Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Fakta, Kisah Salah Satu Korban Selamat Melawan Wuhan Coronavirus 2019-nCoV

29 Januari 2020   01:09 Diperbarui: 29 Januari 2020   06:36 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (tribunnews.com)

Korban Wuhan Coronavirus (2019-nCoV) hingga malam ini (29/01/2020) terkonfirmasi mencapai 4.473, yang sehari sebelumnya berjumlah sekitar 2.118. Jika diamati, data tersebut  meningkat dua kali lipat secara signifikan.

Meskipun demikian, perlahan pengobatan pasien untuk virus corona terus menemui titik terang, setidaknya kekhawatiran kita terhadap ketidakberhasilan pengobatan virus jenis ini menjadi lebih berkurang.

Dilaporkan dari laman resmi JobTubeDaily, berikut ini Fakta kisah seorang pasien terdampak virus corona yang berhasil sembuh setelah menjalani perawatan medis dan berhasil di wawancarai oleh media lokal setempat (Beijing Youth Daily) by [2].

Kronologis
Seorang pasien yang tidak saya sebut namanya didiagnosis menderita pneumonia di Wuhan, dan pada tanggal lima belas Januari berhasil disembuhkan. Dalam masa perawatan hampir tiga puluh lima hari, sang pasien pernah dalam kondisi berbahaya, dia dipindahkan dari rumah sakit yang berbeda hingga akhirnya di rawat di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan.

Diagnosa dari rumah sakit|WUH [2]
Diagnosa dari rumah sakit|WUH [2]

Diagnosa setelah transfer rumah sakit
Awal mula pasien merasa sakit tepatnya pada 24 Desember 2019. Gejala yang timbul diantaranya adalah pusing, sakit kepala, kelemahan anggota badan dan nyeri pada anggota badan. Awalnya hanya menduga bahwa itu sakit masuk angin biasa (versi Indonesia-nya).

Akan tetapi, sehari setelahnya dia merasa lemas, dan meminta ijin untuk pergi ke rumah sakit untuk perawatan (infus) pada 25 Desember 2019, dan kemudian demam tinggi sejak 27 Desember 2019.

Dalam masa tersebut, sang pasien tidak rawat inap di rumah sakit. Namun, pada 27 Desember 2019 merasa kesulitan bergerak dan kesulitan bernafas, lantas memutuskan untuk menjalani tes darah rutin dan hasilnya pun normal. Kemudian tes fungsi hati pun dilakukannya, dokter mengatakan bahwa hasil akan siap sampai senin berikutnya (waktu tes adalah akhir pekan).

Di masa tunggu selama dua hari itu merupakan saat yang berat bagi sang pasien, dia tidak bisa makan apapun, tidak nafsu makan, dan ingin merasa muntah setelah makan, meski hanya bubur dan air yang menjadi konsumsi kala itu.

Hari senin yang dijanjikan dokter pun tiba, hasil pemeriksaan menunjukkan hati sang pasien sedikit tidak normal. Lalu, ia memutuskan untuk cuti bekerja dan memutuskan ke RS Union Wuhan pada awal tahun baru 01 Januari 2020 karena mengalami demam terus menerus. Saat itu demam berkisar antara 39 derajat celcius sampai dengan 41 derajat celcius. Pemberian obat antipiretik yang berfungsi menurunkan panas hanya bersifat sementara dan kemudian mengalami panas serupa setelahnya.

Penanganan pasien di rumah sakit
Pada 2 Januari 2020 terjadi penurunan konsentrasi oksigen darah hingga enam puluh persen yang tentunya sangat mengancam jiwanya, pemeriksaan umum terus dilakukan di departemen endokrinologi, termasuk pemeriksaan rontgen dada.

Diceritakan bahwa saat menjalani seluruh rangkaian perawatan itu, ada salah satu orang yang dianggapnya spesial bertanya tentang dimana dia tinggal, dimana bekerja, kemana pergi, aktivitas keseharian dan lain lain.

perawatan pasien | WCHWeibo [2]
perawatan pasien | WCHWeibo [2]

Ia pun menjawab bahwasanya lokasi pekerjaanya berada di dekat stasiun kereta Hankou sebagai pedagang yang berkerja setiap hari disana, dan dijelaskan bahwasanya belum pernah pergi ke pasar makanan laut.

Awal mula ia terkena gejalanya adalah dia pergi ke pasar buah Huanan sekali tepatnya pada 22 Desember 2019. Disampaikan saat itu bahwa sedang gerimis dan setelahnya hanya berpikir terkena flu biasa karena gejala pneumonia yang pada dasarnya mirip dengan flu.

Dokter mengatakan bahwa 2 Januari 2020 pada pukul 11 pagi waktu setempat akan dipindah ke rumah sakit lain. Satu hal yang membuatnya bertanya-tanya waktu itu adalah bahwa sejam setelahnya dokter mengatakan tidak perlu. Kemudian tim dokter diketahui mengadakan konferensi video yang berlangsung kurang lebih selama dua jam.

Namun, secara mengejutkan pada sore harinya ada informasi bahwa pasien harus pindah rumah sakit. RS Union Wuhan mengeluarkan keterangan bahwa dia diduga menderita pneumonia. Singkatnya pada pagi hari pukul 7:00 pagi waktu setempat ambulan datang, dan pada pukul 8:40 langsung di kirim ke ICU yang benar-benar terisolasi.

Saudara sang pasien pun diberhentikan ketika akan masuk mendampingi oleh dua dokter dan dua penjaga keamanan. Baru setelah dipindahkan ke unit perawatan khusus, saudaranya baru bisa diijinkan untuk mendampingi.

Dalam ruangan itu, saudaranya diberi topeng, dan tim medis mengatur tujuh bangku disebelah tempat tidurnya untuk istirahat yang mendampingi, saudaranya merawatnya kurang lebih selama sepuluh hari untuk mengurus makan, minum, buang air besar dan sebagainya. Suasana dalam ruangan saat itu banyak pasien yang terisolasi, dan perawatpun menggunakan pakaian khusus. Hampir semua pasien menderita demam tinggi, tidak nafsu makan, dan oksigen darah rendah.

Saudaranya terus memberinya air dan mengkonsumsi obat selama tiga hari sejak tanggal 1 hingga 3 Januari 2020. Dalam jangka waktu itu, demamnya tinggi serta berkeringat berulangkali serta mengangkat air saja sangat susah.

Tujuh hari selepasnya tepatnya pada tanggal 10 Januari 2020 dia dipindahkan ke bangsal lain. Sang pasien meminta kepada saudara untuk pulang karena merasa saat itu sedang dalam pemulihan. Namun, sebelum saudaranya pergi, staf medis mendisnfeksi dirinya, memeriksanya, dan kemudian mengeluarkannya, tim dokter sangat proaktif dalam menangai kasus tersebut.

Sebenarnya, sebelum tanggal 10 Januari 2020 hampir semua pasien datang kerumah sakit. Seingatnya, hanya ada dua jenis bangsal yaitu bangsal ICU dan bangsal khusus. Dia menggambarkan bahwa ICU benar-benar terisolasi dan hampir semua orang berada dalam kondisi bahaya dalam hidupnya. Alasan utama tanggal 10 Januari 2020 itu dipindah adalah karena kamar tidak cukup menampung pasien.

Perawatan dokter
Dokter meminta kepada sang pasien untuk membeli beberapa albumin karena pada saat itu belum mengkonsumsi makanan. Ayahnya pergi untuk membeli lima botol dan mengkonsumsi satu botol setiap hari, keempat botol disimpan di lemari es. Harga setiap botol jika di kurs rupiahkan sekitar satu juta dengan volume sekitar 50 ml atau 75 ml. Dalam jangka waktu konsumsi lima hari, sang pasien tidak membutuhkannya lagi karena sudah dapat mengkonsumsi makanan.

Setiap haripun kondisi menjadi lebih baik dengan mengkonsumsi satu lusin infus, lalu berkurang menjadi sepuluh botol per-hari, dan pada tanggal delapan dan Sembilan Januari 2020 jumlahnya berkurang menjadi delapan botol infus. Tidak ada obat khusus yang diberikan oleh dokter, akan tetapi semua bergantung pada pengaktifan fungsi kekebalan tubuh dalam melawan virus, karena virus dapat menyebabkan kerusakan di organ yang lain.

Selain obat di atas, sang pasen juga mengkonsumsi obat anti inflamasi dan antipiretik, serta obat yang dapat mengaktifkan fungsi paru-paru. Karena banyaknya obat yang dikonsumsi termasuk untuk melindungi perut, hati dan organ lain, dia pun tidak benar-benar paham apa yang telah dikonsumsinya.

Hari berikutnya perlahan-lahan oksigen darahnya pulih, detak jantung dan tekanan darah menjadi normal. Dia menduga karena masih muda, berusia 23 tahun sehingga sangat cepat sembuh.

Apakah virus merusak sistem pencernaan
Saat ini, sang pasien hanya menjaga pola makan terutama makanan pedas dan hotpot. Karena mengkonsumsi sedikit lada saja dapat membuat seluruh kerongkongan dan perut mengalami masalah besar.

Kondisi lingkungan di Rumah sakit
Sang pasien menceritakan tentang kondisinya di dalam bangsal rumah sakit. Dia tinggal selama lima hari bersama dengan seorang pria 62 tahun dan wanita 68 tahun. Seingatnya, pasien lain tidak mengkonsumsi makanan pada hari itu, meskipun perawat berusaha memberikan makanan, akan tetapi tetap tidak bisa.

Tim medis rumah sakit | WCHWeibo [2]
Tim medis rumah sakit | WCHWeibo [2]

Setelah dinyatakan sembuh
Pengalaman sang pasien ketika dinyatakan mulai pulih adalah ketika berhasil menggerakan tubuh secara bertahap, termasuk tidak banyak batuk di rumah sakit.

Kemudian pada tanggal 13 Januari 2020 kembali dilakukan pemeriksaan dan CT scan dada serta tes darah. Hasil keputusan dokter sang pasien dalam kondisi sangat baik dan dapat meninggalkan rumah sakit di tanggal 15 Januari 2020. Batasan yang diberikan dokter kala itu adalah pasien tidak dapat pergi ke tempat yang ramai dan harus terus mengkonsumsi obat yang telah diberikan dokter.

Perasaan setelah sembuh
Setelah keluar dari Rumah sakit di siang hari, sang pasien seketika mengkonsumsi mie. Dia pun dapat berjalan sendiri, meskipun sangat pelan. Efek dua puluh hari di tempat tidur juga membuat kakinya sempat kram ketika berjalan.

Hari selanjutnya, dia terus bersemangat untuk berjalan dan berjalan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya. Waktu demi waktu kondisi fisiknya semakin kuat, meskipun belum bisa mencerna makanan dengan baik. Satu hal yang membuatnya sedih adalah dia belum bisa berlari dan sering merasa sedih dan menangis.

Kondisi setelah pulih
Kondisi setelah pemulihan, pasca satu minggu sang pasien menjadi lebih baik akan tetapi masih lemah dalam pencernaan. Dia tidak dapat melakukan pekerjaan berat atau berolahraga, keadaan menjadi lebih baik dari hari ke hari. Akan tetapi dikatakan, ia terengah-engah dalam berbicara, termasuk mengalami kesulitan ketika mengambil nafas dalam.

Pengobatan dari dokter pasca pemulihan
Terdapat dua jenis obat yang diberikan masing-masing selama empat bulan dan lima hari, yang pertama dapat membantu aktivitas dada dan membantu menyembuhkan infeksi akibat influenza.  Beberapa tablet (obat) juga turut diberikan untuk mengobati gangguan pencernaan untuk sang pasien. Sang pasien juga sempat mengalami refluks asam dan perut kembung karena gangguan pencernaan yang masih agak lemah akibat mengkonsumsi makanan (pangsit).

Biaya perawatan

Besarnya total biaya dalam rupiah adalah berkisar lebih dari empat puluh juta, dan lebih dari dua puluh juta di RS Union Wuhan. Sedangkan dirumah sakit Jinyintan sekitar enam juta dengan deposit sekitar 600 ribu untuk makan. Sebagai informasi tambahan, keluarga terdekat yang mendampingi sang pasien adalah saudaranya. Saudaranya menderita sakit flu biasa dan sudah diperiksakan ke rumah sakit.

Sebagai penutup, seperti biasa saya sampaikan quote Albert Einstein sebagai berikut:

"A man should look for what is, and not for what he thinks should be."

"Seorang manusia harus mencari apa yang sebenarnya, dan bukan untuk apa yang seharusnya dipikirkannya."

Mari kita berdo'a semoga WNI yang sedang berada disana diberikan kesehatan dan tidak terdampak virus. Aamiin.

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2 3

NB: Jika ada saudara yang sedang berada di China, dan ingin meminta bantuan kekonsuleran, bisa menghubungi KBRI Beijing di nomor Hotline: (+86) 138 1128 4505 (Arianto Surojo); email: set.beijing.kbri@kemlu.go.id.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun