Mohon tunggu...
Farah Saniyya
Farah Saniyya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahirnya Jurnalisme Data di Indonesia

3 April 2023   09:41 Diperbarui: 3 April 2023   09:44 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempuran informasi menjadi efek samping dari perkembangan media sosial saat ini. Perkembangan informasi dan teknologi berimplikasi pada berbagai sektor termasuk dunia jurnalistik. Hal ini ditandai dengan lahir dan berkembangnya jurnalistik online. Jurnalistik online merupakan proses penyampaian informasi melalui media internet atau lebih dikenal media online. Jurnalistik online merupakan generasi baru setelah jurnalistik konvensional (seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran (radio dan televisi). Perbedaan utama jurnalistik online dengan cabang jurnalistik lainnya terletak pada kecepatan, kemudahan akses, aktual atau update, dan interaksi dengan pembaca atau user.

Karakteristik jurnalistik online memberikan perubahan penerapan jurnalistik saat ini. Karakter media online mempengaruhi kerja jurnalistik dalam proses pengumpulan data, pengolahan, hingga penyajian cerita. Aktivitas jurnalistik online tidak lagi mengandalkan informasi melalui wawancara narasumber ataupun terjun langsung ke lokasi liputan, melainkan dapat diperoleh melalui internet. Kondisi ini pula yang memungkin siapa saja dapat menyebarkan berita ke media sosial, termasuk masyarakat awam. Informasi bisa disebarkan tanpa adanya pengawasan dan verifikasi. 

Kemudahan yang disediakan media online dalam mengunggah dan mengakses berita juga telah mengubah news cycle atau putaran pemutakhiran berita. Berita dapat disajikan dalam sehari-semalam sehingga pemberitaan mampu dilaporkan secara real-time. Kecepatan menjadi tujuan utama bagi media online dalam bersaing dengan media online lainnya. Akibatnya justru sering kali mengabaikan kelengkapan dan mengorbankan akurasi. Padahal media online mampu memberikan ruang yang hampir tidak terbatas untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada khalayak. 

Jurnalistik online dipandang tidak dapat menyaingi kualitas jurnalistik media cetak dalam menerapkan standar, prinsip, dan etika jurnalistik. Besarnya kompetisi dan adu kecepatan membuat produk jurnalsistik online abai terhadap prinsip dan produk jurnalistik. Kovach dan Rosenstiel telah mengingatkan bahwa esensi dari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. 

Jurnalis era media online memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih berat daripada media cetak. Jurnalis dituntut tidak hanya mampu memproduksi berita dalam berbagai format, melainkan juga cakap dan terampil dalam menghasilkan video, foto, teks untuk online dalam sekali waktu liputan. Tuntutan ini sejalan dengan karakteristik media online yang berbeda dengan media sebelumnya. Kemampuan jurnalistik online dalam memanfaatkan teknologi digital memungkinkan penyajian berita dengan berbagai format yang lebih menarik. 

Jurnalisme data lahir sebagai jawaban dari berbagai tantangan dan tuntutan jurnalistik online. Istilah jurnalisme data menggambarkan proses jurnalistik berdasarkan analisis dan penyaringan set data untuk membuat sebuah berita (news story). Jurnalisme data hadir sebagai salah satu trend di era jurnalistik online yang muncul berkat big data di internet. Howard menjelaskan jurnalisme data merupakan kombinasi dari aktivitas menghimpun dan menvalidasi data sebagai sumber informasi utama, ‘menginterogasi’ data dengan menggunakan aplikasi pengolah data statistik, dan visualisasi data. 

Data tidak menjadi satu-satunya hal utama dalam jurnalisme data. Jurnalisme data mendorong jurnalis untuk mengolah informasi menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan teknologi komuputer yang canggih. Data-data yang tersebar di media sosial menjadi ‘tambang data’ bagi jurnalis. Jurnalis-lah yang mengolah, menganalisis dan menginterprestasikan data tersebut menjadi sebuah laporan berita. Hal ini didukung dengan penelitian Muhammad Badri  yang menyatakan besarnya volume data yang dapat diakses dari berbagai situs organisasi dunia, pemerintah, swasta, perbankan, lembaga statik, lembaga riset, dan sumber data lainnya mendorong adanya reposisi jurnalisme data. 

Sebuah survei tahun 2019 dilakukan oleh International Center for Journalist (ICFJ) berjudul The State Technology in Global Newsroom. Survei ini dilakukan untuk mengungkap peningkatan dalam adopsi teknologi digital oleh industri media kepada 4.100 responden dari jurnalis dan redaktur di 149 negara. 

Survei yang dilakukan ICFJ secara spesifik menggambarkan kemampuan teknologi jurnalistik diberbagai negara. Survei ini bertujuan untuk menginvestigasi mengenai skill yang biasa digunakan dalam melakukan tugasnya. Pada gambar 2, hasil survei kepada jurnalis di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara terlihat bahwa dalam kesehariannya, dalam melakukan pekerjaan sebagai jurnalis, masih sangat sedikit yang mengaplikasikan data journalism yakni 38%. Begitu pula dalam memvisualisasikan datanya sebesar 28%. 

Jika kita cermati, penggunaan media sosial di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan negara lain. Namun hal ini tidak mendorong meningkatnya kemampuan digital para jurnalis. Dalam hasil survei tersebut juga dikemukakan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka ingin adanya pelatihan jurnalisme data. 

Media massa di Indonesia juga sudah mulai mempraktikkan jurnalisme data dalam konteks sederhana, yakni pada liputan-liputan mendalam dan investigasi untuk memperkuat narasi agar lebih dalam dan tajam. Praktik penggunaan data dalam karya jurnalistik sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu oleh Majalah Prisma, Harian Kompas, dan Majalah Tempo. Misalnya saja tim penelitian dan pengembangan Harian Kompas, mulai melakukan polling Pemilu pada 1970an. Tempo maupun Kompas masih mempraktikkan hal tersebut dengan struktur organisasi yang sama: tim riset dan tim redaksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun