang digunakan oleh Indonesia adalah salah satunya bersumber dari utang. Penggunaan utang sebagai salah satu sumber pendanaan dalam mempercepat pembangunan nasional digunakan karena sumber pendanaan dari tabungan dalam negeri jumlahnya sangat terbatas, sehingga sebagai sumber pendanaan, utang khususnya utang dari luar negeri sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan dalam pembangunan. 

Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu alternatif biaya pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Ramadhani, 2014). Disamping itu, utang luar negeri memainkan peran penting dalam mendukung kebijakan makroekonomi ketika sebuah negara mengalami krisis ekonomi atau kekurangan neraca pembayaran. Misalnya, dalam situasi krisis keuangan, utang luar negeri dapat menyediakan likuiditas yang sangat dibutuhkan untuk menstabilkan nilai tukar mata uang, menjaga stabilitas cadangan devisa, atau mengatasi inflasi yang meningkat. Dalam kasus ini, pinjaman dari institusi seperti IMF atau badan donor multilateral biasanya disertai dengan dukungan teknis dan dorongan untuk reformasi kebijakan yang bertujuan memulihkan kestabilan ekonomi.

Pada level strategis yang lebih luas, utang luar negeri juga berfungsi untuk memperkuat hubungan internasional antarnegara dan dengan organisasi internasional. Melalui negosiasi utang, negara peminjam bisa mempererat kerjasama dengan kreditor atau entitas internasional, sering kali membuka jalan bagi kerjasama lebih lanjut di bidang ekonomi, teknis, dan sosial. Manfaat jangka panjang dari kerjasama tersebut meliputi akses ke teknologi terbaru, kesempatan pelatihan, dan peningkatan kapasitas, yang semuanya mendukung transformasi sosial dan ekonomi berkelanjutan di negara peminjam.

Dilansir dari Bank Indonesia, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar 407,3 miliar dolar AS, atau tumbuh 1,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yang tumbuh 0,2% (yoy). Peningkatan tersebut terutama bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral. Perkembangan posisi ULN juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang global, termasuk Rupiah.

Menurut Triboto (2001) terdapat beberapa jenis utang luar negeri yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu berdasarkan waktu pinjaman, bentuk pinjaman, sumber dana, dan berdasarkan syarat pinjaman.

Berdasarkan waktu pinjaman :

  • Pinjaman jangka pendek, pinjaman dalam jangka waktu sampai dengan 5 tahun.
  • Pinjaman jangka menengah, pinjaman dalam jangka waktu 5-15 tahun.
  • Pinjaman jangka panjang, pinjaman dalam jangka waktu diatas 15 tahun.

Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima :

  • Bantuan Proyek, bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan pembiayaan dan pengadaan barang/jasa proyek - proyek pembangunan.
  • Bantuan Teknik, yaitu berupa pengiriman tenaga ahli dari luar negeri atau tenaga Indonesia yang dilatih di luar negeri.
  • Bantuan Program, bantuan untuk tujuan-tujuan yang bersifat umum dan penerimannya bebas memilih penggunaan sesuai pilihan, yaitu berupa pangan misalnya dalam rangka PL 480 atau dalam bentuk devisa kredit.

Berdasarkan sumber dana pinjaman :

  • Pinjaman Multilateral, pinjaman yang sebagian besar diberikan dalam satu paket pinjaman yang telah ditentukan, artinya satu naskah perjanjian luar negeri antara pemerintah dengan lembaga keuangan internasional untuk membina beberapa pembangunan proyek pinjaman multirateral ini kebanyakan diperoleh dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (BPD), Bank Pembangunan Islam (IDB), dan beberapa lembaga keuangan regional dan internasional.
  • Pinjaman Bilateral, Pinjaman yang berasal dari pemerintah negara-negara yang tergabung dalam negara anggota Concsultative Group On Indonesia (CGI) sebagai lembaga yang menggantikan kedudukan IGGI. Pinjaman bilateral pemerintah Indonesia bersumber dari antara lain :
  • Pinjaman lunak
  • Pinjaman dalam bentuk kredit ekspor
  • Pinjaman dalam bentuk kredit komersial
  • Pinjaman dalam bentuk installment sale financing
  • Pinjaman obligasi

Utang luar negeri memiliki dampak yang besar terhadap ekonomi Indonesia, dengan konsekuensi yang bisa dilihat dari sisi positif dan negatif. Secara positif, utang luar negeri berkontribusi pada pengembangan ekonomi dan meningkatkan tabungan dalam negeri. Pada jangka pendek, utang ini membantu pemerintah Indonesia menangani defisit anggaran yang terjadi karena pengeluaran rutin dan pembangunan yang besar.

Namun, dampak negatifnya cenderung lebih besar. Utang luar negeri berpotensi memicu krisis ekonomi yang semakin parah dan berkepanjangan. Pembayaran utang yang meningkat setiap tahun memberatkan beban pemerintah Indonesia, sehingga alokasi APBN untuk pembangunan menjadi terbatas. Dalam jangka panjang, utang luar negeri ini berisiko menyebabkan berbagai masalah ekonomi di Indonesia, seperti penurunan nilai tukar rupiah dan ketergantungan yang meningkat terhadap bantuan dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun