Pendahuluan
Sekuritisasi energi merujuk pada konsep keseluruhan yang mencakup langkah-langkah dan kebijakan yang dirancang untuk memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keandalan pasokan energi suatu negara atau wilayah. Tujuan dari sekuritisasi energi adalah untuk mengurangi risiko terhadap ketidakpastian dalam pasokan energi, sehingga negara atau wilayah tersebut dapat menjaga keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekuritisasi energi melibatkan diversifikasi sumber energi, peningkatan efisiensi penggunaan energi, perlindungan terhadap infrastruktur energi, serta manajemen risiko terhadap gangguan geopolitik atau bencana alam. Oleh karena itu, sekuritisasi energi bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan energi, tetapi juga melibatkan aspek-aspek strategis yang berkaitan dengan keberlanjutan, ketahanan nasional, dan stabilitas ekonomi. Dalam konteks global yang penuh tantangan, upaya menuju sekuritisasi energi menjadi semakin penting untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan ketahanan suatu entitas.
Sekuritisasi energi telah menjadi isu krusial dalam konteks keamanan non-tradisional karena peran sentral energi dalam mendukung stabilitas ekonomi, sosial, dan politik suatu negara. Ketergantungan ekonomi yang tinggi pada pasokan energi membuat negara-negara rentan terhadap perubahan dalam ketersediaan dan stabilitas energi. Ketidakpastian dalam pasokan dan fluktuasi harga energi menjadi sumber potensial ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Selain itu, dampak lingkungan dari penggunaan energi konvensional, bersamaan dengan perubahan iklim, semakin menguatkan kebutuhan untuk beralih ke sumber energi terbarukan. Aspek geopolitik energi juga memainkan peran penting, dengan persaingan untuk mengamankan sumber daya energi dan ketegangan di wilayah produsen energi yang dapat memicu konflik. Sekuritisasi energi mencerminkan kompleksitas hubungan antara energi dan keamanan, melibatkan elemen-elemen ekonomi, lingkungan, geopolitik, dan teknologi yang semakin penting dalam menjaga ketahanan suatu negara.
Menurut Khan et al., energi sekuriti merupakan hal yang krusial dalam keberlangsungan ekonomi dan keamanan nasional. Pasokan energi yang stabil sangat penting untuk keamanan jangka panjang dan kemakmuran ekonomi. Ketergantungan yang berlebihan pada bahan bakar fosil yang diimpor dapat menimbulkan kerentanan terhadap risiko geopolitik. Oleh karena itu, keamanan pasokan energi menjadi perhatian utama dalam ekonomi global dan menjadi pusat tantangan kebijakan. Energi sekuriti merujuk pada upaya memperoleh sumber daya energi yang dibutuhkan tanpa mengorbankan kepentingan nasional. Selain itu, keamanan pasokan energi juga berarti memiliki akses yang handal dan terjangkau tanpa rentan terhadap goncangan harga. Dengan semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil, permintaan yang besar untuk bahan bakar fosil dari pertumbuhan ekonomi, dan dampak negatifnya pada lingkungan, energi sekuriti menjadi semakin penting.
Reformasi Energi Arab Saudi
Isu sekuritisasi energi terlihat pada upaya reformasi oleh Arab Saudi dalam mengurangi ketergantungan pada energi konvensional dan memperluas sumber energi yang digunakan untuk mendukung keberlanjutan ekonomi. Upaya reformasi tersebut tercantum dalam rencana proyek Visi Saudi 2030, yang telah dimulai sejak 26 April 2016.
Salah satu dimensi utama dari program reformasi energi adalah untuk mengurangi ketergantungan pada energi murah dan mengatasi tantangan dalam sektor energi, termasuk dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, menyesuaikan harga energi domestik, dan memperkuat keterkaitan maju dan mundur dalam industri energi.
Selain itu, program reformasi juga mencakup diversifikasi sumber energi, dengan fokus pada energi terbarukan dan salah satunya ialah tenaga nuklir. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas, serta memperluas sumber energi yang digunakan. Namun, implementasi program reformasi energi ini juga dihadapkan pada tantangan dalam hal keamanan energi, terutama dalam mengelola harapan dan dukungan dari sektor publik dan swasta, serta dalam mengelola perubahan dalam lingkungan energi global.
Pengembangan Nuklir oleh Arab Saudi
Diketahui, Arab Saudi mempunyai komitmen untuk mengajukan program tenaga nuklirnya ke dalam kerangka kerja perlindungan internasional yang mencakup dasar-dasar keterbukaan, ketepatan, dan keamanan Kerajaan. Melalui langkah ini, Saudi menegaskan dedikasinya pada pengembangan energi nuklir untuk tujuan perdamaian.
Hal tersebut berdasarkan pernyataan terbaru dari Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman bin Abdulaziz, yang mengkonfirmasi rencana kerajaan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertamanya, dengan tujuan berperan dalam pembangunan nasional. Selama pidatonya di Konferensi Umum ke-67 Badan Tenaga Atom Internasional di Wina, Austria, Menteri Saudi tersebut menekankan komitmen kerajaan dalam memperkuat kerjasama internasional dalam memanfaatkan energi atom.
Kerajaan secara aktif terlibat dalam memajukan aplikasi damai energi nuklir di berbagai bidang, termasuk inisiatif energi nuklir nasionalnya, serta pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertamanya. Proyek penting ini bertujuan memenuhi persyaratan pembangunan nasional berkelanjutan yang diuraikan dalam Visi 2030, sejalan dengan kebutuhan domestik dan kewajiban internasional. Arab Saudi juga mengupayakan untuk mendirikan pusat kerjasama regional bekerja sama dengan badan pengembangan tersebut. Pusat ini akan fokus pada pengembangan kemampuan manusia dalam menanggapi darurat nuklir dan radiologis.
Regulasi dan Pengawasan Pengembangan Nuklir Arab Saudi
Arab Saudi telah mengumumkan komitmennya untuk membangun program energi nuklir dan memberikan jaminan untuk pengawasan yang lebih besar bagi para inspektur energi atom. Menteri energi Saudi menyatakan bahwa negaranya akan beralih ke pengamanan dan pemeriksaan yang lebih kuat pada International Atomic Energy Agency (IAEA) daripada sebelumnya. Arab Saudi telah memutuskan untuk mencabut small quantities protocol (SQP) dan beralih ke penerapan comprehensive safeguards agreements (CSA) penuh. Hal ini menunjukkan komitmen Arab Saudi untuk standar transparansi dan keandalan tertinggi dalam kebijakan energi atomnya.
Pernyataan tersebut muncul di tengah kekhawatiran yang semakin meningkat di kalangan para ahli nonproliferasi nuklir dan para pembuat kebijakan tentang niat Saudi Arabia dengan teknologi nuklir. Hal ini juga terjadi di tengah kebuntuan dalam pembicaraan antara Washington dan Tehran, yang terus meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya sejak mantan Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Implikasi
Meskipun energi nuklir dapat berdampak positif terhadap keamanan energi dan mempercepat transisi ke energi terbarukan, terutama dalam kaitannya dengan pengaruh geopolitik dan risiko. Namun, hal ini juga menunjukkan perlunya reformasi dalam kebijakan energi dan kerja sama internasional untuk mempromosikan energi terbarukan dan memastikan keamanan energi di masa depan.
Pembangunan program energi nuklir oleh Saudi secara jelas menunjukkan kekhawatiran di kalangan pakar non-proliferasi nuklir dan legislator, terkait dengan tujuan Arab Saudi dalam mengembangkan teknologi nuklir. Ditambah pernyataan lain Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman yang menyatakan akan mengembangkan senjata nuklir jika Iran melakukannya, menimbulkan kekhawatiran akan perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.
Walaupun Arab Saudi berkomitmen meningkatkan kerja sama internasional dalam pemanfaatan energi nuklir, serta ingin memainkan peran yang lebih kuat dalam panggung internasional. Hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap keamanan energi nuklir dan potensi penyebaran senjata nuklir suatu saat nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H