Kini aku tau,
Banyak hal yang tidak bisa diutarakan.
Mungkin ini penderitaannya.
Sebagai anak tunggal,
Beban mental itu adalah hal lumrah bagi kami.
Mungkin kalian pikir,
Beban apa kami ini?
Tidak kekurangan kasih sayang,
Tidak kekurangan material,
Tidak kekurangan apapun,
Harusnya.
Tapi, sekarang jawab.
Yang kalian bilang tidak ada beban,
Kenapa tiap insan anak tunggal pernah mengakui kesepian?
Bukankah segalanya mereka punya?
Kalian memang tidak bisa menjawabnya,
Karena bagi yang bukan anak tunggal,
Tidak akan pernah bisa paham.
Sepahit apapun yang ingin kami ungkapkan,
Tetap sulit untuk digambarkan.
Hanya lingkaran kamilah yang bisa memahami.
Memang kami ini aneh,
Apa sih maunya, gak jelas.
Itulah yang membuat kami sering bertengkar dengan diri sendiri,
Berbagi duka dengan diri sendiri,
Dan membuat bahagia diri sendiri. Itulah kenapa kami tidak bisa hidup tanpa imajinasi. Â Â
Mungkin,
Kami hanya kekurangan pengertian,
Karena memang gerak gerik ekspresi langkah pilihan dan apa adanya kami,
Tak bisa kami perlihatkan secara gamblang.
Sulit untuk mencari tau bahkan hanya sekedar menebak mengira dan merasa.
Menjadi sendiri,
Dibiasakan menyisakan rahasia.
Itu bukan salah kami,
Tapi itu adalah kami.
Seperti bukan kesalahan kalian kekurangan materi,
Karena punya kakak adik banyak saudara.
Jadi, tolong. Stop untuk insecure dan menjadi mudah paham akan hidup kami.
Karena kalian, tidak akan pernah bisa mengerti.
Tidak akan pernah bisa memahami.
Kami harap kalian mengerti, ternyata untuk memaklumi saja kalian tak terima.
Hasrat jiwa hati dan bahkan mental ini bersifat abstrak.
Tulisan ini pun bertujuan untuk membuat kalian setidaknya mau,
Menerima kurangnya kami.
Sulit untuk kalian jika tak perbanyak tau hal hal yang sudah coba kami bagikan di ruang publik.
Intinya jiwa anak tunggal adalah abstrak yang rapuh dan kelut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H