Mohon tunggu...
Farah Faridatul Hasanah
Farah Faridatul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Brawijaya

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nasionalisme Pemuda Indonesia Mati Dikuasai Hallyu?

19 November 2021   15:41 Diperbarui: 19 November 2021   15:50 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta yang memilukan lagi dilansir dari Microsoft berdasarkan riset tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Bahwa netizen Indonesia termasuk yang paling tidak sopan. Dan jika terjun langsung ke lapangan komentar tersebut dominasi tentang pembahasan K-Pop maupun hiburan luar lainnya. 

Faktanya pengaruh internal pun masih kurang mengapresiasi karya anak negeri. Acara-acara yang ditayangkan oleh saluran televisi negeri cenderung tidak mendidik, apakah Hallyu mendidik? tidak pasti namun mereka berpegang teguh terhadap prinsip kebudayaan mereka. mereka dengan kreatifitas tinggi dengan pembiayaan yg besar mempersembahkan karya-karya ke seluruh dunia. sedangkan di Indonesia, Televisi bukan untuk mengukuhkan budaya, karya seni dan lainnya, namun sebagai ajang mencari sensasi. 

Di Korea tidaklah asing dengan istilah Cancel Culture (pemboikotan, pemutusan kontrak terhadap publik figur yang tersandung skandal) terlepas dari sisi negatif cancel culture, Indonesia justru kebalikan dari kultur ini, mereka para public figure yang terkena skandal justru menjadikan moment tersebut sebagai panggung diri, ajang mencari sensasi, menjadi viral dan mendapatkan keuntungan dari skandal tersebut. Kasarnya, di korea mereka terkenal akan karya dan kerja kerasnya, sedangkan Indonesia siapapun dengan mudahnya naik daun hanya dengan mencari sensasi anak skandal tertentu. 

Tetapi tidak semua acara televisi memberi panggung para pencari sensasi? Benar, namun sangat disayangkan Industri hiburan Indonesia masih belum bisa percaya akan karya dan kreatifitasnya, Plagiarisme berkedok 'terinspirasi, termotivasi, dan memodifikasi' sangat tidak asing lagi di negeri ini. 

Apakah tidak ada otak-otak cerdas dan kreatif di Indonesia ini? Tentu tidak! kembali pada pembahasan sebelumnya, Industri hiburan lebih memilih memberi panggung bagi pencari sensasi bukan mereka pejuang karya seni sejati. Sebagai contoh pernyataan content creator channel youtube : SkinnyIndonesian24, Youtube channel yang telah menciptakan karya-karya yg mengkomplemen budaya Indonesia dengan cara unik dan kekinian, memilih berhenti berkarya di kanal Youtube dengan alasan ketidakpuasan akan sistem youtube yang memberi perhatian lebih terhadap konten yang 'kurang layak'. Karena sistem 'trending youtube' adalah kalkulasi algoritma youtube yang rumit, termasuk banyaknya penonton dalam satu waktu, komentar dan pencarian video teratas. 

Cukup membuktikan bahwa masyarakat indonesia lebih suka membahas video yang kurang layak dibanding mengapresiasi hasil karya pemuda Indonesia. 

Lalu, apakah semua pernyataan di atas menjadi alasan 'lebih baik mencintai budaya dan sosial negeri lain, khususnya Korea Selatan yang kini eksistensinya melejit?' Tidak! Fenomena inilah dampak dari kurangnya unsur indonesia dalam mempercayai kemampuan negaranya sendiri. 

Mulai dari kepercayaan rakyat terhadap rezim, juga bagaimana rezim yang menggunakan kewenangan mereka dengan amanah sehingga menjadi figur contoh bagi seluruh masyarakat dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Semua hal tersebut saling berhubungan, kita tidak dapat menyalahkan pihak satu sama lain. Karena dasarnya pada sila ke-3 "Persatuan Indonesia" yang menjelaskan bahwa kita adalah kesatuan masing-masing komponen menyatu untuk melengkapi. 

Dengan kepercayaan terhadap negeri sendiri, segala macam serangan Globalisasi termasuk Hallyu bukan menjadi hambatan negeri ini berkreasi, namun justru menjadi pacuan untuk terus berkembang menjayakan negeri. 

Hally menjadi motivasi bagaimana cara kultur Indonesia mudah diterima dibangsa lain, bagaimana mengembangkan kultur kita di kancah internasional, mempelajari bagaimana menjadikan kultur indonesia sebagai salah satu alat diplomasi kebudayaan, mempelajari bagaimana manajemen kultur kebudayaan sedemikian rupa. Bukan lagi tentang menjiplak, atau meniru segala sesuatu yang sedang viral, tetapi bagaimana menciptakan gelombang itu sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun