Mohon tunggu...
Faradilla Basri
Faradilla Basri Mohon Tunggu... Freelancer - Anak perempuan sekaligus laki laki dalam keluarga #buaiandilla

Ingin belajar dan berbagi. Boleh mengapresiasi tapi jangan di bully. Butuh kritik tapi jangan dijatuhkan. Karena setiap orang punya batu loncatan untuk dirintangi. Selamat membaca:)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Rindu Biasa

5 Agustus 2019   00:00 Diperbarui: 5 Agustus 2019   00:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 Rindu itu bukan hal yang dapat datang dan pergi karena disengaja..

Ya karena ita bicara soal hati, yang tak punya rupa warna atauapun bisa diraba,

Ia hanya bisa dirasa, entah bagaimana lagi harus dideskripsikan betapa sulitnya hal ini untuk dipahami.

Tapi bisa jadi mudah, bagi orang orang yang berdiri memiliki kemanusiaan, ketulusan, dan keikhlasan.

Ah, namun dalam tulisan ini bukan itu intinya.

Aku hanya ingin berbagi cerita, tentang rindu,

Aku tak pernah berjumpa dengannya, menyapa nya apalagi berbicara padanya.

Semua berjalan dengan mudahnya karena sebuah foto, foto, foto, dan hanya foto.

Sorot matanya dan manis lengkung bibirnya buat aku terus terbayang.

Yah mungiin hanya sekedar kagum,

Namun jika cuman kagum kenapa harus ada rindu?

Kenapa terus terbayang?

Kenapa melekat dan tak mudah pergi?

Kata temen ku sih,

Rasa suka yang terlalu mendalam.

Mendalam?

Dia bertanya

"sedalam semut menggali rumahnya"

Hahaha

Iya hahhha

Hahaha aku tak tau jawabannya.

Karena aku sendiri tak menyangka akan sampai pada hari ini

Dimana dirinya selalu kutunggu updatenya,

Tiada hari tanpa memandang, merindu dan memeluk fotonya (yang sudah kuprint)

Aneh memang,

Aneh, bahaya,

Ya aku hanya membiarkan rasa itu pada awalnya

Lama lama malah membukit

Kupeluk bantal,

Putaran yang menari indah sampai ke telingaku,

Pertama berjudul "Peace be upon you-Maher Zain"

Aku rindu, aku rindu Ya Rabb,

Aku rindu Rasulku, aku rindu, ku ingin peluk, rindu Ya Rabb, ini berat

Berat sekaliii..

Tarik aku tanpa dosa, kuingin peluk Rasulku Ya Allah..

Se-titik, dua titik, dan berlanjut.

Pada akhirnya tempat ternyaman dan tempat yang tepat untuk dirindukan, adalah Rasul.

Sampai aku bingung, apakah rindu ku pada dia yg tak mengenalku benar benar ada?

Atau berjalan seperti biasa*?

Makna *

-biasa = kebiasaanku*

-kebiasaanku = mengkhayal menari nari dalam imajinasi dan berbicara sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun