Seorang bijak berkata, "You educate a man; you educate a man. You educate a woman; you educate a generation."
Jika engkau mendidik seorang lelaki maka engkau mendidik seorang lelaki. Ketika kamu mendidik seorang perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.
Hari ini usianya sudah hampir seabad (91 tahun), sebuah usia yang melampaui kemerdekaan Republik Indonesia (74 tahun). Akan tetapi, apabila merujuk pada Dekrit Presiden 22 Desember Tahun 1953 No. 316, maka usianya menjadi 66 tahun.
Manakah yang akan digunakan?
Marilah kita renungkan bersama akan makna perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari perjuangan bangsa pada masa itu.
Kongres Perempuan pertama
Hari itu tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan kongres perempuan Indonesia pertama yang bertempat di Yogyakarta.
Salah satu hal yang mendorong kongres tersebut adalah karena kondisi kehidupan perempuan Indonesia yang masih kental dengan budaya patriarkis yang berasas nilai-nilai feodalisme.
Kongres perempuan tersebut digagas oleh ketiga tokoh pada waktu itu diantaranya Nyi Hadjar Dewantara (Wanita Taman Siswa), Ny. Soekonto (Wanita Oetomo), dan Sujatin Kartowijono dari Poetri Indonesia.
Dilansir dari Historia, organisasi perempuan yang hadir pada waktu itu adalah Aisyiyah, Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Moeljo, Organisasi perempuan di Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond, sera Wanita Taman Siswa.
Mereferensi pada salah satu inisiator kongres, disampaikan bahwa kongres perempuan didasarkan pada pelaksanaan Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.
Spirit sumpah pemuda kala itu menular ke kaum wanita muda untuk mengadakan pertemuan antar wanita se-Indonesia demi persatuan nasional. "Ujar Sujatin"