Osing merupakan salah satu subbahasa Jawa yang terletak di wilayah pesisir timur Pulau Jawa, tepatnya di bagian selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara history, perkembangan Bahasa Osing tidak lepas dari pengaruh bahasa dan peradaban yang berkembang di sekitarnya. Menurut sejarahnya Bahasa Osing merupakat akulturasi dari bahasa jawa kuno dengan Bahasa Bali. Secara etimologi, kata "Osing" berasal dari kata dalam bahasa Jawa yaitu "Asih" yang berarti cinta, kasih sayang. Sedangkan arti kata osing sendiri menurut orang Banyuwangi adalah “Tidak”. Suku Osing selama ini telah menjaga keaslian bahasa daerahnya sebagai identitas budaya yang turun-temurun diwariskan.
BahasaAkan tetapi Bahasa Osing kini sedang terancam punah. Hal ini disebabkan semakin sedikitnya generasi muda yang masih mampu berbahasa Osing dengan lancar. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan Bahasa Osing di kalangan generasi muda semakin terpinggirkan. Mereka lebih memilih untuk berbahasa Indonesia atau bahasa Jawa dalam kesehariannya. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa Bahasa Osing terkesan kuno dan tidak modern.
Sedikitnya pengguna Bahasa Osing di kalangan anak muda disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, sejak dini mereka telah terbiasa berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia di sekolah maupun lingkungan sosial di luar keluarga. Kedua, mereka merasa malu dan minder menggunakan bahasa daerah karena dianggap kurang bergaya.
Selain itu, media sosial yang mereka konsumsi selalu menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa global sehingga mengakibatkan sedikitnya penggunaan Bahasa Osing. Padahal bahasa adalah identitas penting budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Jika remaja saat ini tidak lagi menggunakannya, budaya bahasa daerah akan segera punah.
Meredupnya penggunaan bahasa Osing di kalangan anak muda memupuskan harapan terhadap pelestarian bahasa daerah yang telah lama melekat dalam masyarakat setempat. Jika tren ini terus berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan bahwa Bahasa Osing akan punah dalam beberapa generasi ke depan. Hal ini akan berdampak pada hilangnya kekayaan budaya lokal Banyuwangi. Banyak ungkapan, peribahasa, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam Bahasa Osing akan ikut lenyap. Selain itu, identitas masyarakat Osing juga terancam pudar jika bahasa ibu mereka tidak lagi digunakan.
Upaya revitalisasi bahasa perlu segera dilakukan dengan melibatkan peran serta seluruh elemen masyarakat termasuk generasi milenial. Pelestarian Bahasa Osing merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, akademisi, budayawan, dan masyarakat. Upaya ini penting dilakukan agar warisan budaya lokal ini tidak punah ditelan arus globalisasi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan bahasa Osing dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H