Mohon tunggu...
faqih alfadlil
faqih alfadlil Mohon Tunggu... Guru - Penyair Malam

Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelajaran dari Perang Uhud

25 Mei 2022   17:25 Diperbarui: 25 Mei 2022   17:39 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image. sumber: tabloidmatahati.com

Di awal-awal Islam merdeka dari Quraisy, terjadi beberapa peperangan antara keduanya. Perang besa yang pertama adalah perang Badar yang dimenangkan oleh muslimin. Ketika itu jumlah umat Islam sekitar 300 orang. Sedangkan meraka orang-orang Quraisy berjumlah 1000 orang. Allah menurunkan malaikat-malaikatnya untuk membantu umat Islam. Dan dengan izin-Nya, mereka bisa memenangkan peperangan.

Di perang besar yang kedua adalah perang Uhud yang berposisi di gunung Uhud. Saat itu Rasulullah membuat strategi agar para pemanah tidak turun dari bukit. Dari situlah posisi inti peperangan. Dan benar, ketika peperangan dimulai, umat Islam bisa memimpin dan menguasai medan. 

Quraisy pun mundur ke belakang karena kalah. Ketika melihat harta rampasan ada di depan mereka, para pemanah itu pun ikut mengambil harta rampasan. Padahal Rasulullah sudah melarang mereka untuk turun.

Saat itulah orang-orang Quraisy tiba-tiba muncul dari balik bukit, menyerang balik kaum muslimin. Semua orang berhamburan. Banyak yang meninggal dunia di peperangan itu. Bahkan Rasulullah sendiri pun terluka akibat pukalan musuh. Semua orang bersedih dan menyesal dengan apa yang sudah terjadi. 

Dan setalah peperanga itu terjadi, tindak kriminal yang dilakukan Quraisy semakin menjadi-jadi.

Perang itu merupakan pelajaran yang sangat besar. Ketika umat Islam sudah tidak mentaati Rasul-Nya, akibatnya akan sangat buruk. Allah pun menyindir kejadian itu di ayat 152 di surat yang sama, Ali Imran. Setiap orang memiliki pemikiran dan ide. Sama dengan sahabat nabi. Mereka juga manusia yang memiliki akal dan pemikiran. 

Namun ketika pemikiran itu disandingkan dengan pemikiran seorang nabi, maka tentu yang harus diutamakan adalah pemikiran nabi. Karena nabi adalah manusia istimewah. Mungkin apa yang disampaikan dan diturunkan adalah wahyu dari Allah.

Di saman sekarang, sekiranya banyak juga yang melakukan seperti itu. Pemikiran sendiri lebih diutamakan dan dikedepankan dari pada syariat. Ketika syariat mengatkan bahwa shalat subuh itu dua rakaat. 

Tidak perlulah kita berkreativitas dengan menambahnya menjadi empat rakaat. Atau misalnya puasa ramadan yang hanya sebulan. Karena merasa kurang dan melihat bahwa ditambahi sepuluh hari sepertinya tidak apa-apa, ya jadinya malah sesat.

Allah sering berfirman, "Taatilah Allah dan taatilah rasul". Sebagai manusia, kita hanya bisa taat dan menjalankan sesuatu yang sudah ada saja. Tidak perlu ditambahi atau juga melakukan sesutau yang lain. kreativitas itu keren, tapi kalau tidak sesuai dengan jalannya malah jadi keliru. Memiliki ide dan gagasan itu bagus. Tapi jika menyelisihi al-haq, malah jadi lucu.

Tidak perlu berdebat mana yang benar dan mana yang salah. Semua orang memiliki pendapat masing-masing. Jika perkara yang bisa diperselisihkan untuk dilakukan, ya, lakukan sesuai pendapat masing-masing. Adapun perkara yang butuh kesepakatan, maka sekiranya kita hanya bisa mendengarkan dan menjalankan perintah atasan.

Kadang kita sok jago dengan melawan dan beradu logika dengan atasan. Padahal gara-gara itu pula sebuah kemunitas atau kelompok hancur dan menuai perpecahan. Karena anggota sudah tidak tunduk dengan ketua. 

Sama halnya denga kita, ketika ketua memberikan perintah yang tidak dibuka untuk diskusi dan dialog, maka seyogyanya kita menjalankan. Adapun ketika  ketua memberika kesempatan untuk berdiskusi, maka saat itulah kita mengungkapkan pendapat kita. 

Kita boleh melanggar dan membantah atasan, apabila perintah itu menyelisihi syariat agama. 

Selama tidak bersentuhan dengan ranah itu, sepertinya tidak apa-apa untuk dijalankan. Wallahua'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun