Masjid Bungkuk di bangun pada abad ke-18 oleh KH Hamimuddin atau Mbah Bungkuk, yaitu seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang merupakan tokoh perjuangan agama Islam di Pulau Jawa. Masjid ini juga menjadi salah satu masjid pertama yang didirikan di Malang Raya. Masjid Bungkuk menjadi saksi bisu penyebaran agama Islam khususnya di Malang Utara oleh Kyai Hamimuddin. Beliau mulai menyebarkan Islam di wilayah Singosari yang masih berupa hutan belantara. Kebanyakan pengikutnya yakni masyarakat Hindu yang pindah ke Islam.
Nama "bungkuk" sendiri berasal dari sejarah yang menyertainya. Konon, pada masa itu masyarakat belum mengenal istilah rukuk dan sujud, sehingga rukuk dan sujud disebut sebagai "bungkuk". Tampilan masjid ini mirip dengan arsitektur Islam lainnya, namun tingginya membuatnya mudah terlihat di antara rumah-rumah di sekitarnya. Konsep masjid yang sederhana namun indah menjadikannya tempat yang nyaman untuk dikunjungi siapa pun.
Masjid ini telah beberapa kali renovasi karena usianya, namun empat pilar utama setinggi lima meter dengan ukiran ayat kursi serta bentuknya yang melengkung unik masih tetap dipertahankan sebagai bagian dari konstruksi asli masjid sejak awal pembangunannya. Masjid ini menjadi peninggalan sejarah sekaligus jejak penyebaran ajaran Islam di Malang Raya.Â
KH Moensif Nachrowi yang merupakan pengurus masjid menjelaskan bahwa masjid ini pada awalnya dibangun sebagai langgar (mushola) di tengah hutan belantara sebagai tempat ibadah masyarakat setempat. Namun seiring berjalannya waktu jamaah yang datang bertambah pesat yang menyebabkan mengalami perluasan menjadi masjid untuk menampung lebih banyak jamaah.