Mohon tunggu...
Faqihul Muqoddam
Faqihul Muqoddam Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Dan Kepercayaan

3 April 2014   06:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin jika kita membahas tentang antropologi, pertama kali kita akan berpapasan langsung dengan yang namanya kebudayaan. Karena antropologi pembahasannya tetap di dalam lingkup kebudayaan suatu daerah. Hal ini disebabkan karena adanya suatu keyakinan yang dianut oleh suatu daerah sehingga dapat dibawa dan disangkutpautkan kedalam suatu bentuk kebudayaan. Misalnya seperti halnya orang muslim yang mengadakan tasyakuran atas baru dibangunnya rumah sebagai tempat tinggal yang baru. Dalam konteks ini, mereka percaya sepenuhnya kepada tuhan bahwa dengan diadakannya tasyakuran tersebut bisa membuat rumah baru mereka terbebas dari berbagai macam musibah. Akan tetapi, tidak jarang dengan diterapkannya sistem kepercayaan dalam suatu kebudayaan bisa juga menimbulkan konflik antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya yang diatas dasarkan kepada kepercayaan mereka masing-masing. Sehingga mereka meyakini bahwa kebudayaan mereka sendiri merasa lebih benar daripada kebudayaan lainnya.

Tapi biasanya gak semua orang beranggapan bahwa suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain dapat menimbulkan konflik. Karena konflik tersebut akan terjadi apabila terjadi perbedaan kepercayaan. Lain halnya dengan yang memiliki persamaan kepercayaan. Jika suatu kebudayaan dan kebudayaan lainnya memiliki kepercayaan yang sama, bukan tidak mungkin kedua kebudayaan tersebut akan menimbulkan suatu akulturasi dan bahkan pula akan menimbulkan asimilasi antara kedua kebudayaan tersebut. Yang dimaksud dengan akulturasi disini yakni perpaduan antara suatu budaya dengan budaya lainnya sehingga dapat menimbulkan kebudayaan yang masih ada unsur-unsur kedua budaya tadi yang masih melekat.Jadi, kedua budaya yang dipadukan tadi akan menimbulkan budaya baru yang masih menyangkutpautkan kedua budaya tersebut. Seperti contohnya, perbedaan nama “Ahmad” antara orang muslim Indonesia dengan orang muslim negara lain misalnya yang menghasilkan nama “Ahmed”. Beda halnya dengan Asimilasi yang sering kita dengan saat ini. Yang dimaksud dengan asimilasi yakni perpaduan antara suatu budaya dengan budaya lainnya sehingga dapat menimbulkan kebudayaan baru. Misalnya seperti pernikahan antara orang sunda dengan orang jawa yang memutuskan untuk tinggal di Madura sehinnga diantara keduanya menghasilkan anak yang bisa juga disebut dari suku Madura karena tinggal dan lahirnya di daerah pulau Madura.

Kadangkala suatu kebudayaan akan terpengaruh dengan adanya kedatangan beberapa orang yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan membawa nilai-nilai budaya dari tempat asalnya. Sekarang sudah tidak jarang para transmigran-transmigran yang masih membawa nilai-nilai kebudayaan dari tempat asalnya menuju tempat persinggahannya dengan niat menyebarluaskan kebudayaannya. Tapi jarang juga kebudayaan yang dibawa oleh transmigran-transmigran tersebut dapat diterima begitu saja oleh orang di lingkungan persinggahannya, karena mungkin kebudayaan yang dibawanya tidak merasa cocok dengan nilai-nilai kebudayaan miliknya sendiri. Dengan dibawanya nilai-nilai budaya dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu daerah ke daerah lain juga akan menimbulkan konflik dan juga akulturasi dan asimilasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun