Indonesia masa kini telah didominasi oleh gelombang hiburan korea selatan (Hallyu) yang mencakup banyak aspek, mulai dari industri musik, perfilman, drama dan masih banyak style lain yg dipuja puji oleh pemuda indonesia. Membahas problematika ini, riset telah membuktikan bahwa netizen Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan jumlah tweet dan jumlah unique authors terbanyak yang membicarakan tentang Kpop di Twitter.Â
Selain itu netizen Indonesia menjadi penyumbang viewers terbanyak untuk Music Video k-group di YouTube. Bahkan berbagai aplikasi online shop saat ini sedang berlomba-lomba mengundang figur k-pop/k-drama sebagai brand ambassador mereka, yg tentu saja tujuannya untuk menarik konsumen dari kalangan pemuda Indonesia.Â
Apakah semua ini menjadi pencapaian yang baik untuk kita semua? Tentu tidak. Ancaman-ancaman tenggelamnya rasa nasionalisme bangsa khususnya bagi para pemuda amat dikhawatirkan dalam kasus ini yang jika terus diabaikan akan berdampak pada menurunnya rasa patriotisme bangsa.Â
Mereka berbangga dengan gaya ala-ala idolanya, yang tanpa disadari ikut serta membudidayakan budaya mereka. Sangat disayangkan, tidak sedikit pemuda yang melupakan, bahkan tidak mengetahui persis budaya negaranya sendiri. Jelasnya, mereka lebih ahli dalam permasalahan yang menyangkut budaya K-pop dibanding negara sendiri.Â
Sebenarnya, jika ditarik kesimpulan, memang Hallyu Korean Wave memang hanya sekedar hiburan. Namun yang amat disayangkan segala kekayaan budaya negara kita ini terbengkalai. Padahal seni budaya Indonesia tak kalah menawan dan unik dibanding yang bangsa lain.Â
Pancasila sebagai dasar negara dan acuan dalam menghadapi tantangan ini. Pancasila memiliki peran amat besar dalam andil menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia.Â
Sayang sekali ketidakpercayaan rakyat akan Pancasila timbul dikarenakan penyimpangan terbesar yang dieksekusi oleh pemerintah itu sendiri yang sejatinya mereka adalah Teladan bagi seluruh masyarakat. Seakan-akan Korupsi Kolusi dan Nepotisme telah menjadi ciri khas negara ini.Â
Bagaimana bisa dikata nasionalisme tinggi sedangkan KKN sendiri adalah penyimpangan terbesar Pancasila? Padahal kita semua tau bahwa pancasila diciptakan sebagai pandangan hidup berdasarkan masyarakat ini sendiri. Lalu apa hubungan semua ini dengan Hallyu yang menyerang habis-habisan negara kita?Â
Eksistensi kepribadian Indonesia ada di tangan para pemuda. Masa depan negara ini ada ditangan mereka. Sedangkan nasionalisme yang tinggi otomatis menumbuhkan rasa patriotisme dalam diri mereka. Apakah Indonesia butuh penerapan Wajib Militer bagi setiap rakyatnya untuk meningkatkan rasa patriotisme sekaligus nasionalisme secara menyeluruh rata pada pemuda Indonesia? Penerapan WAMIL menjadi ide terbaik untuk permasalahan ini,
namun perlu digaris bawahi, Indonesia tidak sedang berada dalam konflik antar negara. Justru konflik terbesar yang terjadi adalah Internal antar masyarakat itu sendiri.Â
Apakah bisa kita bayangkan, sekelompok anarkis yang melakukan segala cara demi tujuannya sendiri telah dibekali kemampuan menembak, dan mengendarai tank misalnya? Apa yang akan terjadi? Secara jiwa dan pemikiran pemuda indonesia masih terlampau jauh dalam ini, meski jumlahnya amat banyak, sayang kualitas tidak sepadan dgn kuantitas yang tinggi itu.Â
Fakta yang memilukan lagi dilansir dari Microsoft berdasarkan riset tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Bahwa netizen Indonesia termasuk yang paling tidak sopan. Dan jika terjun langsung ke lapangan komentar tersebut dominasi tentang pembahasan K-Pop maupun hiburan luar lainnya.Â
Faktanya pengaruh internal pun masih kurang mengapresiasi karya anak negeri. Acara-acara yang ditayangkan oleh saluran televisi negeri cenderung tidak mendidik, apakah Hallyu mendidik? tidak pasti namun mereka berpegang teguh terhadap prinsip kebudayaan mereka. mereka dengan kreatifitas tinggi dengan pembiayaan yg besar mempersembahkan karya-karya ke seluruh dunia. sedangkan di Indonesia, Televisi bukan untuk mengukuhkan budaya, karya seni dan lainnya, namun sebagai ajang mencari sensasi.Â
Di Korea tidaklah asing dengan istilah Cancel Culture (pemboikotan, pemutusan kontrak terhadap publik figur yang tersandung skandal) terlepas dari sisi negatif cancel culture, Indonesia justru kebalikan dari kultur ini, mereka para public figure yang terkena skandal justru menjadikan moment tersebut sebagai panggung diri, ajang mencari sensasi, menjadi viral dan mendapatkan keuntungan dari skandal tersebut. Kasarnya, di korea mereka terkenal akan karya dan kerja kerasnya, sedangkan Indonesia siapapun dengan mudahnya naik daun hanya dengan mencari sensasi anak skandal tertentu.Â
Tetapi tidak semua acara televisi memberi panggung para pencari sensasi? Benar, namun sangat disayangkan Industri hiburan Indonesia masih belum bisa percaya akan karya dan kreatifitasnya, Plagiarisme berkedok 'terinspirasi, termotivasi, dan memodifikasi' sangat tidak asing lagi di negeri ini.Â
Apakah tidak ada otak-otak cerdas dan kreatif di Indonesia ini? Tentu tidak! kembali pada pembahasan sebelumnya, Industri hiburan lebih memilih memberi panggung bagi pencari sensasi bukan mereka pejuang karya seni sejati. Sebagai contoh pernyataan content creator channel youtube : SkinnyIndonesian24, Youtube channel yang telah menciptakan karya-karya yg mengkomplemen budaya Indonesia dengan cara unik dan kekinian, memilih berhenti berkarya di kanal Youtube dengan alasan ketidakpuasan akan sistem youtube yang memberi perhatian lebih terhadap konten yang 'kurang layak'. Karena sistem 'trending youtube' adalah kalkulasi algoritma youtube yang rumit, termasuk banyaknya penonton dalam satu waktu, komentar dan pencarian video teratas.Â
Cukup membuktikan bahwa masyarakat indonesia lebih suka membahas video yang kurang layak dibanding mengapresiasi hasil karya pemuda Indonesia.Â
Lalu, apakah semua pernyataan di atas menjadi alasan 'lebih baik mencintai budaya dan sosial negeri lain, khususnya Korea Selatan yang kini eksistensinya melejit?' Tidak! Fenomena inilah dampak dari kurangnya unsur indonesia dalam mempercayai kemampuan negaranya sendiri.Â
Mulai dari kepercayaan rakyat terhadap rezim, juga bagaimana rezim yang menggunakan kewenangan mereka dengan amanah sehingga menjadi figur contoh bagi seluruh masyarakat dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Semua hal tersebut saling berhubungan, kita tidak dapat menyalahkan pihak satu sama lain. Karena dasarnya pada sila ke-3 "Persatuan Indonesia" yang menjelaskan bahwa kita adalah kesatuan masing-masing komponen menyatu untuk melengkapi.Â
Dengan kepercayaan terhadap negeri sendiri, segala macam serangan Globalisasi termasuk Hallyu bukan menjadi hambatan negeri ini berkreasi, namun justru menjadi pacuan untuk terus berkembang menjayakan negeri.Â
Hally menjadi motivasi bagaimana cara kultur Indonesia mudah diterima dibangsa lain, bagaimana mengembangkan kultur kita di kancah internasional, mempelajari bagaimana menjadikan kultur indonesia sebagai salah satu alat diplomasi kebudayaan, mempelajari bagaimana manajemen kultur kebudayaan sedemikian rupa. Bukan lagi tentang menjiplak, atau meniru segala sesuatu yang sedang viral, tetapi bagaimana menciptakan gelombang itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H