Wahai saudaraku, kita tentu sepakat bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di bumi ini. Saya juga yakin bahwa negeri kita adalah satu satunya negara yg mempunyai suku, agama dan budaya paling banyak di dunia. Untuk itu tdk heran jika negeri kita menjadi bahan pembelajaran negara lain yg menganut paham demokrasi seperti negeri kita ini. Suatu paham yg sudah disepakati oleh para pendiri negeri ini, yg dengan susah payah, dengan cucuran keringat, air mata dan darah merebut negeri ini dr cengkraman penjajah.Â
Negeri kita menjadi sorotan dunia setelah berhasil menyelenggarakan pemilihan presiden dgn proses yang sangat panas dan cenderung brutal dengan ending yang boleh dibilang mulus. Dunia melihat kita sebagai masyarakat yg terhormat, karena meskipun mempunyai keragaman suku, agama dan budaya yg kompleks dan rumit, kita masih dipandang sbg masyarakat yg mempunyai toleransi tinggi, rasa saling menghormati dan budaya gotong royong yg masih sangat erat melekat pada diri kita.
Namun dengan adanya sosok Ahok, seorang kafir (non muslim) yang kebetulan menjabat sebagai gubernur DKI karena kecelakaan politik karena ditinggal kawannya yg kebetulan dipilih oleh sebagian besar rakyat Indonesia menjadi presiden, menjadi carut marutnya kebersamaan yg selama ini kita rasakan.Â
Terlebih para alim ulama, bahkan MUI yg nota bene adalah sebagai panutan agama Islam di Indonesia ikut memanaskan suasana dgn menyatakan si Ahok bisa dibunuh atau minimal diusir dr negeri ini. Okey... sy tdk akan melihat kasus ini dr segi Ahok dan panasnya suasana pilkada DKI, meskipun sebelumnya MUI telah didatangi salah satu pasanga calon untuk "diskusi" setelah pernyataan kontroversi Ahok di media tentang surah Al-maidah 51. Para ulama dinegeri demokrasi ini secara terang-terangan menolak pemimpin kafir, meskipun si kafir ini dirasa adil dan memberi kebaikan untuk semuanya.Â
Yang saya khawatirkan wahai para alim ulama di negeri ini, sadarkah anda jika di Timur tengah sana, yang semua negerinya bernafaskan Islam, yg seluruh pemimpinnya muslim, rakyatnya sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi mendapat suaka, atau paling tidak mendapat perlindungan dari negeri Eropa, yg hampir semua pemimpinnya kafir, kecuali walikota London yg memang muslim. Sadarkah wahai para ustadz dan ulama, bahwa apa apa yang anda katakan akan dilihat oleh dunia bahkan oleh para pemimpin di dunia ini. Sadarkah saudaraku.... bahwa jika destinasi pengungsi muslim dr Timur Tengah di tolak dan diusir dari Eropa, sedangkan mereka para pengungsi membawa orang tua, anak-anak, perempuan, bahkan bayi mungilnya yang sangat membutuhkan perlindungan dr pemimpin dan warga kafir Eropa, apa yg harus mereka lakukan?Â
Tahukan anda bahwa sekarang di Eropa, sedang berbondong bondong kaum kafir menjadi mualaf karena melihat damai dan indahnya Islam. Saya khawatir apa yg anda ucapkan itu akan membalikkan pikiran mereka tentang Islam. Jika itu adanya maka bukan Ahok yg menghancurkan Islam, tapi anda sendi sebagai ustadz dan ulama yg sering mengobarkan dendam permusuhan.
Tidak bisakah anda wahai alim ulama dan ustadz negeri ini memberikan ketenangan dan keteduhan dalam setiap berucap...? Percayalah.... Islam tidak akan hancur hanya karena Ahok, Islam tidak akan punah hanya karena Ahok, Islam bukanlah agama yg takut dengan Ahok. Lalu apa yg saudaraku takutkan dengan seorang Ahok. Dia bukan apa-apa, dia hanya kutu kupret yg berusaha mengais rejeki dengan jalan menjadi gubernur DKI.Â
Ahok hanyalah kutu kupret yg hanya berusaha jujur dan berusaha memperbaiki DKI. Sama seperti Anis dan Agus yg sedang berusaha untuk dapat terlibat dalam memperbaiki DKI dengan jujur dan adil. Jadi janganlah takut dengan kutu kupret yg namanya si Ahok. Janganlah engkau pertaruhkan nasib jutaan pengungsi muslim yg sedang mencari perlindungan ke Eropa hanya karena si kutu kupret Ahok.
Berjuanglah dengan damai, berjuanglah dengan adil, berjuanglah dengan kasih sayang seperti apa yang diajarkan oleh Islam.
Salam damai dari saya, seorang muslim yg berharap Indonesia selalu dalam perlindungan Allah SWT.
Amin.... ya rabbal alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H