Seperti apa proyeksi penyebaran COVID-19 di Indonesia? Akankah metode yang diterapkan dapat menjinakkan COVID-19? Kali ini penulis mencoba menunjukkan berbagai prediksi dan beberapa skenario serta akibat yang ditimbulkan oleh COVID-19.
Kalkulator Digital adalah peralatan sederhana berbasis digital model SEIR yang digunakan oleh banyak ilmuwan dan pakar kesehatan masyarakat dalam memprediksi pandemi di wilayah yang dituju.
Kalkultor ini merupakan salah satu prediksi yang mana informasi dari pakar pemerintah tidak datang cukup cepat dan memberikan kejelasan terkait dengan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
Apa yang terjadi pada berbagai negara? Pada akhirnya COVID-19 dapat membunuh ribuan jiwa.
Mengapa ini terjadi? Bedasarkan konsep Kalkulator ini, kurva menjadi parameter utama dalam menganalis kondisi aktual.
Perhitungan dilakukan sangat cepat, kita juga dapat melihat hasil analisis secara visual dengan memasukkan berbagai parameter tertentu yang mengacu pada penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara.
Pandemi COVID-19 merupakan krisis kesehatan global dan tidak pasti kapan selesainya.
Bagi orang yang bukan ahli seperti saya, merepresentasikan angka, perkiraan kondisi dan parameter epidemiologis, jurnal, dan literatur media menjadi hal penting yang menjadi tantangan tersendiri. Sedangkan tema-tema analisis ilmiah di kompasiana masih jarang dan kurang diminati oleh pembaca.
Kalkultor epidemi digital ini dapat bertujuan untuk mengatasi kesenjangan di atas, Kalkultor tersebut menerapkan model penyakit infeksi klasir SEIR (Suspectible > Exposed > Infected>Removed) yang merupakan model actual di bidang penelitian.
Default dari kalkulator ini adalah data yang relevan dengan mengambil data dari COVID-19 dan negara-negara lain di dunia saat ini. Setting diperlukan untuk menyesuaikan kondisi yang ada di berbagai negara yang berbeda, di antaranya berapa yang meninggal, berapa lama inkubasi, populasi penduduk di suatu negara.
Berikut ini contoh yang diberikan di Indonesia, sebagai proyeksi perkembangan COVID-19 di masa depan.
COVID-19 dengan data default [disini]
Data standard dan mempertimbangkan tingkat infeksi R0 sebesar sebesar 2.2. Kalkulator epidemi menunjukkan pasien dalam satu tahun penyakit ini akan menginfeksi setidaknya lebih dari satu juta orang.
Berdasarkan grafik, pandemic COVID-19 ini akan membunuh sedikitnya lebih dari 20.000 jiwa. Catatan penting dari angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:
Pada mode default, kalkulator akan mengasumsikan bahwa pada hari ke-100 pasca kasus pertama yang telah dilaporkan, pemerintah telah memaksa beberapa wilayah atau negara ke dalam total lockdown.
Dengan adanya lockdown atau intervensi non-medis dengan cara lain, akan menurunkan R0 menjadi kurang dari 1. Angka R ini sangat penting artinya dalam grafik (lihat artikel sebelumnya).
Apabila lockdown atau intervensi non-medis lain telah dapat menurunkan R0 lebih awal, misalkan 70 hari setelah kasus pertama dilaporkan, maka jumlah kasus akan jauh lebih sedikit dan jumlah kematian secara garis eksponensial akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa batasan ketat.
Parameter penting lainnya adalah bahwa klakultor epidemi ini secara default menganggap fatalitas kematian sebesar 2.2 persen.
Padahal, pada kenyataannya nilai itu bisa lebih besar seperti di China, Italia, Spanyol dan beberapa negara lainnya di dunia.
Apabila kita akan menggunakannya untuk Indonesia, maka bisa dilakukan besarnya nilai fatalitas (Pasien infeksi disbanding dengan jumlah kematian), dimasukkan nilainya ke dalam grafik.
Tingkat fatalitas di Indonesia khsusunya, tidak dapat diprediksi, karena saat ini jumlah korban terinfeksi dan meninggal terus bertambah. Besarnya nilai fatalitas adalah sebagai nilai dinamis yang nilainya terus berubah.
Kondisi ini juga dapat digunakan sebagai acuan program kebijakan untuk pemerintah dalam suatu provinsi, kabupaten atau kota.
Ujicoba data di Indonesia
Sebaran data mengacu kepada JHU CSSE per April (01/04/2020) dengan total negara terinfeksi saat ini sejumlah 178 dan total terinfeksi di dunia (877.422) jiwa . Amerika masih menjadi peringkat tertinggi dengan (189.633) Jiwa, disusul oleh Italia (105.792) jiwa dan Spanyol (102.136) jiwa.
Sedangkan Indonesia masih terpantau diangka terinfeksi (1.677) Jiwa, dengan jumlah korban meninggal sebesar (157) jiwa dan korban sembuh (103) jiwa. Grafik peningkatan jumlah korban terinfeksi disajikan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya, kita masaukkan parameter seperti jumlah populasi diasumsikan sebesar 269,6 juta jiwa, tingkat fatalitas sebesar 8.62%, masa recovery dan sebagainya disesuaikan dengan riset terlampir di dalam database. Setelah angka-angka tersebut dimasukkan, maka akan tampil grafik sebagai berikut:
Data populasi merupakan pendekatan kondisi aktual (misalkan 14.000 warga yang diperiksa), sedangkan jumlah terinfeksi dapat menyesuaikan (update).
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa warna merah adalah jumlah korban terinfeksi, warna biru muda korban yang sedang dalam perawatan di Rumah sakit (meski jumlahnya saya yakin melebihi itu), dan warna biru tua adalah korban meninggal.
Data lain yang dapat ditampilkan diantaranya adalah data korban sembuh, sehingga kurvanya berubah menjadi seperti dibawah ini.
Sebagai penutup, kalkulator epedemi ini merupakan peralan canggih yang dapat dioperasikan oleh siapa saja. Pemerintah kabupaten provinsi, kabupaten atau kota dapat menggunakannya untuk arah kebijakan terkait penyebaran, pengendalian, dan pemantauan pandemic COVID-19 di masa mendatang.
Nantikan artikel berikutnya terkait penggunaan kalkulator Epidemi ini. Praktis bukan? Selamat mencoba!
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2 3 4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H