Beijing-Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI Beijing) merupakan salah satu kedutaan besar yang aktif menyelenggarakan buka bersama, shalat Magrib, Isya dan tarawih berjama'ah selama Ramadhan.
Penghujung kegiatannya adalah Shalat Ied dan open house yang diadakan oleh Bapak Duta Besar Republik Indonesia Beijing. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini di dukung oleh mahasiswa, Masyarakat Indonesia dan seluruh staff KBRI Beijing.
Menjelang akhir Ramadhan, Idul fitri merupakan momen paling berkesan untuk setiap warga negara Indonesia, khususnya bagi yang beragama Islam. Banyak dari mereka menempuh jarak yang cukup jauh dengan melewati berbagai halang rintang karena memiliki tekad yang kuat untuk saling bersilaturahim satu dengan lainnya, harapannya dapat mengganti saling melepas rindu dan pengganti berbagi cerita dengan keluarga yang berada di Indonesia.
Berikut ini beberapa hal unik dan menarik yang perlu kita kupas tuntas, tentang keunikan kegiatan mahasiswa di Luar Negeri, khususnya Beijing.
1.Puasa 17 jam
Meskipun kita berasal dari negara tropis dan terbiasa dengan musim panas, akan tetapi merupakan hal yang tidak mudah bagi kita menjalankan puasa disini. Kita buka puasa setelah keluarga di Indonesia berbuka, dan santap sahur serta shalat subuh pada saat keluarga di Indonesia terlelap tidur. Jarak antara sahur dan shalat subuh sangatlah dekat, sehingga pukul empat pagi pun terasa sudah siang (matahari terbit).
2.Perjalanan cukup jauh ditempuh dengan jarak 200km
Beberapa mahasiswa menempuh jarak cukup jauh sekitar 200km untuk sekali perjalanan. melebihi jarak tempuh Jakarta Bandung yang berkisar antara 153.7km. Dalam hal persiapan mereka menuju shalat ied yang akan dilaksanakan tiga hari lagi (5 Juni 2019), mereka berangkat dari kota tujuan sebelum matahari terbit.
3.Perubahan jam menuju singgasana
Pesan penting beberapa Da'I kondang di Indonesia agaknya kurang mempan untuk mahasiswa disini. Khususnya perubahan jam istirahat yang mana di sunahkan untuk sebaiknya tidak tidur setelah shalat subuh. Akan tetapi, justru berbanding terbalik, setelah shalat subuh, beberapa diantara mereka bisa menguasai singasana dalam kurun waktu 13 (tiga belas jam). Jika total puasa 17 (tujuh belas) jam, maka sisa puasa hanya 4 jam. Sesungguhnya terasa singkat bukan. hehehe...
Baca juga: Menyapa Ramadhan di Beijing
4.Situasi terkondisikan
Situasi yang saya maksud adalah buka bersama dengan staff KBRI dan masyarakat Indonesia yang berada di Beijing. Faktanya, Setiap Ramadhan justru semakin menambah berat badan dan perbaikan gizi. Bahkan dari mereka membungkus makanan untuk makan sahur setiap harinya. Sajian selera Nusantara dapat menggoyang lidah dan semakin meneguhkan semangat juang meskipun puasa yang dijalani cukup lama. Oiya, Terkadang, karena banyaknya makanan yang dibawa pulang, sampai ada yang berpikir kita ini seperti habis kondangan. hehehe...
5.Layanan Zakat Fitrah manual dan digital
Pertanyaan yang muncul ketika menjelang idul fitri adalah bagaimana membayar zakar fitrah?. Tenang saja, selama satu bulan penuh KBRI Beijing bekerja sama dengan Da'I Ambassador Dompet Dhu'afa. Kerjasama yang dimaksud adalah dalam bentuk aktivitas keagamaan seperti shalat berjamaah, pengajian, dan pelayanan zakat, infaq, sedekah, ataupun fidyah. "Bagaimana metodenya?" pembayaran bisa dilakukan melalui WeChat, Alipay, ataupun datang langsung untuk bertatap muka dengan ustadz sekaligus meminta di do'akan oleh beliau. "Apa itu WeChat?" mungkin rekan-rekan di Indonesia belum populer mendengar aplikasi canggih ini. Nantikan artikel berikutnya yang membahas khusus peranan teknologi canggih di tiongkok.
Baca juga:Ustadz Kelahiran Portugal-Indonesia Siap Kawal Ramadhan Selama 30 Hari