Mohon tunggu...
faqih alfadlil
faqih alfadlil Mohon Tunggu... Guru - Penyair Malam

Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seruan Bertaubat

26 Mei 2022   10:52 Diperbarui: 26 Mei 2022   10:54 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
I. Sumber: BimbinganIslam.com

Mushaf hijau punya santri selalu menemani saya dalam menemukan makna al-Quran. Saya bukanlah ahli agama yang tahu segala hal tentang syariah. Namun, bekas-bekas ajaran dari guru-guru saya sekiranya membekas di kepala. Mungkin nggak banyak, tapi insya Allah bermanfaat. Komputer kantor selalu membantu saya dalam menuliskan ide-ide. Kini ide itu telah sampai pada ayat 17 dan 18 surat an-Nisa'. Dua ayat itu menjelaskan hakikat taubat. 

Allah berfirman, "Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (17) Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya saya bertaubat sekarang'. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (18)" Di ayat ke-17, para mufassir mengatakan bahwa, setiap orang yang melakukan keburukan atau kejahatan entah itu dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja disebut jahil. 

Sebagaimana yang sering kita lihat, orang-orang melukakan perbuatan dosa dengan sukarela dan sengaja. Bahkan mereka secara terang-terangan melakukannya di hadapan para tokoh agama. Saya jadi teringat dengan masa lalu ketika saya masih berada di bangku SMA. Tepatnya 6 tahun yang lalu sebelum tulisan ini dibuat. Saat itu sang khotib berbicara mengenai sebuah organisasi atau genk yang ada di kampung. Genk itu bernama Rascal. Beliau menjelaskan, dari logonya, sudah jelas bahwa perkumpulan itu tidak baik. Soalnya gambarnya tengkorak. Lalu, kegiatan yang dilakukan hanyalah membuat keonaran dan masalah saja. Seperti konser yang mengundang para penyanyi dangdut yang seksi dengan goyangan yang aduhai menggoda iman. Setelah itu tawuran dengan genk dari kampung lain. Korban di mana-mana. Keadaan sekitar porak-poranda. Sungguh mengenaskan. 

Setelah mendengarkan hal itu, seorang pemimpin genk itu muncul dengan memakai kaos genk. Dengan sengaja dia maju ke depan agar sang khotib melihatnya. Saya pada saat itu masih kelas 2 SMA. Saya tahu apa maksud orang itu. Saya juga tahu bagaimana keseharian yang dia lakukan di kampung. Setiap malam saya selalu mendapatinya nongkrong dengan teman-teman genknya. Sama juga dengan kisah pada zaman nabi.

Amr bi Hisyam dahulu adalah pemimpin Quraisy. Dia juga seorang ahli bahasa. Dia tahu dan paham apa yang disampaikan Rasulullah kepada umatnya. Dia mengakui bahwa Rasulullah benar dan al-Quran juga benar. Tapi dia tidak mau mengikuti nabi. Malahan dia menentang dengan sekuat tenaga. Makanya dia dijuluki Abu Jahal. Karena dia tahu tapi tidak mau mengikuti. Itu adalah sebuah kebodohon hakiki. Akan tetapi jika seseorang mau bertaubat selam hidupnya, maka dia masih bisa diampuni. Jika ajal itu sudah sampai di kerongkongan, maka tidak ada lagi pintu taubat baginya sebagaimana yang dijelaskan di ayat ke-18. 

Itu seperti cerita Firaun yang ditenggelamkan Allah di laut. Selama hidupnya dia sombong dengan mengatakan bahwa dia adalah tuhan. Lalu menyuruh semua rakyatnya untuk menyembahnya dan menuhankannya. Di akhir hayatnya dia mengatakan, bahwa, dia beriman kepad tuhannya Musa. Namun kata guru saya, malaikat menyumpal mulutnya agar tidak bisa bertaubat. Sungguh miris sekali ketika seseorang mati dadalam keadaan kafir. Seseorang ketika berbuat kejahatan selama hidupnya, selama tidak masuk dalam ranah kemusyrikan, maka Allah akan mengampuninya sebagaimana yang dijelaskan di ayat 116 surat an-Nisa'. Namun, ketika kesyirikan dilakukannya, maka tidak ada lagi ampunan baginya. Dia akan berada di neraka selamanya. Wallahua'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun