Berbagai peristiwa di tanah air terkait dengan mudik lebaran patut mendapatkan perhatian bersama dari pemerintah dan diri kita. Bagaimana mungkin masyarakat dengan berbagai cara melakukan aktivitas mudik dari menyewa kendaraan angkutan derek, bersembunyi di truk, hingga rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk pulang ke kampung halaman.
Lantas, apakah ini dibenarkan?, saya kira penyebabnya adalah karena banyak dari kita yang memang belum sepenuhnya menerapkan teknologi untuk kemashlahatan hidup. Oleh karena itu, sedikit ulasan ini semoga dapat menggambarkan bahwa di luar sana banyak yang kurang seberuntung kita.
"Kenapa kurang beruntung?", berpikir untuk mudik saja harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, disertai proses perijinan yang tidaklah mudah. Mari kita simak sedikit pengalaman kecil saya dari sudut pandang mahasiswa.
Budaya konvensional
Siapa yang tidak ingin pulang ketika lebaran tiba?, berdasarkan sebuah film dokumenter yang pernah saya telaah, ternyata aktifitas mudik di Indonesia mengakibatkan perputaran roda perekonomian di tingkat kabupaten kota yang luar biasa.
Bayangkan saja, hampir puluhan triliun perputaran uang berada di daerah. Semua orang berpindah dari kota ke desa, baik besar, kecil, tua, muda, dan dewasa semua menikmati mudik lebaran setiap tahunnya.
Mudik di Indonesia seakan sudah menjadi budaya yang berlangsung puluhan tahun lalu. Kita akan selalu mengenang indahnya bermaaf-maafan satu sama lain, terhubung saudara yang puluhan tahun tidak bertemu. Ada juga mudik dengan tujuan untuk menunjukkan kesuksesan seorang yang bekerja di kota, yang kembali ke kampung dengan membawa berbagai macam rupa hadiah, meskipun sebenarnya dia rela di perantauan setiap hari makan dengan nasi dan kerupuk.
Namun, berdasarkan pengalaman juga menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan kendaraan juga lebih tinggi. Tidak hanya itu, perilaku konsumtif dan boros juga melanda dimana-mana. Untuk salah satu acara reuni saja bisa menghabiskan sampai puluhan juta, untuk petasan yang sekali meletus juga rela membeli dengan harga jutaan rupiah, beberapa hal itu tentunya mengurangi rasa kidmat mudik kita.
Usulan mudik gaya baru
Dengan tegas pemerintah telah melarang untuk mudik secara konvensional. Pemerintah juga menegaskan untuk bersilaturahim dengan keluarga dapat menggunakan teknologi virtual. Berbagai upaya untuk mencegah mudik konvensional pun dilakukan.
Berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan seluruh aturan berjalan ketat, pemeriksaan kendaraan di titik-titik strategis secara aktif telah menangkap dan memutar balik berbagai kasus pengendara, tidak jarang juga diberikan hukuman secara langsung sebagai efek jera.
Sistem karantina bagi pemudik yang nekat untuk kembali ke kampung halamannya juga dterapkan, dari karantina mandiri hingga karantina ditempat yang telah disediakan pemerintah desa. Jika kita melihat kebijakan ini semua, sudah saatnya kita beralih dari mudik konvensional menuju budaya baru mudik virtual (online).
Dengan cara ini diharapkan mudik kovensional dapat ditekan untuk mengendalikan penyebaran coronavirus. Manfaat budaya baru mudik online ini juga akan berdampak positif terhadap tingkat kecelakaan lalu lintas, hingar bingar di pedesaan dengan petasannya, dan budaya konsumtif masyarakat.
Mengupas mudik online
Ijinkan saya untuk membedah pengertian mudik online berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kementerian pendidikan dan kebudayaan. Dalam kamus tersebut menyebutkan bahwa yang dinamakan dengan "mudik" adalah kata kerja yang berarti (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman). Sedangkan pengertian kedua adalah kata kerja percakapan untuk pulang ke kampung halaman.
Sedangkan online adalah segala sesuatu atau istilah yang terhubung dengan dunia maya, baik media sosial, email, ataupun berbagai jenis platform lainnya yang komunikasinya menggunakan jaringan internet. Pembahasan lain menyebutkan bahwa online adalah konektivitas yang dilakukan melaui internet.
Jika kita gabungkan keduanya, "mudik online" adalah salah satu cara yang dilakukan agar dapat terhubung satu sama lain melalui internet. Dalam aktivitas "mudik online" ini kita dapat berkomunikasi satu sama lain melalui berbagai layananan platform yang tersedia, kapanpun dan dimanapun berada.
Hal yang dipersiapkan
Ide mudik virtual yang muncul ke permukaan tentunya tentunya bukanlah tanpa syarat, harus ada konverter dari konvensional ke virtual. Konverter yang menjadi parameter utama mudik virtual sejauh pengalaman saya adalah sebagai berikut.
Plaftorm yang digunakan
Jika di Indonesia kita dapat menggunakan whatssapp atau platform mendunia dari google, disini pilihannya adalah tidak, karena kita berada di negeri tirai bambu. Kita bisa menggunakan whatssapp dan sejenisnya jika menggunakan Virtual Private Network (VPN). Tidak semua mahasiswa menggunakan VPN, sehingga akan lebih nyaman jika kita menggunakan sosial media setempat seperti WeChat, qq, atau sejenisnya.
Ini perlu dipertimbangkan untuk kelancaran komunikasi, karena tidak selalu menggunakan VPN jaringan lancar, bahkan pernah suatu waktu bersamaan dengan hari besar negara setempat, VPN pun tidak dapat di akses. Jika di Indonesia sedang ramai menggunakan zoom, maka akses platform ini juga sedikit dibatasi, yang membuat kita kurang nyaman dalam berkomunikasi.
Terlepas dari persiapan pulsa seluler yang perlu dipersiapkan dengan baik, bisa dibayangkan jika kita sedang komunikasi saling tangis haru, tibat-tiba terputus karena kita menggunakan platform whatssapp atau produk dari google?, "tidak lucu bukan?". Hehehe...
Jika kita berada di Indonesia sebelum puasa atau idul fitri, bantulah keluarga untuk menginstal platform WeChat, karena instalasi nya membutuhkan bantuan dari akun yang sudah tervalidasi. Persiapan ini sangat penting, karena tanpa bantuan akun tervalidasi instalasi akan gagal. Jika gagal, mudik online juga gagal. Hehehe...
Etika berkomunikasi
Pilihan kedua ini sangatlah penting, saya banyak mengamati sejak diterapkannya WFH dan sejenisnya, banyak yang kurang beretika ketika saling bertatap muka virtual. Jika dari pakaian atas sudah sopan, bisa jadi dibagian bawah hanya menggunakan celana pendek atau sejenisnya. Kesopanan dalam berkomunikasi meskipun berbasis virtual, seharusnya tetap dijunjung tinggi.
Belum lagi satu sama lain yang saling mendahului, semua harus seimbang ketika bersapa virtual, baik yang muda kepada yang tua, ataupun sebaliknya. Rasa rindu dan haru yang tidak terbendung inilah yang harus dikendalikan ketika "mudik online".
Ungkapan rasa saling memaafkan dari hati lebih terasa, kejujuran dalam bermaafan juga bukan hanya sekedar lisan belaka.
Waktu yang relevan
Perbedaan waktu antara negara satu dengan yang lain juga menjadi sedikit kendala bagi kami ketika "mudik online". Kenapa demikian?, ya ini lebih karena waktu shalat lima waktunya pun berbeda.
Saya ambil contoh, jika pukul 2.30 CST saya sudah selesai melaksanakan sahur dan 3.30 CST sudah shalat subuh, saya akan kesulitan menghubungi keluarga. Karena diwaktu yang sama ternyata belum ada aktivitas apapun di Indonesia. Keluarga masih istirahat karena sahur baru dilaksanakan pada 3.30 WIB atau sekitar 4.30 CST dan saat itu kami semua sudah istirahat di pagi hari.
Kemudian waktu buka puasa, jika waktu setempat buka puasa pukul 19.30 CST, dan di Indonesia pukul 17.32 WIB sudah berbuka, ini juga menjadi hal yang sulit untuk dikomunikasikan bersama, karena perbedaan waktu inilah yang harus dikomunikasikan dengan keluarga besar kita.
Berdasarkan pengalaman, ketiga hal ini sangat penting untuk menjadikan mudik virtual terlaksana dengan nyaman. Tanpa ketiganya hubungan antara kita dengan keluarga sepertinya susah untuk dilaksanakan, akan banyak momen penting terlepas.
Mudik online bukan hal baru
Sudah menjadi kebiasaan bagi WNI yang berada di luar negeri untuk melaksanakan mudik online, kami para mahasiswa atau pelajar yang sedang menuntut ilmu selalu melakukan itu setiap tahunnya. Bagi kami, polemik mudik konvensional atau virtual (online) tidaklah terlalu penting untuk dibahas.
Kenapa demikian, sekedar berkomunikasi atau mendengar kabar keluarga di rumah saja sudah sangat senang, apalagi jika dapat bertatap muka melalui video call. Tidak semuanya dapat melaksanakan ini, karena terkadang ketika idul fitri tiba beberapa mahasiswa sedang ada kelas tatap muka, sedang penelitian di laboratorium, study banding, atau sedang berada di luar kota bersama dengan dosen pembimbing.
Mudik?, sepertinya jika idul fitri bertepatan dengan hari aktif kuliah akan terasa sulit. Karena proses perijinan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita pun sudah terbiasa dengan suasa seperti ini. Bahkan, banyak dari rekan saya yang berbeda agama, ketika merayakan hari besarnya tetap masuk kuliah dan beraktivitas seperti biasa.
Platform Sungkem digital
Saya biasa menggunakan platform weChat, karena aplikasi ini yang dapat digunakan dengan sangat baik di negara yang saya tempati sekarang. Whatssapp, zoom, atau sejenis aplikasi lainnya biasanya akan sedikit sulit di akses karena kebijakan pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri.
WeChat memiliki keunggulan diantaranya adalah komunikasi dapat dilaksanakan dengan sepuluh member video call. Tidak hanya itu, platform ini juga dilengkapi dengan seluruh perangkat pembayaran, kita tidak pernah memegang uang karena semua hanya dalam satu sentuhan jari dalam handphone kita.
Dengan aplikasi ini kita juga dapat memesan tiket pesawat terbang, memesan tiket bioskop, hingga pembayaran belanja serta fasilitas transportasi setempat. Karena banyak keunggulannya inilah, konon WeChat juga dapat digunakan untuk berbelanja di Indonesia.
Sudah beberapa kali platform ini menjadi andalan dalam sungkem virtual bersama keluarga. Waktu yang tepat, etika yang beradab menjadi salah satu kunci bahwa dengan mudik online pun dapat menjadi penyambung tali silaturahim meskipun tidak dapat bertatap muka secara langsung.
Akhir kata, Tidak berarti jika kita tidak dapat bertemu langsung dengan keluarga rasa khidmat itu akan hilang. Ditengah pandemi covid-19 ini kita diharapkan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Semoga tiga hal penting dari sisi yang perlu disiapkan dalam mudik virtual ini bermanfaat.
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H