Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri merupakan bagian dari total utang suatu negara kepada kreditor luar negeri. Penerima obligasi luar negeri adalah pemerintah, perusahaan, dan individu. Utang luar negeri ada yang berbentuk mata uang asing dan/atau mata uang asing dalam mata uang rupee atau berupa barang dan/atau jasa dari pemberi pinjaman luar negeri dan harus dibayar kembali dengan syarat-syarat tertentu. Utang luar negeri sangat penting bagi pembangunan suatu negara karena menutupi tiga defisit: Â tabungan untuk investasi, defisit fiskal, dan defisit transaksi berjalan.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, suatu negara memerlukan dana yang relatif besar, namun upaya mobilisasi dana tersebut banyak menghadapi kendala berupa kesulitan pembiayaan pembangunan. Sumber pendanaan bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dan inilah yang menjadi dasar penggalangan dana  pembangunan. Secara umum, banyak negara berkembang bergantung pada utang luar negeri untuk membiayai pembangunan mereka, yang tentu saja mempunyai dampak jangka panjang terhadap neraca pembayaran nasional mereka. Krisis utang luar negeri terjadi ketika suatu negara sering meminjam uang dalam jumlah  besar dari negara lain.
Indonesia merupakan negara  berkembang yang menggunakan utang luar negeri untuk menunjang pembangunan perekonomiannya, hal ini menyebabkan utang luar negeri  Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, peningkatan utang luar negeri menjadi  masalah perekonomian setelah  guncangan ekonomi global atau saat resesi. ULN Indonesia berdasarkan data Bank Dunia menunjukkan bahwa perkembangan ULN Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berikut data perkembangan ULN Indonesia:
Perkembangan utang luar negeri di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1991 utang indonesia sebesar 79.528.197.363 miliar US$ sampai pada tahun 1993 utang mengalami peningkatan sebesar 89.157.126.589 dan pada tahun 1994 utang luar negeri naik sebesar 107.819.781.287 miliar US$. Utang luar negeri tahun 1999 me ngalami kenaikan sebesar 151.806.502.424 miliar US$, dan utang pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 134.372.632.167 miliar US$, pada tahun 2004 sebesar 138.041.813.872 miliar US$ dan tahun 2005 naik sebesar 142.131.795.440 miliar US$. Pada tahun 2006 sampai tahun 2020 utang luar negeri mengalami peningkatan. Jumlah tersebut terdiri dari transaksi pembayaran ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi utang luar negeri  Indonesia antara lain  produk domestik bruto (PDB), impor dan ekspor, serta nilai tukar rupiah.  Ekspor memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara karena merupakan sumber pendapatan negara. Peningkatan ekspor  Indonesia akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Perlambatan ekspor dapat menyebabkan peningkatan rasio utang luar negeri, karena ekspor merupakan  sumber mata uang asing yang digunakan suatu negara untuk membayar  utang luar negerinya.
Pengaruh PDB terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia
PDB memiliki dampak positif jangka pendek dan jangka panjang yang signifikan  terhadap utang luar negeri selama periode 1991--2020. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.459399 berdasarkan PDB jangka panjang dan signifikan. Dalam jangka pendek  nilai koefisiennya juga sebesar 0.128923 dan signifikan. Hasil di atas menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan PDB, proporsi utang luar negeri Indonesia juga meningkat. Karena pertumbuhan PDB ditandai dengan perkembangan suatu negara. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembangunan, pemerintah memberikan pinjaman luar negeri untuk menutupi kekurangan dana pembangunan di dalam negeri. Model jangka pendek  ini menunjukkan berapa dolar peningkatan utang luar negeri per dolar PDB.Bagian ini menyajikan penelitian yang menunjukkan bahwa untuk setiap kenaikan PDB sebesar $1, utang Indonesia meningkat sebesar 0.128923 US$ selama periode tiga bulan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengelolaan utang harus dibarengi dengan pengelolaan keuangan yang tepat agar pemanfaatan utang dapat dilakukan secara efisien dan mengurangi jumlah utang. Dengan kata lain, daripada memaksakan peningkatan PDB secara besar-besaran, kita perlu meningkatkan nilai PDB secara berkala.
Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, salah satu negara  harus meningkatkan ekspor dan mengurangi impor untuk menghindari defisit perdagangan. Utang luar negeri juga terkena dampaknya, dengan meningkatnya ekspor  maka kemampuan negara dalam membayar utang luar negeri juga meningkat, termasuk pembayaran bunga dan angsuran utang setelah jatuh tempo, sehingga memungkinkan negara untuk membayar utang luar negeri  dan mengurangi jumlah utang luar negeri. Ekspor mempunyai dampak negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri  Indonesia. Namun hasil perhitungan regresi sejalan dengan teori  bahwa  karena ekspor merupakan salah satu sumber pendapatan nasional, maka peningkatan nilai ekspor akan menyebabkan penurunan utang luar negeri. Situasi ini mengurangi ketergantungan  negara terhadap utang luar negeri.
Meningkatnya utang luar negeri disebabkan oleh defisit  perdagangan suatu negara, dimana impor melebihi ekspor.Tingkat defisit perdagangan  menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai impor suatu negara, maka semakin tinggi pula beban utang luar negeri negara tersebut. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Membangun hubungan kerja sama dengan negara lain. Menerima bantuan berupa utang luar negeri dari negara lain dan organisasi internasional serta melakukan perdagangan internasional.  Hal ini merupakan upaya negara untuk mengimbangi laju pembangunan ekonomi.  Impor mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Dengan kata lain, seiring dengan meningkatnya nilai barang impor, maka utang luar negeri juga  meningkat.