Aksi demo mahasiswa merupakan hal yang lumrah dilakukan. Mahasiswa dianggap sebagai bagian yang mengawal roda Pemerintahan. Tetapi apakah tepat apabila Mahasiswa menjadi asal kritik tanpa melakukan kajian mendalam?
Tuntutan kawan-kawan Mahasiswa di beberapa Universitas akhir-akhir ini, agar pemerintah menstabilkan perekenomian negara sangat lucu mengingat kondisi sekarang SANGAT JAUH berbeda dengan kondisi krisis di 98 dimana untuk makan pun sangat susah.
Nyatanya apa yang mereka teriakan jauh berbeda dari kenyataan yang ada.
Mengutip Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari ini (13/9/18) Rupiah terus bergerak menguat hingga berada di level Rp14.794 per dolar AS dan menjadi mata uang yang terbaik di Asia.
Selain itu, berdasarkan data di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) BI, per hari Kamis (6/9/2018) harga bahan pokok saat ini SANGAT STABIL!
Misalnya, harga beras medium per kilogramnya dari Rp 12.100 menjadi Rp 11.650 atau turun 3,71%. Harga Cabai lebih drastis lagi turunnya! cabai merah turun 23,16 % dari Rp. 39.500 menjadi Rp 30.350. Sedangkan harga telur yang kerap dikatakan politisi harganya selangit, turun 2.7% dari Rp. 25.250 ke Rp. 24.550 per kg nya.
Kalau harga tersebut mau diturunkan lagi, Apakah kawan-kawan Mahasiswa kita ini tidak memikirkan nasib para petani kita? Pelaku usaha kecil-menengah kita?
Padahal setiap kebijakan yang dilakukan Pemerintah telah melalui serangkaian analisis mendalam agar semua pihak tidak ada yang merugi.
Kemudian, Persoalan penegakkan demokrasi. Apakah Pemerintah selama ini terbukti membungkam demokrasi?
Pemerintah selama ini saya lihat TIDAK PERNAH mengekang kebebasan berpendapat selama tidak melanggar aturan. TETAPI bebas yang seperti apa??? Tentunya bebas yang bertanggung jawab. Kalau mau bebas sebebas-bebasnya tentu tidak sesuai dengan negara kita yang berdasarkan hukum, yang semua diatur oleh hukum!
Tuntutan-tuntutan yang disampaikan kawan-kawan kita ini juga menurut saya SANGAT TIDAK MASUK AKAL!! tidak logis, dan tidak melalui kajian yang mendalam terlebih dahulu.
Terkesan sangat reaksioner dan mengkritik tanpa solusi. Hanya termakan berita hoax dan terkesan sangat subyektif! Seakan menutup mata dengan kinerja Pemerintah saat ini. Jauh dari semangat aktivis mahasiswa yg mengedepankan PROGRESIFITAS!!
Harusnya ada saran dan solusi membangun yang diberikan oleh civitas akademika. Bukan hanya teriak-teriak turunkan atau ganti Presiden! Apalagi aspirasi tersebut dilontarkan menjelang pemilu yang memberikan kesan 'SANGAT PARTISAN'
Saya jadi menyangsikan kalau mereka bilang tidak ada motif politis melainkan aspirasi murni! Salah satu contohnya adalah beredar foto Ketua Senat Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR), Hengki Primana yang sangat mesra dengan Cawapres Sandiaga Uno seminggu sebelum aksi demo dilakukan dan Sandiaga Uno pun mengisi kuliah umum di kampusnya!! Wallahu a'lam.
Tuntutan mereka yang ingin menurunkan Presiden Jokowi dan bermaksud ingin mengganti dengan Calon Presiden pilihannya juga sungguh melukai nurani aktivis Reformasi 98.
Mungkin para aktivis jaman dahulu seperti Wiji Thukul dan para aktivis Reformasi 98 lainnya yang hilang entah kemana akan menangis di dalam kuburnya, karena justru adik-adik Aktivis-nya hari ini yang ingin mengantarkan pelaku penculikan mereka menjadi Presiden!
Wahai Kawan-kawan Mahasiswa yang masih memiliki akal sehat, Kita HARUSÂ berani menyampaikan aspirasi dengan melihat realita yang sebenarnya dan se-obyektif mungkin, agar bisa memberikan saran yang solutif untuk Pemerintah!
Toh selama ini Presiden Jokowi sendiri terbuka untuk mengedepankan ruang dialog dengan seluruh elemen
Jangan hanya diam silent majority !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H