Mohon tunggu...
Farah Diena Rahmania
Farah Diena Rahmania Mohon Tunggu... Editor -

by the words can hurt and lift you...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antiklimaks Romeo-Julia

25 November 2016   16:24 Diperbarui: 25 November 2016   16:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

--

            Julia menyetujui usulanku. Sesampainya di rumah Paris, aku dan Julia disambut oleh Paris dengan tidak sopan. Ia hanya tertawa-tawa melihat kami yang berpegangan tangan dan menyampaikan maksud kami untuk segera menikah. Dengan tertawa Paris segera mengambil pedangnya dan berusaha menyerangku. Aku begitu panik. Kupaksa Julia untuk bersembunyi. Aku terus berlari menghindari amukan Paris. Tanpa sengaja aku tersandung oleh tumpukan benda panjang berwarna hitam. Aku sadar bahwa itulah sebuah pedang yang ditutup dengan sarung hitam. Aku mengambilnya sebagai senjataku melawan Paris.

            Dengan sigap dan penuh keberanian kuserang Paris yang begitu gagah. Aku hanya mampu membalas setiap serangan darinya. Ia mulai terlihat kelelahan, momen ini aku manfaatkan untuk menyerangnya dengan liar. Ia semakin terlihat kepayahan, hingga akhirnya ia terjatuh karena tak tahan atas luka sayatan yang memenuhi lengannya. Aku menjadi tidak tega terhadapnya, tapi, aku tak peduli, kuputuskan untuk meninggalkannya.

            Aku berjalan ke arah Julia dengan tergopoh-gopoh. Julia justru menyambutku dengan teriakan, “Awas di belakangmu!” Aku menyadari Paris sedang menyerangku kembali,  dengan cepat aku berbalik badan dan memasang pedangku tepat di dada. Dan akhirnya Paris tertusuk pedangku. Dengan bersimbah darah dan menahan sakit yang amat sangat, Paris akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

            Julia segera memelukku dan memaksa agar kami untuk segera ke rumahku. Kami berlari dengan perasaan yang tercampur aduk. Saat tiba, aku dan Julia segera membersihkan diri dan pergi ke gereja yang tidak jauh dari rumahku. Kami pun menikah dengan bantuan pendeta dan beberapa orang temanku. Setelah mengucapkan janji suci, aku mengecup kening Julia yang sekarang menjadi istriku. Aku sangat bahagia dapat memilikinya. Ini adalah jawaban dari doa-doaku. Tak lupa, aku berdoa agar keluarga kami menyetujui pernikahan kami dan mau berdamai. Semoga Tuhan menjawab doaku lagi.

Adaptasi kisah Romeo-Julietkarya William Shakespeare.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun