Sejak tahun pertama di SMA, saya sangat bertekad untuk mengambil program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Namun, saat itu saya masih sangat abu-abu dalam menentukan kampus mana yang akan saya tuju.Â
Hingga, di detik-detik terakhir masa SMA saya akhirnya saya menjadikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, Bandung) untuk menjadi kampus tujuan saya.Â
Cita-cita saya sejak SD sebenarnya adalah menjadi seorang Dokter, cita-cita yang seolah sudah menjadi template seluruh anak kecil, ya? Kemudian, setelah memasuki SMP saya sadar bahwa otak saya tidak akan mampu menjadi seorang Dokter terlebih saya sangat takut dengan darah, jadi saya memutuskan untuk mengubah cita-cita saya yang saat itu ingin menjadi seorang penulis novel terkenal.Â
Lalu pada SMP tahun kedua, tepatnya kelas 8, saya mendapat walikelas yang kebetulan adalah seorang guru Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus, terbilang pas-pasan. Namun, cara mengajar walikelas saya selalu membuat saya semangat dan antusias belajar bahasa Inggris.Â
Beliau juga sangat mengapresiasi keberanian dan keantusiasan saya setiap kali ada mata pelajarannya, saya tidak pernah absen sekalipun menjawab setiap pertanyaan atau soal yang diberikannya walau jawaban saya tidak selalu betul bahkan hingga saya memberanikan diri untuk mengikuti berbagai perlombaan seperti story telling dan berpuisi dengan walikelas saya sebagai guru pembimbing saya.Â
Sejak saat itu, cita-cita saya yang ingin menjadi seorang novelis terkenal saat tahun pertama SMP lenyap dan tergantikan oleh keinginan menjadi seorang guru Bahasa Inggris agar bisa menjadi seperti walikelas saya. Cita-cita itu bertahan hingga saya masuk ke SMA.Â
Saya memilih UPI Bandung sebagai kampus impian saya karena UPI merupakan salah satu kampus yang terkenal dengan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) serta lulusannya yang banyak menjadi guru yang berkualitas. Hal itu membuat saya sangat berharap agar mampu masuk ke kampus yang berpusat di daerah Bandung tersebut.
Namun, sepertinya saat itu belum rezeki saya. Hehe. Tepat saat sibuk mempersiapkan kelulusan serta mulai hectic dengan segara urusan perkuliahan, pandemi COVID-19 mulai menyerang.Â
Segala aktivitas hingga seluruh hal yang telah saya persiapkan menjadi sangat berantakan, benar-benar berantakan. Impian saya untuk berkuliah di UPI hanya tinggal angan belaka, karena orang tua saya tidak mengizinkan saya untuk berkuliah di luar kota dengan keadaan pandemi seperti saat itu. Saya mulai kehilangan arah, hampir putus asa karena takut tidak bisa berkuliah.
Di tengah kegalauan saya mengenai pupusnya berkuliah di kampus impian, akhirnya datang seorang kerabat dekat Ayah saya. Beliau mengatakan bahwa Universitas Muhammadiyah Tangerang masih membuka pendaftaran dan kebetulan ada jurusan yang saya incar sejak dulu, Pendidikan Bahasa Inggris. Beliaupun mengajak saya untuk mengunjungi kampus yang terletak di daerah Cikokol tersebut, tidak jauh dari rumah saya.
Saat sampai di kampus dan diberi informasi mengenai Universitas Muhammadiyah Tangerang, entah mengapa saat itu saya lebih tertarik dengan jurusan Ilmu Komunikasi dibandingkan dengan jurusan yang saya impikan sejak dulu.
Sepulang dari sana, saya berdiskusi dengan kedua orang tua saya dan mengatakan bahwa saya mantap mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Dan pada akhirnya, di keesokkan harinya saya langsung mendaftar diri untuk menjadi mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021 saat itu.
Hingga sekarang, saya sudah berada di semester 4. Walau saya tidak berkuliah di kampus serta jurusan impian saya sejak sekolah, tetapi saya sama sekali tidak menyesal. Layaknya masa transisi saya saat kecil bercita-cita menjadi Dokter, namun setelah masuk SMP dan mulai menghadapi serta menyadari realita saya ternyata lebih merasa mampu menjadi seorang novelis. Tidak, bukannya saya meremehkan kemampuan saya, justru saya mulai menyadari kemampuan serta bakat saya yang pada saat itu lebih menonjol pada bidang menulis.Â
Namun, kemudian saya beralih lagi ingin menjadi seorang guru Bahasa Inggris karena termotivasi oleh guru Bahasa Inggris saya membuat saya yakin bahwa hidup terus bergerak maju kedepan dan saya semakin memahami kemampuan serta nilai diri saya.
Walau akhirnya saya banting stir lagi, dari ingin masuk jurusan Pendidikan Bahasa Inggris menjadi menekuni bidang Ilmu Komunikasi itu semua karena saya semakin mampu menilai kemampuan diri saya. Dan ternyata, menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Tangerang sangatlah menyenangkan dan membuat saya merasa bersyukur memilih jurusan ini. Dosen-dosen yang berkualitas serta teman-teman yang ternyata memiliki minat yang sama dengan saya membuat saya tidak pernah menyesal walau bukan berkuliah di kampus impian saya.
Universitas Muhammdiyah Tangerang memiliki 8 fakultas dengan berbagai jurusan yang berkualitas dan dosen-dosen yang telah berkualifikasi. Selain kelas reguler, Universitas Muhammadiyah Tangerang juga mempunyai kelas karyawan sehingga bagi kalian yang ingin berkuliah sambil berkarir cocok banget nih berkuliah di sini. Harapan saya saat ini adalah mampu menjadi bibit-bibit anak Bangsa yang terbaik lulusan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Sama seperti slogannya, smart choice for the better future, Universitas Muhammadiyah Tangerang akan senantiasa menuntut para mahasiswanya agar mampu memiliki masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H