"It's good to have money and the things that money can buy, but it's good, too, to check up once in a while and make sure that you haven't lost the things that money can't buy." --- George Lorimer
Conscientiousness adalah sebuah kepribadian yang dapat mengontrol diri dalam berbelanja. Penciri sifat atau kepribadian conscientiousness adalah senangnya bekerja keras, dapat meminimalisir emosi negatif, terencana, terorganisir, serta menunda untuk kepuasan saat ini, karena memikirkan konsekuensi yang dipikirkan pada jangka Panjang.
Lawan conscientiousness adalah unconscientiousness yang berarti bahwa seseorang lebih cenderung untuk menyikapi sesuatu secara spontan, termasuk dalam berbelanja, tentunya kita semua harus hati-hati ya, karena jangan-jangan kepribadian itu ada pada diri kita.
Mengenal Conscientiousness
Berikut ini adalah skala kepribadian conscientiousness yang dinamakan dengan big five personality, pastikan bahwa kita termasuk di dalamnya ya, karena hal ini akan bermanfaat ketika kita akan melaksanakan pembelian kado atau belanja baik offline atau online.
Keteraturan
Keteraturan (order) merupakan tingkat pertama penciri kepribadian ini. Mereka lebih memiliki konsep dalam berbelanja, dapat merinci daftar kebutuhan yang perlu dibeli dan tidak. Tentunya dengan akan mempertimbangkan baik dan buruknya dengan kondisi keuangan internal untuk satu bulan ke depannya. Takaran pemasukan juga menjadi faktor penting, karena besar pasak dari pada tiang merupakan hal yang wajib dihindari dalam tipe kepribadian ini.
Pencapaian prestasi
Pancapaian prestasi (achievement striving) adalah pencapaian diri dengan menganggap bahwa apa yang menjadi tujuannya terlaksana dengan baik, begitupun juga ketika akan belanja online atau offline. Daftar rencana yang telah disusun harus dilaksanakan seusuai dengan komitmen bersama, terutama kesepakatan antara suami dan istri atau anggota keluarga.
Ketaatan
Sudah barangtentu tipe kepribadian ini teratur dan taat dengan apa yang telah direncanakannya. Ketaatan (dutifulness) adalah sikap integritas yang baik pada saat belanja online atau offline. Tiada beralih ke hal yang kurang perlu dan mendesak, membuat suasana lebih damai dan harmonis.
Tidak juga tertarik dengan berbagai tawaran belanja via online yang iklannya selalu hadir dan offline melalui berbagai tawaran dari marketing di toko atau shopping center. Karakter kepribadian ini adalah tipe rasional, jika disandingkan dengan tipe irasional maka bisa dipastikan akan terjadi konflik internal, dan apabila dalam satu keluarga memiliki keduanya, dipastikan keluarganya penuh warna warni, mungkin menentukan online atau offline juga menjadi konflik horizontal tak terbendung. Hehehehe...
Disiplin diri
Disiplin diri (self discipline) berarti bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengelola diri, sehingga dapat menjadi pribadi yang memiliki tujuan yang jelas dengan menerapkan metode yang efektif dan efisien dalam bertindak. Dalam hal berbelanja, penciri khas pribadi ini tidak terlalu membuang waktu, karena jika itu dilakukan akan menjadi preseden buruk bagi keuangannya.
Sebagai contoh jika berbelanja bersama keluarga secara offline, kita dapat menjanjikan terlebih dahulu berapa jam berada dalam pusat perbelanjaan, berlatih untuk mengatur waktu agar tidak keliling dan membeli barang yang tidak perlu merupakan kata kunci disiplin diri sekaligus sebagai contoh untuk anak-anak.
Belanja online pun demikian, jangan tergiur dengan iklan yang selau datang silih berganti, tentukan apa yang akan menjadi prioritas, susun daftar rencana dengan baik, jangan membuang waktu di depan laptop atau gadget kita, selain tidak baik untuk kesehatan, juga kurang bagus untuk edukasi.
Kompetensi dan urutan musyawarah
Kemampuan ini merupakan ciri khas yang mana lebih mengutamakan urutan kompetensi dan musyawarah (competence and deliberation order). Kepribadian ini lebih menyukai diskusi sebelum melaksanakan sesuatu. Sebagai contoh bahwa suami dan istri satu sama lain saling bertukar pendapat positif untuk menentukan kebutuhan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini jika kita akan membeli kado lebaran secara online atau offline, semua dapat didiskusikan bersama dengan suami atau istri.
Pertimbangan
Bagi kepribadian jenis ini, pertimbangan (deliberation) dalam perbelanjaan adalah hal yang tidak kalah penting untuk menjaga keharmonisan rumah tangga kita. offline atau online, semua memiliki sisi positif dan negatifnya. Jika memang keluarga kita terbiasa dengan serba instant dan online minded, maka belanja online menjadi pilihannya. Akan tetapi tidak sebaliknya, bagi keluarga yang terbiasa harus dengan melihat sendiri dan memilih serta memilah barang yang akan dibeli, belanja offline sangat mengasikan dan lebih terpercaya.
Lawan impulse buying
Karena kemandiriannya, jika dirunut conscientiousness berbanding terbalik dengan impulse buying. Muara dari conscientiousness adalah memiliki hubungan yang negatif juga dengan penyesalan setelah pembelian (post purchase regret).
Apakah ada dari kita yang berbelanja tanpa perencanaan? Jawabanya pasti iya. Berbelanja tanpa memikirkan isi dompet, belanja yang tidak diperlukan, belanja membuang waktu hingga lupa bahwa saldo belanja menipis untuk kebutuhan satu bulan.
Oleh karenanya, conscientiousness merupakan lawan dari impulse buying. Jika dalam satu keluarga terdapat dua tipe kepribadian ini, maka akan seimbang satu sama lain. Namun, jika berat disalah satu atau keduanya, maka beda urusannya. Hehehehe...
Belanja online lebih simple
Apakah belanja online lebih simpel? Jawabannya iya. Ditengah pandemi covid-19, kita tinggal memesan melalui aplikasi, memilih apa yang kita inginkan, diskon yang besar, waktu yang fleksibel (bisa dimana saja dan kapan saja), masukan ke dalam daftar keranjang belanja, transfer ke rekening tujuan dan selesai.
Namun, situasi saat ini tidaklah mudah, beberapa kasus seperti bobolnya data diri pelanggan dewasa ini menjadi preseden buruk bagi kita yang gemar berbelanja online. Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan ketika belanja online adalah konektivitas internet, kredibilitas barang, masa garansi, serta ketepatan waktu pengiriman.
Belanja offline lebih puas
Lain dengan belanja online yang dapat diatur waktunya, belanja offline harus memiliki spare waktu yang lebih besar. Kita bisa diskusi terlebih dahulu dengan istri atau keluarga sebelum menentukan daftar belanjaan.
Tidak hanya itu, kualitas barang, ketersediaan, ketepatan waktu dalam memperoleh barang serta kepuasan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi penggemar belanja offline. Barang yang diinginkan dapat langsung dibawa, dipackaging dan dikirimkan ke handai taulan atau tetangga, bahkan sampai orang yang kita kasihi.
Namun, itu semua terkendala pandemi covid-1 9 yang mana kita dipersyaratkan untuk tetap berada di rumah saja (WFH). Tidaklah mudah melakukan belanja dalam situasi seperti ini, saran saya berbelanjalah di waktu pagi hari yang mana belum banyak pengunjung toko atau swalayan hadir, sehingga kita akan tetap dapat leluasa dan memilih barang berkualitas sesuai yang diinginkan, hindari kontak fisik dan jaga jarak satu sama lain. Selama di toko menggalakan protokoler Kesehatan pemerintah, kita harus percaya diri karena dipastikan aman untuk berbelanja.
Pilihan saya?
Bercermin dari berbagai masalah di atas, bagi keluarga saya keduanya sama sama baik. Belanja online dilakukan untuk barang-barang yang memang tidak terdapat di offline. Jika kita ingin keunikan dan banyak pilihan, maka online lah pilihannya. Misalkan souvenir khas lebaran, serta barang unik lainnya yang tidak mungkin didapatkan dalam belanja offline.
Akan tetapi jika kita memilihkan barang yang siap pakai seperti sembako, kita dapat berbelaja offline dengan mengacu pada protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Barang yang dapat kita beli secara offline mulai dari beras, telur minyak, serta barang sembako yang tidak mungkin didapatkan dengan cara online.
Untuk paket kado lebaran, keluarga saya lebih memilih barang kebutuhan pokok yang dapat disalurkan ke tetangga terdekat, serta beberapa lansia yang memang menjadi perhatian kita bersama untuk dibantu kehidupannya.
Sebagai penutup, online atau offline tidaklah menjadi masalah asalkan kepribadian conscientiousness melekat kepada diri kita, jangan sampai kita menyesal setelah membelinya. Mengutip makna quote di atas, nampaknya perlu menjadi renungan bagi kita bersama:
"Memiliki uang dan hal-hal yang dapat dibeli dengan uang itu bagus, tetapi ada baiknya juga, untuk memeriksanya sesekali dan memastikan bahwa kamu belum kehilangan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang".
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H