Peserta didik juga diharapkan memiliki keterampilan kolaboratif; komunikatif juga kepercayaan diri, sehingga potensi peserta didik dapat berkembang maksimal. Peran pendidik menjadi sangat penting, mengingat dalam penerapan proses pembelajaran berbasis HOTS tidak dapat dikatakan sepele dan mudah.Â
Pendidik harus menguasai materi secara keseluruhan dan tentu perlu untuk terus menerus belajar dengan mengikuti perkembangan zaman. Eksplorasi terhadap materi, pendekatan, prinsip dan desain pembelajaran sangat diperlukan, guna menciptakan lingkungan belajar yang inovatif bagi peserta didik.
Lantas bagaimana dengan pembelajaran jarak jauh?
Pembelajaran jarak jauh menjadi peluang besar bagi peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama generasi muda. Mengingat generasi muda terikat erat dengan kemajuan teknologi dan informasi. Melalui pembelajaran jarak jauh, interaksi antara pendidik dan peserta didik tidaklah intens seperti pembelajaran tatap muka, sehingga rasa ketergantungan antara satu sama lain tidak sebesar pelaku pembelajaran tatap muka.Â
Meski begitu kemandirian peserta didik pada proses pembelajaran jarak jauh umumnya lebih tinggi, sehingga kemungkinan untuk meningkatkan HOTS menjadi lebih besar. Hal tersebut dikarenakan ketika peserta didik merasa kurang memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, akan muncul upaya untuk mencari jalan keluar akan permasalahannya tersebut.
Tugas pendidik bukan lagi pada memenuhi 4M (Melihat, Mendengar, Membaca dan Melakukan) bagi peserta didik, namun 6M dengan memberikan umpan kepada peserta didik pembelajaran jarak jauh untuk turut merenungkan dan menghasilkan. Melalui pemberian umpan 6M inilah diharapkan peningkatan HOTS peserta didik jarak jauh kian timbul, sehingga capaian pembelajaran dapat dikembangkan sebagai kemampuan lain yang berkaitan dengan keterampilan hidup atau life skills.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H