Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tea Topping, Tradisi Teh yang Tak Pernah Kosong

1 Mei 2020   19:10 Diperbarui: 1 Mei 2020   19:14 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya tidak mengerti apa yang dimaksud, setelah beberapa semester saya jalani, ternyata hampir semua mahasiswa gemar meminum teh. Teh yang disajikan berasal dari berbagai jenis, ada yang bunga, dan lain-lain. Ketika saya harus lembur setiap hari di musim dingin pun, tempat air minum untuk umum penuh dengan teh yang sudah disiapkan oleh mahasiswa untuk menemani lembur.

Sebagai rasa penasaran, sayapun pergi ke pusat perbelanjaan yang mana disana banyak menyediakan berbagai jenis teh di dalamnya. Tidak terbayangkan, harga yang dibanderol adalah berkisar dari Rp100 ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Semakin berkelas orangnya, semakin aneh bentuk teh nya dan juga rasanya.

Dari sini saya mengambil kesimpulan, jika akan menjalin mitra bisnis dan cepat berkembang, jangan menjual kopi atau teh di negeri tirai bambu. Karena mereka kurang menyukai kopi, dan jika akan eksport teh pun mereka sudah jauh lebih memiliki berbagai macam jenis dan rasanya.

Memberi sebagai penghormatan
Dalam rangka untuk menghormati pembimbing, saya pun membawa teh khusus dalam jumlah besar untuk supervisor saya. Dengan harapan, mereka akan mencoba teh dari Indonesia yang tentunya tidak kalah dengan mereka.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pembimbing saya juga memberikan teh yang saya juga baru tahu bentuknya, setelah saya berusaha usil dengan menanyakan kepada pedagang disana, ternyata teh yang diberikan itu harganya sangat fantastis.

Meskipun pada akhirnya teh yang saya berikan tidak dikonsumsi, namun pembimbing menganggap bahwa saya sudah menghormati beliau dengan memberikan teh spesial dari Indonesia.

Teh kurang dihargai
Budaya meminum teh itupun saya ikuti. Saya pulang di tiap semester tentunya membawa teh khusus dari Beijing. Namun, teh  spesial yang saya berikan itu dianggap biasa saja. Padahal teh yang saya berikan itu selain harganya lumayan, juga merupakan salah satu penghormatan bagi orang yang lebih tua, sekaligus untuk menyambung silaturahim karena sudah lama tidak bertemu.

Kecewa? "iya", namun saya juga menyadari bahwasanya setiap orang tentunya memiliki mindset yang berbeda. Mereka kurang menghormati karena belum tahu maknanya. Beberapa diantaranya hanya memandang itu sebelah mata.

Teh hijau spesial yang saya bawakan dari Beijing memiliki banyak khasiat, namun karena sudah banyak yang abai, saya pun mengkonsumsinya bersama keluarga besar, sebagai bentuk rajutan silaturahim yang biasanya hanya dilakukan di Idul Fitri saja.

Khusus orang tua
Di Indonesia, kebanyakan orang beranggapan bahwa meminum teh itu tidak sehat. Bahkan Sebagian besar teh dikonsumsi oleh orang yang sudah berusia lanjut.

Teh yang disajikan pun harus kental dan menggunakan gula di penyajiannya. Sementara di Beijing, orang meminum teh tanpa menggunakan gula, semua kalangan mengkonsumsi teh, tidak terkecuali usia remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun