Mohon tunggu...
Faqih Abdullah
Faqih Abdullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

ESFP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alasan dan Bagaimana Rasisme Mempengaruh Hubungan Internasional

5 Juni 2023   11:57 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa dunia yang sudah berkembang seperti sekarang ini yang sudah dipenuhi oleh berbagai teknologi dan banyak hubungan internasional antar negara, masih terdapat banyak fenomena kurang baik yang terjadi. Salah satunya yaitu rasisme. Rasisme adalah pembedaan perlakuan kepada orang yang didasarkan kepada warna kulit seseorang. Dalam hal ini, ras kulit putih dianggap lebih unggul dan lebih layak untuk menjalani kehidupan yang baik dibandingkan dengan ras kulit hitam. Pandangan ini tentu saja bukan pandangan yang baik, dimana dapat membuat ras kulit hitam tidak mengalami perlakuan yang sama dengan perlakuan yang diterima ras kulit putih.

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia (2016), rasisme adalah paham dalam penggolongan membedakan manusia berdasarkan warna kulit serta ciri fisik. Menurut Lustig dan Koester dalam Susanti (2003), rasisme merupakan suatu istilah yang memicu adanya pemikiran sama kuat serta reaksi emosional yang mengingkari tanggung jawab dalam tindakan rasis dan berpikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rasisme diartikan sebagai prasangka berdasarkan keturunan bangsa, atau perlakuan yang berat sebelah terhadap suku bangsa yang berbeda-beda, atau paham bahwa ras diri sendiri adalah ras paling unggul.

Melihat peristiwa rasisme yang marak terjadi, PBB atau Perserikatan Bangsa-bangsa bertekad untuk melawan segala hal yang melibatkan rasisme. Nilai-nilai rasisme sendiri dianggap menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dianut oleh PBB seperti yang tertulis di dalam Piagam PBB. Dalam Piagam PBB, rasisme dianggap menyalahi Hak Asasi Manusia atau HAM Internasional dimana tidak seharusnya salah satu seorang individu merasa dipojokkan karena kebangsaannya.

Dalam memberantas rasisme dan segala hal yang menyalahi atau menyeleweng dari nilai-nilai hak asasi manusia, PBB mendirikan organisasi yang bernama Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights atau OHCHR. OHCHR sendiri merupakan organisasi internasional yang didirikan PBB dan berada di bawah naungannya yang memiliki fokus pada bidang dan isu-isu hak asasi manusia, dan memiliki tugas untuk mempromosikan nilai-nilai hak asasi manusia, dan menangani segala jenis pelanggaran yang melibatkan hak asasi manusia di seluruh dunia guna mengurangi dan meniadakan adanya pelanggaran di kemudian hari.

Dalam melawan rasisme, OHCHR banyak memberikan kontribusinya. Salah satu kontribusi OHCHR dalam melawan rasisme yaitu membuat kampanye bernama Voices for Action against Racism. Dalam setiap tahunnya secara rutin, 21 Maret diperingati sebagai Hari Internasional Penghapusan Diskriminasi Rasial. Hal ini bermula ketika polisi di Sharpeville, Afrika Selatan menembak dan menyebabkan tewasnya 69 orang pada demo yang menentang hukum apartheid pada tahun 1960. Hal ini menunjukkan betapa tidak adilnya perlakuan antara satu ras dengan ras lain.

Rasisme ini sendiri sudah seharusnya tidak berlanjut dan berakhir karena menyalahi banyak aturan, salah satunya adalah SDG atau Sustainable Development Goals yang dibuat guna merealisasikan hak asasi manusia, salah satunya yaitu meniadakan rasisme. 

Kampanye Gerakan Sosial Black Lives Matter

Pada 3 tahun lalu, yang dimana terjadi sebuah kasus pembunuhan pria berkulit hitam bernama George Floyd oleh Kepolisian Amerika di Minneapolis. Kematian George Floyd menjadi kebangkitan kembali sebuah kampanye anti-rasisme, diskriminasi, dan kesenjangan hidup orang kulit hitam di Amerika Serikat yang disebut Black Lives Matter. Sebelum kasus pembunuhan George Floyd yang dibunuh dengan cara polisi melakukan gerakan melutut di leher George Floyd yang menyebabkan ia tidak dapat bernafas, yang dimana pada saat itu George Floyd sudah mengatakan ia tidak dapat bernafas.

Gerakan kampanye sosial BLM atau Black Lives Matter sebelumnya sudah ada sebelum kasus pembunuhan George Floyd. Pada tahun 2012, George Zimmerman, seorang pria kulit putih keturunan Jerman dan Peru, dibebaskan dari tuduhan yang muncul akibat penembakan yang mengakibatkan kematian Trayvon Martin, seorang remaja kulit hitam yang tidak bersenjata, di Sanford, Florida pada bulan Februari 2012. Zimmerman merupakan seorang sukarelawan pengawas lingkungan yang melihat Martin berjalan di sekitar wilayahnya dan menelepon polisi karena ia merasa curiga terhadap Martin. Meskipun Zimmerman diminta untuk tidak melakukan apapun, ia tetap bersikukuh untuk mengikuti Martin sehingga terlibat dalam pertengkaran dengan Martin, yang kemudian menembak dan membunuhnya. Setelah aparat penegak hukum tiba di tempat kejadian, Zimmerman menyatakan bahwa ia diserang oleh Martin dan ia menembak untuk membela diri.

Zimmerman tetap dibebaskan selama beberapa minggu, tetapi karena penembakan ini menarik perhatian nasional, demonstrasi untuk menuntut penuntutannya diadakan di berbagai kota di Amerika Serikat. Akhirnya, Zimmerman didakwa dengan pembunuhan tingkat dua dan ditangkap pada bulan April 2012. Lebih dari setahun kemudian, dalam persidangannya, Zimmerman mengklaim bahwa tindakannya adalah tindakan membela diri, dengan mengacu pada undang-undang Florida yang kontroversial yang dikenal sebagai "Stand Your Ground". Keputusan untuk membebaskannya pada bulan Juli 2013 dianggap secara luas sebagai kegagalan sistem keadilan dan memicu protes nasional yang lebih lanjut. (britannica, 2020)

Tidak hanya Trayvon Martin saja, pada tahun berikut-berikutnya juga terjadi tindakan diskriminatif kepada ras kulit hitam di Amerika, yaitu Eric Garner dan Michael Brown. Hal ini menjadi latar belakang dan pentingnya membentuk sebuah gerakan anti-rasisme dan diskriminasi yang dapat memberikan dan menarik sebuah bentuk dukungan internasional, sehingga kampanye Black Lives Matter dapat menghapuskan ideologi supremasi kulit putih dan menyetarakan keadilan dimata hukum bagi seluruh manusia yang didasari atas Hak Asasi Manusia.

Kampanye keadilan sosial Black Lives Matter cukup menarik perhatian masyarakat dunia, karena proses penyuaraan yang cukup efektif, yaitu melalui media sosial dan dukungan dari berbagai media massa, selebriti, juga olahraga. Pada tahun 2020, pasca kejadian terbunuhnya George Floyd, media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter mempromosikan terkait gerakan anti-rasisme dan diskriminasi dengan tagar #BlackLivesMatter yang menarik cukup banyak partisipan untuk membela gerakan sosial tersebut. Para selebriti dan publik figur juga menyuarakan gerakan ini dalam seni musik mereka, untuk menyadarkan pendengar terkait isu rasisme dan turut serta dalam aksi demonstrasi dan aksi solidaritas gerakan keadilan sosial, baik itu dalam media sosial. Dalam jejaring olahraga juga turut menyuarakan Kampanye Black Lives Matter, terutama liga sepak bola utama Inggris (Premier League), dengan cara memberikan badge BLM pada seluruh tim sepak bola, mengganti logo mereka dengan warna hitam putih, dan melakukan aksi berlutut sebelum pertandingan dimulai.

Sebelum dan sesaat Black Lives Matter terbentuk, terdapat berbagai organisasi yang berperan dalam memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam. Non-Governmental Organization salah satunya adalah Amnesty International, yang berkontribusi dalam advokasi untuk korban rasisme dan memberikan bantuan hukum kepada keluarga mereka yang tewas akibat penembakan dan kekerasan oleh petugas kepolisian. Amnesty International juga secara rutin menghasilkan laporan tentang diskriminasi rasial yang dialami orang kulit hitam. Di situs Amnesty International, terdapat kategori Black Lives Matter yang membantu menganalisis masalah isu rasial dan menyediakan informasi tentang tindakan kekerasan dan penembakan yang dilakukan oleh anggota kepolisian yang tidak bertanggung jawab. (international, n.d.)

Dari beberapa dukungan diatas dalam isu rasisme, gerakan Black Lives Matter telah berhasil meningkatkan kesadaran dan mengubah pendapat publik mengenai isu-isu rasisme, kekerasan polisi, dan ketidakadilan sosial dengan melalui protes, kampanye media, dan tindakan lainnya, Black Lives Matter telah menarik perhatian dan memicu diskusi tentang masalah ini di masyarakat secara internasional.

Gerakan Black Lives Matter juga telah mendapatkan dukungan dan solidaritas di tingkat internasional. Hal ini telah menyuarakan protes dan demonstrasi di berbagai negara, memperkuat narasi global terkait kesadaran terhadap ketidakadilan rasial dan kekerasan polisi. Dalam hal budaya, kampanye Black Lives Matter telah mempengaruhi industri hiburan dan media populer. Pesan-pesan terkait gerakan Black Lives Matter disebarkan dan disuarakan melalui musik, film, dan acara televisi untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat keyakinan pada kampanye Black Lives Matter

Isu rasisme kini sudah dapat dikendalikan dan sudah masuk dalam kuasa hukum. Dalam lingkup hubungan internasional sendiri, rasisme termasuk penyelewengan dalam Hak Asasi Manusia. Atas dasar tersebut, PBB mendirikan OHCHR yang berperan memberantas hal-hal yang menyalahi hak asasi manusia internasional yang telah disepakati.

Dari berbagai keberhasilan dukungan serta gerakan anti-rasisme dan diskriminasi, isu rasisme masih saja kerap terjadi. Hal itu dikarenakan rasisme dapat terus berkembang dan bertahan dalam masyarakat sebagai akibat dari sejarah kolonialisme, penjajahan, perbudakan, dan diskriminasi sistemik yang telah mempengaruhi generasi sebelumnya. Dampak dari jejak sejarah ini dapat melanjutkan ketidaksetaraan dalam institusi dan pola pikir masyarakat.

Stereotipe dan prasangka juga masih ada dalam pemikiran dan perilaku individu. Prasangka yang terbentuk melalui kebiasaan, kurangnya pemahaman, dan pengaruh sosial dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras.

Selain itu, ketidaksetaraan struktural dalam struktur sosial, pendidikan, ekonomi, dan kesempatan dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil dan sistemik terhadap kelompok tertentu berdasarkan ras. Ketidaksetaraan ini sering kali berakar dalam lembaga-lembaga dan kebijakan publik yang tidak memperhatikan prinsip keadilan rasial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun