Seorang teman lama mengirimi saya direct message (DM) via instagram, menanyakan tentang tempat saya bekerja sekarang. Saya jawab pertanyaannya sambil balik menanyakan pertanyaan dimana, namun jawabannya membuat kening saya sedikit berkerut.
Bagaimana tidak, balasannya adalah pertanyaan lagi, singkat, tanpa ada jawaban atas pertanyaan saya tadi.
Well.. Nggak saya balas DM-nya. He he.
Dan baru hari ini tadi, saya memesan ojek online untuk pesan antar makanan. Saya menanyakan apakah ada rekomendasi makanan tertentu, namun balasannya pertanyaannya, bukan jawaban saya.
Padahal sebagai penjual jasa bukankah pesanan pembeli harus benar-benar diperhatikan?
Ini mungkin hal yang dianggap sepele oleh orang-orang, tentang kemampuan mendengarkan. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Perhatian yang diberikan bukan karena tertarik dengan topiknya, tapi lebih kepada penghargaan terhadap orang yang sedang berbicara kepadanya. Masalahnya, jika lewat text saja, yang notabene memberikan lebih banyak waktu untuk mencerna kalimat per kalimat, kata per kata - TIDAK bisa memperhatikan? Apalagi dengan pembicaraan langsung?
Saya pernah membaca salah satu pendapat tentang masalah "dengar mendengar" ini, bukan kitanya yang tidak bisa mendengar dengan penih perhatian, tetapi, kita lah yang TIDAK mau perhatian.
Memang saya akui, susah sih, berusaha memberikan perhatian full terhadap lawan bicara, ada aja yang bikin ngga fokus kan?
Atau kita tidak tertarik pada topiknya..
Atau kita meremehkan lawan bicara kita...
Atau kita yang memang hanya ingin ngomong semata, mementingkan EGO tanpa mau peduli dengan orang lain?
Ah, bermacam-macam alasan.
Abraham Lincoln, suatu ketika pernah mengalami masalah yang pelik, maka dia pergi ke rumah temannya yang berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya, berbicara, menumpahkan pendapatnya, dan kemudian pulang dengan perasaan puas dan lega.
Temannya tidak memberikan pendapat apa-apa, temannya hanya mendengarkan dengan penuh perhatian. Dengan kepedulian.
Namun itulah yang dibutuhkan Lincoln, dia hanya butuh didengarkan, berbicara untuk mengutarakan pendapatnya yang sebenarnya mungkin - dia sudah tahu kira-kira jalan keluarnya.
Pendengar yang baik, bukan hanya mendengarkan diam saja saat ada yang bicara. Namun juga bisa memberikan tanggapan yang menunjukkan kepedulian, yang disesuaikan dengan keadaan si pembicara.
24 Maret, ditulis di antara jalan Rantau _ Tanjung