Mohon tunggu...
Farabi Muhammad Khalil
Farabi Muhammad Khalil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (UHAMKA)

Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang menerima informasi yg baik, informasi yang baik didapatkan oleh pemberi informasi yang baik. Cita-cita saya menjadi reporter yang baik lulusan Uhamka. Jadikan Agama sebagai prioritas utama dalam menjejakkan kaki di atas bumi Allah. @farabimkhalil

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jawaban dari Keterbatasan Akal Manusia

7 Mei 2021   16:31 Diperbarui: 24 Mei 2021   09:55 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Logika berasal dari kata logos dalam bahasa yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan, nalar atau arti. Secara etimologi logika adalah salah satu pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir atau jalan pikiran yang masuk akal. 

Menurut Aristoteles logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme). 

Logika merupakan salah satu cabang filsafat. yang mempelajari bagaimana berpikir dengan baik dan benar, tertib akal, sistematis dan teratur dengan menggunakan akal sehat. Logika dapat diartikan sebagai nalar atau akal. Kata "logis" bisa diartikan sebagai masuk akal. 

Contoh logis atau masuk akal: jika kita jatuh dari ketinggian 30 meter pada permukaan yang keras maka kita akan mati. Tetapi jika kita jatuh pada air dengan kedalaman 5 meter, kita akan selamat. 

Contoh tidak logis atau tidak masuk akal: jika kita ditabrak mobil dengan kecepatan 180 km/jam maka mobil itu akan hancur dan kita tidak akan mati. Jika kita diinjak gajah yang besar, maka gajah itu akan kesakitan dan kita tidak akan terluka.

Di dalam Al-Quran, Allah telah memberikan stimulus bagi otak manusia untuk berfikir tentang kebesarannya melalui ciptaannya.

Allah SWT berfirman : "dan Dia (Allah) memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti". (QS. Al-Baqarah : 73) 

Ada berbagai ayat di dalam Al-Quran yang mengungkapkan kalimat "la'allakum tatafakkaruun"(agar kalian berfikir), "Afalaa tatafakkarun" (Apakah kalian tidak befikir?", "la'allakum ta'qiluun"(sehingga kalian berfikir). Ungkapan-ungkapan tersebut memberikan efek afektif yang membuat kita merenung dan berfikir (berlogika). Allah telah menciptakan akal pada manusia untuk berfikir atau berlogika. Hasil dari pemikiran-pemikiran manusia tersebutlah yang nantinya akan menjadi cikal bakal ilmu pengetahuan yang saat ini kita pelajari berasal. 

Allah SWT berfirman : "Dan tidaklah kehidupan ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. maka tidakkah kamu memahami?". (QS. Al-An'am : 32)


Logika berbeda dengan iman, beriman tidak membutuhkan akal budi seperti halnya logika membutuhkan akal. Iman merupakan perasaan. Perasaan tidak membutuhkan akal seperti halnya cinta yang juga tidak memerlukan akal. Perasaan membutuhkan hati maka Iman pun membutuhkan hati. Iman berada di wilayah yang tidak bisa dijangkau akal. Iman bukan berdasarkan hasil observasi atau penelitian saintifik melainkan keyakinan dalam mempercayai sesuatu dari hasil berfikir dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan peringatan-peringatannya. 

Di dalam Al-qur'an surat Al-Mulk ayat 10 yang berbunyi : "Dan mereka berkata, sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala". 

Dari ayat tersebut telah disebutkan kata "memikirkan" yaitu memikirkan peringatan. Peringatan yang bisa berupa mukjizat, firman-firman Allah serta dakwah para Nabi. Kalau kita memikirkan peringatan-peringatan tersebut, menggunakan logika dengan metode silogisme Aristoteles dapat kita terapkan seperti berikut : kebenaran dapat dibuktikan melalui keajaiban mukjizat yang diberikan Allah kepada nabi. Nabi Muhammad diberikan mukjizat oleh Allah yaitu Al-Qur'an, membelah bulan, isra' dan mi'raj, air mengalir dari jari jemari, menyembuhkan sakit mata dan segelas susu yang mengenyangkan orang banyak. Maka nabi Muhammad itu benar dan Ia telah menyampaikan kebenaran.

Menurut  Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri ada 3 hal yang menjadi dalil aqli iman kepada Allah SWT. Pertama, Karena tidak ada seorang pun di alam raya ini yang mengklaim telah menciptakan alam raya ini beserta isinya selain dari Allah SWT. Kedua adalah adanya firman-firman Allah SWT di dalam Al Quran yang selalu dibaca oleh umat Islam. Tak hanya dibaca tetapi juga dihayati dan dipahami maknanya. ketiga adalah adanya sistem yang teratur dalam tata surya dan kehidupan di bumi. Mulai dari proses penciptaan, pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yang ada di alam semesta ini tunduk kepada Sunatullah.

Mukjizat dan risalah historis para nabi tersebut merupakan peristiwa ajaib diluar nalar yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Hal ini bertujuan agar manusia berfikir akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Agar yang dikatakan dan yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul dapat dipercaya dan terbukti kebenarannya akan eksistensi Allah dan terbukti akan kenabiannya bahwa Ia adalah utusan Allah. Hanya tinggal manusia yang menerima stimulus dari bukti-bukti itu mau mempercayai dan menerima keajaiban itu atau tidak. 

Bagaimana bisa tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular besar dan melahap ular-ular penyihir Firaun? Bagaimana bisa tongkat Nabi Musa bisa membelah lautan? Bagaimana bisa Nabi Isa bisa berbicara sejak baru dilahirkan? Bagaimana bisa Nabi Muhammad membelah bulan? Pertanyaan-pertanyan tersebut tidak bisa dijelaskan secara ilmiah seperti halnya jawaban dari bagaimana pesawat bisa terbang di udara? Bagaimana proses terbentuknya janin pada rahim manusia?  Bagaimana sistem peredaran darah? dan berbagai pertanyaan serupa yang masih bisa dijawab  dan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan dan sains. Walau bagaimanapun juga dunia ini masih menyimpan ribuan rahasia. Rahasia-rahasia yang sengaja tidak Allah ungkapkan kepada manusia untuk menguji keimanan umat manusia. 

Allah menciptakan akal manusia yang terbatas, tidak bisa menjangkau hal-hal yang bersifat gaib. Dengan begitu, iman adalah jawaban dari keterbatasan akal manusia dalam meyakini sesuatu yang tidak terlihat. Jadi kita tidak perlu memilirkan secara sains bagaimana mukjizat tersebut dapat terjadi, bagaimana Rasulullah dapat membelah bulan, bagaimana tongkat Nabi Musa dapat berubah menjadi ular, bagaimana bentuk Allah, bagaimana Allah ada sebelum segala sesuatu ada, dan hal-hal serupa lainnya yang diluar kemampuan akal manusia. Hal yang seharusnya kita pikirkan adalah peringatan-peringatan yang disampaikan kepada kita melalui firman sang pencipta. Allah SWT.

Wallahu a'lam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun