Data tersebut kemudian di transmisikan ke platform cloud. Selanjutnya teknologi ini akan memiliki data fisiologis normal, dan tidak perlu diukur berulang-ulang untuk periode waktu tertentu. Implementasi teknologi ini digunakan pada sekolah, stasiun kereta api, dan bea cukai. Teknologi ini dapat mendata dan mentabulasi suhu tubuh serta data oksigen dalam darah secara realtime pada manusia dengan metode non-kontak.
Data yang didapatkan terintegrasi dengan departemen kesehatan untuk observasi tindak lanjut diagnosa dan perawatan pada pasien. Kedua sistem ini menyediakan layanan cakupan yang mendalam untuk tingkat observasi isolasi medis dan untuk penyaringan tingkat data pasien tinggi.
R&D Kit Strip dan Kit Deteksi COVID-19 Baru
Prof. Qin Peiwu saat ini mengembankan cara baru untuk deteksi Pandemi COVID-19 dengan reaksi CRISPR. Jenis spectrometer mini telah dirancang secara khusus dan digunakan untuk pencitraan molekul tunggal. Keterbatasan kit deteksi asam nukleat dibahas dalam Teknik ini yang mana memakan waktu terlalu lama dan tidak dapat mendeteksi fragmen RNA COVID-19 yang lebih pendek.
Strip deteksi juga berhasil dikembangkan oleh tim riset Prof. Qin Peiwu untuk pengujian RNA virus secara cepat. Sistem ini bekerja dengan reaksi CRISPR dilarutkan ke kertas uji, yang dapat mendeteksi fragmen RNA yang berasal dari sampel yang dilakukan dengan cara mengusap tenggorokan pasien COVID-19. Hasil sinyal dapat divisualisasikan oleh mata atau dengan menggunakan spektometer sensivitas tinggi.
Peran sentral Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI) sebagai peran sentral teknologi di Tiongkok diberdayakan untuk pemulihan ekonomi dan deteksi pengendalian Pandemi COVID-19. Model epidemi berbasis AI digunakan untuk memprediksi penyebaran dan puncak wabah yang dikembangkan oleh Prof. Ma Lan dan Prof. ma Zhaoyuan. Hasil yang didapatkan yang diprediksi sebelumnya pada tanggal 1 sampai dengan 7 Februari memiliki hasil yang sangat baik dengan tingkat akurasi 98%.
Berdasarkan pemodelan AI, teknologi ini dapat membantu pemerintah dalam membuat keputusan yang akurat dan ilmiah. Hal ini dapat membantu industry lokal untuk terus melanjutkan bisnisnya secara aman dan sistematis. Teknologi ini telah diterapkan di Distrik Nanshan Shenzhen.
Sebagai penutup, siapakah yang akan menang?, “Sains dan Teknologi ataukan Virus?”. Sains dan Teknologi terus berjuang mengalahkan virus dengan skala pemikiran paling maju umat manusia saat ini. Sementara ahli farmasi berusaha mencari vaksin terbaik untuk Pandemi COVID-19. Bagaimanakah peran ilmuwan Indonesia?, sepertinya kita masih disibukkan dengan non-sains dan teknologi, sementara di luar sana sedang sibuk mencari solusi untuk kemaslahatan umat.
Semoga menjadi renungan untuk pakar sains dan teknologi di Indonesia, meskipun saat ini universitas sedang tutup karena Pandemi COVID-19.
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H