Semua orang yang hidup tentunya butuh makan, pakaian, dan tempat tinggal. Dari zaman awal diciptakannya manusia sampai dengan waktu sekarang. Semuanya memiliki pola yang sama. Hanya saja mungkin di era modern ini semua kebutuhan itu dicapai bila mempunyai uang. Biaya apapun dalam hidup, uang adalah solusi menutupi. Walaupun bukan satu-satunya.Â
Maka orang tak lagi bekerja agar bisa makan atau mendapatkan pakaian. Orang bekerja agar mendapatkan uang. Dari uang inilah kita bisa membeli makanan, pakaian, dan kendaraan, dan kebutuhan rumah tangga.Â
Ada satu negara yang sangat disiplin dan luar biasa dalam bekerja. Itu adalah Jepang. Negara matahari terbit ini terkenal dengan etos kerja yang sangat bagus. Bahkan beberapa orang disebut workaholic atau orang yang suka kerja. Ada juga yang menyebut mereka hidup untuk kerja.Â
Di beberapa negara, orang digaji tinggi untuk suatu pekerjaan dengan hitungan jam. Sebut saja misalnya di negeri Arab. Orang mendapatkan bayaran yang sangat besar.Â
Pekerjaannya mungkin sama dengan apa yang dikerjakan orang-orang di negeri kita. Tapi bayarannya jauh lebih tinggi. Tak jauh-jauh ke Arab, negera tetangga kita, Malaysia, mampu membayar lebih. Tidak heran bila banyak orang Indonesia pergi ke sana untuk mencari uang. Termasuk tetangga saya juga banyak yang ke sana. Pulang membawa banyak uang.
Di Indonesia bila kita ingin berbicara soal gaji memang tidak besar. UMR paling tinggi saja mungkin tidak sampai 5 jt dengan kerja 8 jam sehari. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur jauh lebih rendah dari itu. Namun, biaya hidup tentu saja lebih murah. Sesuai dengan UMR yang ditentukan oleh pemerintah.
Dalam Islam sendiri kita diwajibkan untuk mencari nafkah. Karena mencari nafkah adalah salah satu cara untuk bertahan hidup. Bila tidak bekerja, orang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan dan minum. Ujungnya bila tidak punya uang dan tidak bekerja, orang jadi pengemis, pencuri, perampok, dan mati bila sudah tidak punya makanan.Â
Para sahabat dulu ditegur oleh Nabi lantaran fokus ibadah saja tanpa mencari dunia. Padahal mereka punya tanggungan keluarga yang tidak sedikit. Di sisi lain, beliau juga mengingatkan agar jangan menunda untuk memberi gaji pekerja. Ini juga bisa menyebabkan masalah.Â
Kita tidak tahu apa yang terjadi pada keluarga seseorang. Karena kita bos dan merasa tinggi, kita seenaknya memperlakukan pekerja kita dengan melambat-lambatkan pemberian gaji. Padahal mungkin mereka sedang sangat butuh. Misal, anak sakit dan butuh berobat. Lantaran gaji terlambat dan tak ada uang berobat, nyawa anak pun melayang.Â
Kesimpulannya, bekerja dan mencari nafkah adalah sebuah keharusan. Adapun bila dalam perjalanan mencari nafkah ada pekerjaan yang tidak masuk akal seperti bekerja banyak tapi digaji sedikit, atau pekerjaan tidak sesuai dengan yang ada di akad, dan masalah sejenisnya, maka pilihan ada di tangan kita.Â
Pergi mencari pekerjaan baru atau bersabar dengan pekerjaan yang ada. Mengeluh mengenai pekerjaan adalah hal manusiawi. Sebab yang memberikan pekerjaan adalah manusia, makhluk yang selalu salah.Â
Jangan sekali-sekali berharap pada manusia, pasti akan kecewa. Berharaplah kepada Allah yang maha kuasa, pasti kan baik akhirnya. Maka selalu hadirkan rasa syukur di setiap nafas kita. Itu adalah kunci bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H