Mohon tunggu...
Farabi Muhammad Khalil
Farabi Muhammad Khalil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (UHAMKA)

Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang menerima informasi yg baik, informasi yang baik didapatkan oleh pemberi informasi yang baik. Cita-cita saya menjadi reporter yang baik lulusan Uhamka. Jadikan Agama sebagai prioritas utama dalam menjejakkan kaki di atas bumi Allah. @farabimkhalil

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jawaban dari Keterbatasan Akal Manusia

7 Mei 2021   16:31 Diperbarui: 24 Mei 2021   09:55 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dari ayat tersebut telah disebutkan kata "memikirkan" yaitu memikirkan peringatan. Peringatan yang bisa berupa mukjizat, firman-firman Allah serta dakwah para Nabi. Kalau kita memikirkan peringatan-peringatan tersebut, menggunakan logika dengan metode silogisme Aristoteles dapat kita terapkan seperti berikut : kebenaran dapat dibuktikan melalui keajaiban mukjizat yang diberikan Allah kepada nabi. Nabi Muhammad diberikan mukjizat oleh Allah yaitu Al-Qur'an, membelah bulan, isra' dan mi'raj, air mengalir dari jari jemari, menyembuhkan sakit mata dan segelas susu yang mengenyangkan orang banyak. Maka nabi Muhammad itu benar dan Ia telah menyampaikan kebenaran.

Menurut  Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri ada 3 hal yang menjadi dalil aqli iman kepada Allah SWT. Pertama, Karena tidak ada seorang pun di alam raya ini yang mengklaim telah menciptakan alam raya ini beserta isinya selain dari Allah SWT. Kedua adalah adanya firman-firman Allah SWT di dalam Al Quran yang selalu dibaca oleh umat Islam. Tak hanya dibaca tetapi juga dihayati dan dipahami maknanya. ketiga adalah adanya sistem yang teratur dalam tata surya dan kehidupan di bumi. Mulai dari proses penciptaan, pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yang ada di alam semesta ini tunduk kepada Sunatullah.

Mukjizat dan risalah historis para nabi tersebut merupakan peristiwa ajaib diluar nalar yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Hal ini bertujuan agar manusia berfikir akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Agar yang dikatakan dan yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul dapat dipercaya dan terbukti kebenarannya akan eksistensi Allah dan terbukti akan kenabiannya bahwa Ia adalah utusan Allah. Hanya tinggal manusia yang menerima stimulus dari bukti-bukti itu mau mempercayai dan menerima keajaiban itu atau tidak. 

Bagaimana bisa tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular besar dan melahap ular-ular penyihir Firaun? Bagaimana bisa tongkat Nabi Musa bisa membelah lautan? Bagaimana bisa Nabi Isa bisa berbicara sejak baru dilahirkan? Bagaimana bisa Nabi Muhammad membelah bulan? Pertanyaan-pertanyan tersebut tidak bisa dijelaskan secara ilmiah seperti halnya jawaban dari bagaimana pesawat bisa terbang di udara? Bagaimana proses terbentuknya janin pada rahim manusia?  Bagaimana sistem peredaran darah? dan berbagai pertanyaan serupa yang masih bisa dijawab  dan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan dan sains. Walau bagaimanapun juga dunia ini masih menyimpan ribuan rahasia. Rahasia-rahasia yang sengaja tidak Allah ungkapkan kepada manusia untuk menguji keimanan umat manusia. 

Allah menciptakan akal manusia yang terbatas, tidak bisa menjangkau hal-hal yang bersifat gaib. Dengan begitu, iman adalah jawaban dari keterbatasan akal manusia dalam meyakini sesuatu yang tidak terlihat. Jadi kita tidak perlu memilirkan secara sains bagaimana mukjizat tersebut dapat terjadi, bagaimana Rasulullah dapat membelah bulan, bagaimana tongkat Nabi Musa dapat berubah menjadi ular, bagaimana bentuk Allah, bagaimana Allah ada sebelum segala sesuatu ada, dan hal-hal serupa lainnya yang diluar kemampuan akal manusia. Hal yang seharusnya kita pikirkan adalah peringatan-peringatan yang disampaikan kepada kita melalui firman sang pencipta. Allah SWT.

Wallahu a'lam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun