Rindu itu bukan hal yang dapat datang dan pergi karena disengaja..
Ya karena ita bicara soal hati, yang tak punya rupa warna atauapun bisa diraba,
Ia hanya bisa dirasa, entah bagaimana lagi harus dideskripsikan betapa sulitnya hal ini untuk dipahami.
Tapi bisa jadi mudah, bagi orang orang yang berdiri memiliki kemanusiaan, ketulusan, dan keikhlasan.
Ah, namun dalam tulisan ini bukan itu intinya.
Aku hanya ingin berbagi cerita, tentang rindu,
Aku tak pernah berjumpa dengannya, menyapa nya apalagi berbicara padanya.
Semua berjalan dengan mudahnya karena sebuah foto, foto, foto, dan hanya foto.
Sorot matanya dan manis lengkung bibirnya buat aku terus terbayang.
Yah mungiin hanya sekedar kagum,
Namun jika cuman kagum kenapa harus ada rindu?
Kenapa terus terbayang?
Kenapa melekat dan tak mudah pergi?
Kata temen ku sih,
Rasa suka yang terlalu mendalam.
Mendalam?
Dia bertanya
"sedalam semut menggali rumahnya"
Hahaha
Iya hahhha
Hahaha aku tak tau jawabannya.
Karena aku sendiri tak menyangka akan sampai pada hari ini
Dimana dirinya selalu kutunggu updatenya,
Tiada hari tanpa memandang, merindu dan memeluk fotonya (yang sudah kuprint)
Aneh memang,
Aneh, bahaya,
Ya aku hanya membiarkan rasa itu pada awalnya
Lama lama malah membukit
Kupeluk bantal,
Putaran yang menari indah sampai ke telingaku,
Pertama berjudul "Peace be upon you-Maher Zain"
Aku rindu, aku rindu Ya Rabb,
Aku rindu Rasulku, aku rindu, ku ingin peluk, rindu Ya Rabb, ini berat
Berat sekaliii..
Tarik aku tanpa dosa, kuingin peluk Rasulku Ya Allah..
Se-titik, dua titik, dan berlanjut.
Pada akhirnya tempat ternyaman dan tempat yang tepat untuk dirindukan, adalah Rasul.
Sampai aku bingung, apakah rindu ku pada dia yg tak mengenalku benar benar ada?
Atau berjalan seperti biasa*?
Makna *
-biasa = kebiasaanku*
-kebiasaanku = mengkhayal menari nari dalam imajinasi dan berbicara sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H