Mohon tunggu...
Faradiba Yasmin
Faradiba Yasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kualitas Udara Buruk Menjadi Penyebab Utama Meningkatnya Angka Respirasi yang Tinggi

8 Mei 2023   16:35 Diperbarui: 8 Mei 2023   17:09 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sebagai manusia tidak pernah bisa terlepas dari udara, udara merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan setiap umat bernyawa. Kualitas udara bisa menjamin bagaimana sehat atau tidaknya suatu lingkungan, yang mana jika kualitas udara buruk maka akan terjadi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan udara itu sendiri. Misalnya, permasalahan pernafasan, yang mungkin kita sudah sama-sama mengetahuinya terlebih ketika melihat data empiris bahwasanya pohon dan lingkungan hijau sudah banyak digarap, dialihfungsikan sehingga menurunnya kualitas oksigen semakin drastis tentunya. Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators terdapat 5 penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma. Agar dapat mengetahui apa saja penyebab permasalahan ini, sudah selayaknya kita mengkaji lebih jauh dan memahami sedikitnya pendasaran dari kesehatan. Dengan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan library research atau literatur kepustakaan, penulis akan menelaah lebih jauh Bagaimana dinamika yang ada dilingkungan sekitar kita, melalui afiliasi penulis yang berperan sebagai mahasiswa.

Polusi udara merupakan bahan kajian penting karena manusia tidak dapat menghindar dari bahan hirup yang ada di lingkungan seperti partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan polusi udara termasuk penilaian tingkat polusi perlu dikuasai dengan baik agar dapat melakukan pembahasan mendalam tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan paru. Partikel polutan dapat berbentuk padat maupun droplet. Deposisi partikel yang terinhalasi bergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran partikel, anatomi saluran napas, dan pola napas. Partikel > 10 m akan disaring secara efektif di hidung dan nasofaring, kemudian dibatukkan atau ditelan. Partikel < 10 m akan berhenti di cabang -- cabang trakeobronkial. Deposisi partikel berukuran antara 1 -2 m di alveoli paru, sedangkan partikel < 0,3 m akan sampai ke permukaan alveoli. Pembersihan partikel dari saluran napas oleh mukosilier sangat efisien dalam beberapa jam sedangkan di alveoli sangat lambat.

Melihat data dan fakta yang ada, kita semua disuguhi keadaan yang dimana nantinya akan membuat kita, anak cucu kita dan semua masyarakat yang ada di negeri ini terpapar penyakit respirasi. Penyakit respirasi mungkin terdengar sepele, namun pada dasarnya respirasi merupakan bagian vital dalam hidup kita, bagaimana jantung memompa darah, menghantarkan oksigen ke otak dan sebagainya. Dalam kacamata saya sebagai mahasiswa, tidak jarang saya melihat bahwasanya polusi polusi udara terlihat sangat jelas kacaunya, terlebih ketika dijalankan, ditempat yang dimana menjadi salah satu sumber polusi udara terbesar. Kita bisa saja menjadi salah satu partisipan dalam meningkatnya polusi udara, jangan mau menggunakan fasilitas publik, dan merusaknya. Kita sebagai masyarakat, terlebih berperan pula sebagai pelajar dan mahasiswa seharusnya lebih paham mengenai urgensi yang seharusnya kita ketahui mengenai polusi udara ini. Kualitas Udara di Indonesia terus menurun setiap tahunnya, pembelian kendaraan pribadi meningkat, deforestasi meningkat, alih fungsi dan segala hal yang tidak menunjukan adanya keseimbangan inilah yang membuat kualitas udara di negara Indonesia terus merosot kebawah.

Dengan menggunakan kemampuan dan mengerahkan seluruh kegunaan peran kita sebagai pelajar maupun mahasiswa, sebagai salah satu elemen masyarakat dengan tingkatan pemahaman yang lebih baik. Kita harusnya mampu menstimulus masyarakat, memberikan pengarahan dan berbagai macam bentuk solusi agar masyarakat bisa lebih menghargai bumi, terutama udara. Jika dibiarkan terus seperti ini, negara kita akan kekurangan oksigen layak hirup, yang nantinya akan membuat oksigen menjadi salah satu elemen langka. Karena, penyakit ini bisa menyerang kapan saja, dan siapa saja, tidak mengenal waktu, jika kualitas udara dilingkungan sekitar kita kotor, maka saluran respirasi akan terganggu, sedikitnya melalui alergi dan infeksi saluran pernafasan taraf awam, seperti flu maupun batuk. Maka dari itu, pikirkan anak cucu kita, gunakan akal rasional, objektif dan ilmiah, supaya kita bisa menjadi mahasiswa yang memiliki peran dalam pembangunan bangsa.

Polusi udara merupakan salah satu fenomena yang sudah dianggap normal atau lazim di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya kultur yang dimana masyarakat Indonesia kurang memahami pentingnya kualitas udara. Dalam fenomena ini, kita sebagai mahasiswa harus menjalankan peran dalam menjalankan misi pembangunan masyarakat, agar kedepannya masyarakat bisa lebih sehat dan terjaga, melalui pemahaman inilah, kita sebagai mahasiswa harus bisa berjuang sejauh mana kita bisa menghasilkan suatu perubahan bagi kerusakan masyarakat Indonesia menjadi perubahan yang lebih baik. Karena udara adalah elemen satu-satunya yang bisa kita hirup untuk keberlangsungan hidup kita, jangan sampai adanya penurunan kualitas oksigen membuat peningkatan penyakit respirasi terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI&IDKI, 1999; p. 3-33.

Balmes JR, Tager IB, Eisner MD. Air pollutant. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadel's Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed.

Philadelphia:Elsevier Saunders, 2005; pp.1800-14.

Cowie RL, Murray J, Becklade MR. Pneumoconiosis. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadel's Textbook of Respiratory Medicine.

4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005.p.1748-72.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun