Sosialisasi undangan melalui media sosial, dan persiapan tempat pun dilaksanakan sehari sebelum acara. Relawan bersama-sama membersihkan tempat, mempersiapkan makanan, dan sebagainya. Prosesi bermaafan bermula pada malam takbiran di aula KBRI Beijing yang diikuti seluruh WNI yang biasanya melaksanakan shalat tarawih.
Selanjutnya prosesi saling bermaafan dilaksanakan seusai shalat idul fitri di halaman KBRI Beijing bersama dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk RRT merangkap Mongolia, Bapak Djauhari Oratmangun beserta dengan keluarga.
Tidak terbatas hanya itu, satu jam setelahnya dilanjutkan open house untuk seluruh WNI yang berada di Beijing. Jumlahnya lebih dari 200 orang yang terdiri dari Mahasiswa atau pelajar, WNI yang bekerja di Beijing serta perwakilan berbagai elemen organisasi sosial.
Open house selalu spesial karena keramahan bapak duta besar beserta seluruh staff yang menyambut kami semua dengan penuh kasih dan kesantunan. Bahkan, beliau menyempatkan diri untuk mengunjungi setiap sudut atau titik kumpul masyarakat untuk sekedar ber-swa foto dan live IG.
Besar kecil, berpangkat tinggi ataupun tidak sama sekali masing-masing berbaur satu sama lain dalam bingkai silaturahim. Dalam acara itupun tidak hanya sebatas pada umat muslim saja, WNI dari lintas agama pun diperkenankan hadir untuk menikmati berbagai sajian hidangan masakan nusantara.
Lintas batas dunia bermaafan
Bermaafan saat ini tidak terbatas hanya pada bertatap muka satu sama lain, akan tetapi juga dapat melalui virtual menggunakan platform media sosial. Keterbatasan antar kota, propinsi, budaya, bahkan dunia saat ini sudah terbuka lebar melalui perkembangan teknologi digital.
Sudah saatnya kita berkembang untuk melintasi dan mengekplorasi zaman, berbagai platfom digital harus digunakan untuk keterjangkauan satu sama lain. Bermaafan yang tidak harus bertatap muka merupakan era baru dalam abad ini, meskipun masih mengundang beragam kontroversi. Banyak dari kita terkesan kurang puas jika tidak bertatap muka langsung, sehingga berbagai cara unik pun dilakukan demi mencapai tujuan.
Kejernihan hati dan pikiran, serta selalu siap untuk beradaptasi dengan dunia baru mau tidak mau harus dilakukan. Jika kita tidak cerdas dalam menatanya, maka akan timbul kegelisahan hati, karena selama ini kita selalu berdasarkan pada apa yang dirasa dalam fisik, bukan apa yang berkembang dalam hati.
Sebagai penutup, bermaafan secara daring (virtual) selalu memberi kesan sendiri, meskipun pada awalnya terasa kurang meyakinkan. Kemampuan kita beradaptasi dengan lingkungan menjadikan kita dapat terus bersemangat, kapanpun dan dimanapun. Karena bermaafan tidak akan hanya terbatas pada jarak dan waktu, saat ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Dont worry, be happy!
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References