Sejak keberadaan COVID-19 tahun ini, ternyata telah menyita berbagai aktivitas dan larangan berpergian baik di dalam negeri ataupun ke luar negara terdampak. Kasus Pandemi COVID-19 terus mengalami peningkatan jumlah korban di Italia yang sungguh diluar dugaan, hingga Iran dan Korea Selatan yang saat ini masih terus berjuang mengatasi dan mengisolasi korban pandemi COVID-19.
Khusus di Italia, dilansir dari @cgtnofficial hari ini, otoritas kesehatan Tiongkok telah mengirimkan bantuan satu pesawat tenaga medisnya. Tercatat bahwa tenaga medis telah tiba di Ibu kota Roma dengan berpakaian khusus (13/03/2020).
Berbagai bidang sosal dan kemasyarakatan selanjutnya di batasi, lebih khusus terkait dengan bidang Pendidikan yang menjadi sasarannya. Selain mahasiswa yang harus kembali ke negaranya masing-masing, Penundaan berbagai aktivitas kampus seperti wisuda, juga ada salah satu kisah heroik mahasiswa Tiongkok yang sedang menimba ilmu di Australia sebagai berikut:
Sebuah cerita dari pelajar China yang mengatakan bahwa dirinya merasa telah dihianati oleh pemerintah Australia yang memberlakukan larangan perjalanan untuk mahasiwa China. Akibatnya, banyak dari pelajar China menghabiskan $20.000 atau sekitar Rp182.631.600 rupiah dengan alasan COVID-19.
Dalam sebuah wawancara, seorang mahasiswi bernama Karen Ji mengatakan bahwa dia harus menghabiskan masa 16 hari karantina di Thailand bersama dengan ibunya sebelum kembali untuk belajar di Australia.
"Lima tiket dalam penerbangan kelas ekonomi, dan bahkan kelas bisnis untuk terbang ke Sydney", aku tidak percaya, dan panik. Ujarnya seperti dilansir dari new.com.au
Terdapat dua pilihan untuk mahasiswa international seperti Karen Ji, dia harus dipaksa memutuskan melewatkan awal semester, atau bepergian ke negara ketiga seperti yang disampaikan oleh otoritas setempat di Australia.
Banyak juga darinya mengatakan bahwa telah membeli tiket yang sangat mahal untuk dapat kembali studi. Satu hal yang menambah masalah menjadi rumit adalah banyaknya penerbangan yang dibatalkan karena COVID-19.
Sebagai langkah solutif, mereka tetap mengikuti aturan dengan menempuh jalur ke negara ketiga sebelum kembali ke Australia, meskipun membutuhkan berhari-hari, sangat melelahkan dan membutuhkan biaya yang sangat besar.