Assalamu'alaikum teman-teman, selamat pagi. Semoga dalam lindungan-Nya. Tulisan ini dibuat atas dasar kegelisahan diri karena ternyata penulis sudah terlalu lama asik sendiri. Awalnya, penulis berpikir bahwa penulis adalah sosok extrovert karena sejak kuliah, penulis bergabung dibanyak kegiatan sosial dan ketika mengisi tes MBTI pertama kali di 2019 mendapatkan hasil ENTJ, namun seperti yang pernah penulis ceritakan di artikel sebelumnya mengenai penemuan jati diri (self) dari tahajjud, penulis menemukan beberapa hal mengejutkan, didasarkan dari beberapa tes kepribadian penulis selain MBTI, seperti 16pf, big five, DISC, holland (masuk ke tes minat), VIA strength, 9 kecerdasan Gardner dan MBTI.
Hasil kepribadian di atas menyiratkan bahwa penulis memiliki tipe kepribadian introvert yang juga memiliki bakat di bidang interpersonal. Hal ini yang sempat menjadi kontradiksi dalam diri penulis selama beberapa waktu, penulis awalnya tidak percaya, namun mendapat kesaksian dari teman-teman, dan teman ibu di masa kecil, banyak orang di sekitar penulis mengatakan bahwa penulis merupakan sosok pendiam dan pemalu. Beberapa teman bahkan memberikan label langsung bahwa penulis adalah orang introvert.
Sebenarnya, tipe kepribadian ini pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan psikologi, Carl Gustav Jung. Kepribadian ini sering kali disalah persepsikan oleh orang umum. Beberapa persepsi yang biasanya muncul adalah
- Orang introvert cenderung diam karena punya masalah atau memiliki niat buruk
Penulis sebenarnya nyaman dengan diri penulis yang cenderung diam, meski penulis sangat suka bersama orang-orang, namun terkadang orang-orang di sekitar penulis memberikan penafsiran yang berbeda, justru mencurigai penulis. Padahal penulis hanya membutuhkan waktu yang tepat untuk berbicara atau memberikan opini, tapi hal yang menyebalkan adalah ketika momen itu ada, namun orang-orang tiba-tiba berganti topik.
- Orang introvert tidak tahu cara bersenang-senang
Banyak orang di sekitar penulis yang memberikan persepsi terhadap penulis, bahwa penulis adalah orang yang sangat serius, padahal penulis sedang bersenang-senang dengan kerseriusan penulis, Maksudnya? Penulis justru bersenang-senang dan refreshing ketika mulai menulis, membaca, menggambar, mendengarkan podcast. Penulis merasa diri penulis bermakna ketika melakukan hal-hal tersebut yang mungkin bagi banyak orang adalah hal yang membuat stres.
Setelah merenungi beberapa hal, kemungkinan besar ini memang benar adanya, kenapa? Sejak kecil penulis sering malu jika bertemu dengan banyak orang, bahkan saat hari raya idul fitri tiba, biasanya penulis berkumpul di rumah nenek kakek, namun jika nenek kakek kedatangan banyak tamu, penulis akan bersembunyi di kamar atau kamar mandi sampai seluruh tamu pulang,Â
penulis juga tidak suka disorot, ketika di kelas (saat kuliah) penulis memiliki jawaban atas pertanyaan dosen atau penulis henda bertanya, penulis berusaha agar tidak menjadi sorotan dan tidak menonjol (meski menurut kesaksian teman-teman, penulis orang yang cukup berambisi dan menonjol).Â
Sejak sekolah, penulis sering menghabiskan banyak waktu di kamar dibanding bersama teman-teman, mulai dari mengerjakan tugas, belajar, bermain sosial media, menonton youtube, membaca buku, membuat podcast, mendesain, menulis blog, buku, naskah film, puisi dan sejenisnya adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, dimana penulis dapat mengekspresikan perasaan penulis tanpa orang lain mengetahui penulis itu sendiri.
Namun, kontradiksi seperti, sifat pendiam, pemalu, namun saat diminta untuk menjadi MC atau presentasi di kelas penulis dapat melakukan tugas tersebut dengan baik, membuat penulis sempat meragukan diri, apa benar penulis benar-benar introvert? Nah, di cognitive function MBTI,Â
penulis banyak menemukan jawaban setelah banyak berdiskusi dengan sahabat penulis yang juga senang mendalami cognitive function MBTI. Cognitive function penulis yang menonjol adalah intuition introverted sebagai dominant function, diikuti feeling extraverted sebagai auxiallary function kemudian thinking introverted sebagai tertiary function dan yang terakhir sensing extraverted sebagai inferior function. Apa artinya? Baiklah, penulis akan menjelaskan kedua fungsi paling menonjol untuk dipahami lebih mudah.
Penulis memiliki kemampuan intuisi paling tinggi, dimana kemampuan intuisi ini berfungsi untuk menghubungkan pola-pola kehidupan, baik dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Penulis sering overthinking sepanjang hidup, menghubungkan sebab akibat dari suatu kejadian, tidak fokus akan masa sekarang karena pikiran penulis seringkali sangat berisik, menerawang ke masa depan.Â
Hal ini cukup menyulitkan penulis, meskipun bermanfaat jika digunakan dalam batas wajar. Penulis mendapatkan manfaat, seperti dapat mengerti diri penulis dengan baik, mengerti tujuan yang hendak dicapai dan berusaha mewujudkannya. Intuisi ini bersifat subjektif karena berada dalam diri penulis, maka penulis cenderung memandang sebuah kejadian sebagai suatu hal yang subjektif. Kemudian, karena intuisi ini berasal dari dalam diri, maka penulis cenderung membuat hasil intuisi (karya seperti tulisan, lukisan dsb) yang tidak mengikuti zaman.Â
Penulis cenderung membuat karya yang tidak relevan dengan masa sekarang karena biasanya cenderung berhubungan dengan masa lalu atau masa depan. Maka dari itu, penulis sering kesulitan jika diminta untuk menulis berita yang aktual atau menulis artikel yang relevan dan sedang booming karena penulis cenderung memiliki fantasi sendiri yang seringkali tidak relevan dengan zaman. Penulis juga lebih menyukai dan menghabiskan waktu untuk bahan bacaan, podcast, video fiksi dan teori-teori abstrak yang seringkali sulit dipahami orang pada umumnya.
 Diikuti fungsi feeling extroverted yang artinya penulis mudah mengerti perasaan orang lain dengan baik (mungkin inilah yang memengaruhi hasil tes kepribadian lain yang menyatakan bahwa penulis memiliki kemampuan interpersonal yang baik). Penulis juga sering membuat keputusan berdasarkan apa yang dirasakan seseorang.Â
Setelah merefleksikan beberapa hal, ini benar adanya. Penulis dengan mudah menebak emosi teman yang sedang marah, kecewa, sedih, dari wajah mereka meski mereka diam. Bahkan seringkali terbayang, dan ketika bertanya apakah dugaan penulis benar, mereka menjawab benar. Selain itu, penulis sering tiba-tiba menangis saat melihat pengemis atau gelandangan dipinggir jalan karena memikirkan ada diposisi mereka, membayangkan kesulitan keluarga mereka dalam mencari uang untuk makan.Â
Fungsi ini juga membantu penulis dalam mengekspresikan ide penulis. Bagaimana ide penulis ini mudah untuk dipahami orang lain secara jelas (banyak dari teman penulis yang mengatakan bahwa penulis cocok untuk menjadi guru atau dosen) mungkin dikarenakan fungsi ini.
Jadi, untuk teman-teman introvert jangan berkecil hati jika pendapat kita seringkali tidak di dengar, jika opini kita seringkali dibungkam bahkan sebelum kita berbicara, ketika kesulitan untuk bekerjasama di kelompok besar atau berbicara di depan umum. Tenang, skill bisa dilatih, jangan jadikan kepribadian sebagai alasan untuk menggunakan fixed mindset, justru dengan mendalami kepribadian kita, kita bisa mengembangkan skill dengan cara unik kita sendiri, dan tentu saja, kepribadian ini tidak memengaruhi 100% kehidupan kita, masih ada faktor lingkungan yang membawa dampak pada diri kita dalam bersikap, pengambilan keputusan, dsb. Selamat berpetualang!
     Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H