Mohon tunggu...
Faradina Milla Maula
Faradina Milla Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manajemen Pendidikan Islam UIN Malang 2017 Manajemen Pendidikan UNY 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makalah Supervisi Klinis

5 September 2019   05:50 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:44 3255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui tentang supervisi klinis dalam pendidikan (unsplash/freestocks)

"Dalam pendidikan, supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melaluhi sistem siklus yang sistematik"

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Pendidikan dilakukan manusia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara formal, non formal maupun informal. Pendidikan tersebut dilakukan manusia dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan taraf hidupnya, melalui proses pendidikan diharapakan manusia menjadi cerdas atau memiliki kemampuan, yang biasa dikenal dengan istilah skill dan menjalin kehidupan.

Pendidikan diharapkan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencangkup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. 

Sukses tidaknya tujuan pendikan tergantung pada komponen-komponen pendidikan, diantaranya siswa, kurikulum, sarpras, pendidik, dll. Pendidik mempunyai peran dalam menentukan pribdi murid atau siswa. Murid hebat terlahir dari para pendidik yang hebat. Untuk itu dalam proses pendidikan pentinganya supervisi atau biasa dikenal dengan istilah pengontrolan sistem pengajaran.

Baca juga : Supervisi dan Evaluasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dan Pesantren

Supervisi merupakaan salah satu strategi untuk memastikan bahwah seluruh langkah pada proses penyelenggaraan dan semua komponen hasil pendidikan yang akan dicapai melalui target. Bentuk atau model supervisi ada bemacam-macam, salah satunya yang mejadi fokus penulis dalam makalah ini adalah supervisi klinis.

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melaluhi sistem siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, seta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

Supervisi klinis juga bisa diartikan sebagai proses membanu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.  Untuk memahami supervisi lebih jelas akan penulis paparkan dalam makalah berikut.  

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa pengertian supervisi klinis?
  2. Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri supervisi kinis?
  3. Bagaimana prinsip-prinsip supervisi klinis?
  4. Apa tujuan dari supervisi klinis?

Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang sudah dirumuskan diatas, dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pengertian supervisi klinis
  2. Untuk mengetahui karakteristik atau ciri-ciri supervisi kinis
  3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip supervisi klinis
  4. Untuk mengetahui tujuan dari supervisi klinis

Baca juga : Supervisi dan Evaluasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dan Pesantren

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN SUPERVISI KLINIS

Pada dasarnya saupervisi klinis dilakukan berdasarkan inisiatif dari guru. Pelaksanaan supervisi bagi guru muncul ketika guru tidak tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah  sebagai supervisor, tetapi atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya.[1]

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

Supervisi klinis adalah proses membantu guru- guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Menurut Acheson dan Gall (1987)  Supervisi klinis merupakan sebuah model alternatif dan supervisi yang lebih interaktif, demokratis, dan berpusat pada kebutuhan guru.[2]

Sedangkan pengertian supervisi klinis yang dikemukakan oleh tokoh ahli salah satunya  Cogan (dalam Wiles dan Lovell. 1993 : 168) yang dikutip oleh Wahyudi (2009) : 107) bahwasanya supervisi klinis adalah sebagai berikut :Clinical Supervision may therefore by define as the rational and practice designed to improve the teachers classroom performance. 

It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basisof the program, procedures, and strategies designed to improve the student's learning by improving the teacher's classroom behavior. ( Supervisi klinis dirancang untuk meningkatkan performansi guru kelas. 

Untuk kepentingan dimaksud diperlukan data dari kepala sekolah mengenai kejadian dikelas. Analisis dari peristiwa dikelas dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dari bagi program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru kelas.[3]

Baca juga : Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

Jadi, pada hakikatnya supervisi klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia membutuhkan pengobatan agar ia sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter mengadakan diagnosis dan memberikan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. 

Dalam dunia sekolah, guru memiliki kesadaran untuk datang sendiri menemui kepala sekolah dan meminta bantuan memecahkan permasalahan proses pembelajaran yang sedang dihadapinya.[4]

  KARAKTERISTIK/CIRI-CIRI SUPERVISI KLINIS

Banyak pandangan para ahli yang menyatakan mengenahi karakteristik supervisi klinis, diantaranya menurut Ibrahim Bafadal (2004: 67) karakteristik supervisi klinis adalah sebagai berikut:

  1. Supervisi klinis berlangsung dalam bentuk hubungan tatap muka antara supervisor dan guru
  2. Tujuan supervisi klinis adalah untuk pengembangan profesional guru
  3. Kegiatan supervisi klinis ditekankan pada aspek aspek yang menjadi perhatian guru serta observasi kegiatan pengajaran di kelas
  4. Observasi harus dilakukan secara cermat dan mendetail
  5. Analisis terhadap hasil observasi harus dilakukan bersama antara supervisor dan guru, serta
  6. Hubungn antara supervisor dan guru harus bersifat kolegial bukan otoritarian.[5]

Menurut La Sulo ciri-ciri supervisi klinis yang ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:

  1. Bimbingan supervisor kepada guru atau calon guru bersifat bantuan, buan perintah atau instruksi
  2. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melaluhi pengkajian bersama antara guru dan supervisor
  3. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja
  4. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarakan kontrak
  5. Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif  (sesuai dengan data yang direkam oleh instrumen observasi)
  6. Meskipun supervisior telah menganalisis dan menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, didalam diskusi atau pertemuan balikan guru atau calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya
  7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan
  8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka
  9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,observasi, dan diskusi atau pertemuan balikan
  10. Supervisi klinis dapat dipergunaka untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun  dalam jabatan (pre-service dan inservice education)[6]

Selain itu Acheson dan Gall (1987:14) juga mengemukakan karakteristik mendasar supervisi klinis, sebagai berikut:

  1. Dalam meningkatkan kualitas keterampilan intelektual dan perilaku mengajar guru secara spesifik
  2. Supervisi harus bertanggung jawab membantu para guru untuk mengembangkan keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan data yang benar dan sistematis, terampil dalam menguji cobakan, mengadaptasi, dan memodifikasi kurikulum, agar semakin terampil menggunakan teknik pengajaran, guru harus berlatih berulang --ulang
  3. Supervisi menekankan apa dan bagaimana guru mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk merubah kepribadian guru
  4. Perencanaan dan anlisis berpusat pada pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil onservasi.
  5. Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu penting mengenahi pembelajaran yang relevan bagi guru mendorong untuk berubah
  6. Konferensi sebagai umpan balik menitikberatkan ada analisis konstruktif dan penguatan terhadap pola pola yang berhasil daripada mnyalahkan pola-pola yang gagal
  7. Observasi itu didasarkan pada bukti, bukan pada pertimbangan nilai yang substansial atau nilai keputusan yang tidk benar.
  8. Siklus perencanaan, analisa dan pengamatan secara berkelanjutan dan bersifat komulatif
  9. Supervisi merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis dimana supervisor dan guru adalah kolega yang meneliti untuk menemukan pemahaman yang saling mengerti bidanga pendidikan
  10. Proses supervisi pada dasarnya berpusat pada analisis pembelajaran
  11. Guru memiliiki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan menilai isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan gaya mengjar
  12. Proses supervisi dapat diterima, dianalisis dan dikembangkan lebih banyak sama dengan keadan pengajaran yang dapat dilakukan
  13. Supervisor memiliki kebebasan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan supervisinya atau evaluasi pembelajaran.[7]

Sedangkan pandangan yang terakhir bersal dari Jerry H. Makawingbang dalam bukunya yang berjudul Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, bahwa supervisi klinis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman sehinggal timbul kesediaan untuk menerima perbaikan
  2. Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu
  3. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yng terintegrasi. Harus dianalisis sehinga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa, yang spesifik yang harus diperbaiki
  4. Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasanayang penug kehangatan, kedetan, keterbukaan[8]
  5. Supervisi yang diberikan tidak saja pda ketermpilan mengajar tapi juga mengenahi aspek kepribadian guru misalnya motivasi terhadap gairah mengajar
  6. Instrumen yang digunaan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru
  7. Blikanharus diberikan secepat mungkin  dan bersifat objektif
  8. Balikan bersal dari guru lebih dahulu bukan bersal dar supervisor[9]

PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI KLINIS

Menurut Jerry H. Makawimbang dalam bukunya yang berjudul Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, ada beberapa prinsip supervisi klinis sebagai berikut:

  1. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor
  2. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan
  3. Ciptaka suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor bersaha untuk apa yng menjadiharapan seorang guru
  4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang sunggu alami
  5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki

Menurut Rivai (1982:53) membagi prinsip-prinsip supervisi dua bagian yaitu prinsip positif dan prinsip negatif.

Prinsip positif memiliki profil keharusan dalam hal: konstruksi, kreatif, lebih berdasarkan pada sumber kolektif atau kelompok daripada usaha-usaha supervisor sendiri, didasarkan pada keadaan riil dan sebenarnya, sederhana dan informasi, objektif dan sanggup mengadakan evaluasi.

Sementara prinsip negatif memilki profil tidak diizinkan atau jangan dilakukan, yaitu: bersifat mendesak, didasarkan atas kekuasaan atau kedudukan, dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran, terlalu banyak mengenal soal-soal yang mendetail mengenahi cara-cara mengajar dan bahan pengajaran.[10]

Menurut purwanto (1998:35) mengemukakan prinsip-prinsip supervisi klinis:

  1. Dilakukan sesuai kebutuhan guru
  2. Hubungan supervisor dan guru didasarkan atas kerabat kerja
  3. Supervisor ditujang sifat keteladanan dan terbuka
  4. Dilakukan secara terus menerus
  5. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada
  6. Dipelancar melalui penimgkatan koordinasidan vertikal baik tingkat pusat maupun daerah.

Sejalan dengan pendapat Purwanto tersebut, Ari Kunto (2004:19) menegaskan pula bahwa yang termasuk prinsip supervisi sebagai berikut:

  1. Bersifat bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah, kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
  2. Bantuan diberikan secara langsung artinya bantuan harus diupayakan agar pihak yang bersangkutan tanpa paksaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
  3. Saran atau umpan balik disampaikan segera mungkin, agar tidak lupa
  4. Kegiatan supervisi dilakukan secara berkala
  5. Mencrminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan disupervisi
  6. Supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan

TUJUAN SUPERVISI KLINIS 

Pada dasarnya tujuan supervisi adalah untuk membantu memodifikasi pola- pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif. Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis, yaitu : pengembangan profesional dan motivasi kerja guru. Sedangakan menurut Acheson dan Gall (1987), tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaran guru dalam kelas. Kemudian tujuan ini dispesifikan sebgai berikut :

  1. Menyediakan umpan balik yang objektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.
  2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan maslah- masalah pengajaran.
  3. Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran.
  4. Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.
  5. Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap penngembangan profesional yang berkesinambungan.[11]

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi, menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional, prinsip supervisi klinis diantaranya Dilakukan sesuai kebutuhan guru.

Hubungan supervisor dan guru didasarkan atas kerabat kerja, Supervisor ditujang sifat keteladanan dan terbuka, Dilakukan secara terus menerus, salah satu ciri supervisi klinis ini adalah bertujuan untuk pengembangan profesional guru. Sedangkan tujuan daripada supervisi klinis adalah adalah untuk membantu memodifikasi pola- pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif

DAFTAR PUSTAKA

Zainal Aqib Dan Elham Rohmanto, Membangun profesionalisme guru dan pengawas sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2007) 

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1991)

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012)

Jerry H. Makawingbang, Supervisi dan peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Anonim, Tugas Akhir, (http://eprints.ung.ac.id..20128620413140  diakses pada 28 Februari pukul 11.00 WIB)

Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta : Penerbit Gava Media, 2011),

Aguslani Muslih dan Rudi Ahmad Suryadi, Supervisi Pendidikan Teori dan Praktik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018).

Kemendikbud, Modul Supervisi Akademik bagi Kepala Sekolah.( Jakrta : Ditjen GTK, 2017),

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun