Ramadan adalah bulan yang sangat berkah sekali. Hanya di bulan ini umat muslim memiliki kesempatan yang banyak untuk melakukan banyak kegiatan yang berhubungan dengan ibadah. Ditambah dengan menyebarnya pandemi di seluruh dunia, menyebabkan semua orang harus berhenti dari semua kesibukan.Â
Di sisi lain memang, banyak orang bersedih karena tidak bisa beribadah di masjid. Terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Mungkin untuk mudik juga tidak bisa.
Ketika tidak ada kegiatan di tempat kerja, otomatis seseorang akan berkumpul dengan keluarganya di rumah. Maka kesempatan besar untuk beribadah bersama dengan keluarga. Kalau biasanya orang mungkin tetap sibuk walaupun bulan Ramadan, kini tidak ada lagi orang sibuk kecuali para ahli medis yang menangani korban COVID-19.
Kesempatan besar bagi orang tua untuk mendidik anaknya. Mengajak mereka shalat jamaah. Mengajari mereka baca al-Quran. Mengajari mereka keutamaan Ramadan, puasa, shalat, lailatul qodar, dan lain sebgainya. Sungguh aneh jika seseorang sibuk dengan orang lain, tapi malah jarang bertemu dengan anaknya sendiri. Apalagi guru, yang setiap harinya (mungkin) pergi ke sekolah untuk ngajar, malah tidak pernah peduli dengan pendidikan anaknya.
Patutlah sekiranya kita contoh Luqman yang mendidik anaknya. Sebagaimana yang Allah jelaskan di surat Luqman. Pelajaran pertama yang diajarkan kepada anaknya adalah tauhid. Maka dia katakan, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar."
Memang tauhid adalah hal yang paling penting. Ketika seseorang tahu siapa tuhannya, siapa nabinya, apa kitabnya, dan apa agamanya, maka amanlah dia. Karena sesungguhnya seseorang lahir dalam keadaan fitrah. Maka lingkunganlah yang mempengaruhinya. Orang tuanyalah yang membuatnya jadi Yahudi, Nasrani, Majusi, dan lain sebagainya. Jika seorang anak tidak dikenalkan tauhid, bisa dipastikan hidupnya akan tersesat.Â
Kecuali kalau dia menemukan Islam di waktu mendatang. Karena yang menentukan surga dan neraka adalah tauhidnya. Bila tauhidnya benar, maka surgalah tempatnya. Bila tauhidnya salah, nerakalah tempatnya. Oleh karena itu tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama ahlus Sunnah wal jamaah mengenai aqidah atau tauhid. Kecuali sangat sedikit sekali. Mungkin. Wallahua'alam.
Di ayat ke 17 Luqman juga berkata, " Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah mengerjakan yang ma'ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan."
Dan shalat memang menjadi hal penting dalam agama Islam. Orang mungkin tidak berhaji sebab tidak punya uang dan kekuatan. Orang mungkin tidak bayar zakat sebab tidak punya uang. Orang mungkin tidak puasa karena halangan. Akan tetapi orang tidak boleh lepas dari yang namanya shalat. Kecuali wanita yang sedang haid atau nifas. Selain itu, selama masih hidup, wajib hukumya seseorang untuk mengerjakan shalat.
Lalu sebagai seorang muslim juga kita tak boleh lepas dari yang namanya dakwah. Sebagaimana yang disampaikan di surat al-Ashr, seseorang akan berada dalam kerugian yang besar kecuali salah satunya orang yang saling menasihati dalam kebenaran. Yang artinya mereka yang suka berdakwah dan menyampaikan kebenaran.
Menjadi orang berpendidikan mungkin tidak terlalu sulit. Seseorang yang merasakan bangku kuliah dan baca banyak buku, bisa saja menjadi orang yang berpendidikan. Namun, belum tentu dia bisa menjadi seorang pendidik. Seorang pendidik adalah mereka yang mendidik.Â
Maka seharusnya, seorang pendidik itu menyalurkan pendidikannya yang paling utama adalah kepada anaknya. Karena anak adalah amanah besar yang dititipkan Allah kepada seorang ayah. Anak bisa menyeret orang tua ke surga atau neraka, tergantung dari pendidikan orang tua. Wallahua'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H