Oleh: Faqih Hindami
Kau dan kain-kain itu
berjalan menanggalkan mewah dunia
bersama tari rumput-rumput basah
ke tepi-tepi sungai yang mengalir airnya
sebelum bersua kau dengan sejuk udara dan jernih telaga.
Kain-kain itu, yang menjaga rapi indah dirimu,
menjelma jadi sayap-sayap waktu
menerbangkanmu di atas pendar pelangi
melewati tangga-tangga langit, tinggi ke sudut-sudut galaksi.
Sebab di antara nebula telah dimegahkan singgasana abadi
buat kau yang suci.
Kain-kain itu, yang menutupi elok ragamu,
telah melarang bara menyentuh ujung rambutmu,
lalu memperdengarkan kidung yang disenandungkan hamba;
ayat-ayat yang melagukan tembang semesta,
lantas menjadikanmu bidadari surga.
Kau dan kain-kain itu,
bukan hanya tentang memilih utopia atau cantik bunga-bunga.
Tapi tentang memilih panas api yang nyala, atau bening telaga surga.
Depok,
23 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H