Malam lailatul Qadr adalah malam yang paling sakral, karena Allah menjanjikan sesuatu yang luar biasa bagi manusia. Beberapa referensi menyatakan bahwa pada hari itu matahari seakan-akan tidak bercahaya, karena ribuan, ratusan, bahkan mungkin milyaran malaikat mengalahkan cahaya matahari, di mulai dari matahari merona merah sampai dengan terbit fajar (selesai adzan Subuh), sesuai dengan Q.S Al Qadr [97] ayat 5.
Dalam kitab Misykat al-Anwar karya Imam Al-Ghazali, sebagian Alam malakut akan terbuka pada malam Al qadr, Alam malakut adalah alam ghaib. Alam tersebut adalah alam yang berpenghuni malaikat. Alam ini terhijab dari pandangan bangsa jin dan manusia. Sebagaimana alam jin telah terhijab dari pandangan manusia.
Malam turunnya Al-Qur'an
Peristiwa turunnya Quran atau Nuzulul Qur'an sangat erat kaitannya dengan malam lailatul qadr, karena pertama kalinya wahyu ini diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal." (QS. An-Najm: 13-15).
Dalam kisah Nuzulul Qur'an, diceritakan bahwa malaikat mendekap Rasullullah SAW sambil berkata, "Iqra...!" yang artinya bacalah.
Lalu, apakah mungkin malaikat Jibril yang dalam wujud aslinya dapat mendekap Rasullullah SAW?; karena mengingat bentuk asli Malaikat Jibril sangatlah besar, sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadist sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj telah menceritakan kepada kami Syarik dari 'Ashim dari Abu Wa`il dari Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat Jibril dalam bentuk aslinya, ia memiliki enam ratus sayap, setiap sayap dapat menutupi antara langit dan bumi, dari sayapnya berjatuhan aneka warna warni, mutiara dan yaqut. Allah Maha Mengetahui itu semua. (Hadits riwayat Imam Ahmad. Ibnu Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits ini bagus dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakirrahimahullah berkata dalam Al-Musnad bahwa sanad hadits ini shahih).
Malam turunnya Al Qur'an adalah peristiwa yang maha dahsyat, malam penuh barokah, malam keagungan dan keberkahan. Di yakini malam tersebut, bukan sekedar pertemuan antara malaikat Jibril dengan Rasulullah, tetapi juga disaksikan oleh para malaikat di seluruh Jagat raya ini.
Malam 1000 bulan
Sebagaimana dikatakan bahwa malam lailatul Qadr adalah sebuah malam yang penuh misteri, karena kapan waktunya tidak pernah dapat diprediksi kedatangannya. Akan tetapi ada beberapa pakar Fisika mencoba menghitung maha dahsyat lailatul Qadr.
Dalam lmu Fisika, kecepatan cahaya adalah sebesar 300.000km/s yang berarti sama dengan 18.000.000km/menit, atau 1.080.000km/jam. Jika hasil tersebut dikonversi ke dalam waktu sehari semalam sebesar 24 jam, maka 25.920.000km. Apabila dihitung dalam sebulan maka akan menghasilkan 777.600.000km; dan apabila dikalikan dengan 1000 bulan (lailatul qadr) maka akan menghasilkan nilai 777.600.000.000km.
Baca Juga: 0.122 detik dan 0.376 detik: Kisah Di Matikannya Nabi Uzair dan Tertidurnya Ashabul Kahfi
Pertanyaannya, berapakah besarnya kecepatan cahaya rohani dalam ilmu metafisika?.
Bapak fisika modern sekaligus penemu teori relavitias Albert Einstein menjelaskan bahwa besarnya kecepatan cahaya energy adalah E = mc2. Yang mana E adalah energy, M adalah massa dan C adalah kecepatan konstan cahaya. Atas dasar hal ini, maka selanjutnya dinamakan teori fisika quantum.
Dalam perkembangannya, teori ini kembali disampaikan oleh Max Plank pada tahun 1858 sampai dengan 1947; Neil Borth pada tahun 1885 sampai dengan 1962 dan Wener Heisenberg pada tahun 1901 sampai dengan 1976. Dalam teori quantum dinyatakan bahwa quantum adalah bagian elementer terkecil dan bersifat gelombang energy. Dalam pernyataannya, pergerakan quantum ini bukan berbentuk linier memanjang saling sambung menyambung, akan tetapi berupa bentuk loncatan quantum.
Menurut beberapa referensi, besarnya kecepatan cahaya rohani sama dengan 30 ribu triliun per kilometer per detik. Apabila besarnya kecepatan cahaya dalam kajian Fisika seperti kajian di atas adalah sebesar 300.000km/s atau sama dengan 18.000.000km/mnt yang berarti 1.080.000.000km/jam. Nilai tersebut apabila dikonversi ke dalam satu hari satu malam berjumlah 25.920.000.000km atau sebesar 777.600.000.000.000km dalam kurun waktu 1000 bulan. Jika diketahui besarnya kecepatan dalam 1000 bulan adalah 777. 777.600.000.000.000km, maka besarnya kecepatan cahaya rohani per-detik dalam 1000 bulan berkisar antara 38.58024691358020km, nilai ini menandakan bahwa lebih baik dari seribu bulan.
Menurut teori, perpindahan malaikat dari alam malakut (dimensi cahaya) menuju ke dalam alam nasut (dimensi partikel, manusia) tidak setiap saat terjadi (kecuali atas ijin Allah). Apabila berpindah dimensi, malaikan akan melintasi cermin CP (C=charge conjugation, penolakan muatan) dan (P = parity, keseimbangan), yang akan mengakibatkan memperlambat kecepatan (cahaya) pada saat mendekati kecepatan partikel. Hal ini sama dengan pengerahan energi secara kontinu, yang apabila tidak sesuai prosedur yang telah di gariskan oleh Allah SWT, maka akan bisa berakibat fatal (meledak, energy-overload).
Perhitungan Lailatur Qadr
Persamaan lailatul Qadr dapat dijelaskan dengan rumus U = Ui + (n x 83,4). Yang mana U adalah usia hamba yang mendapatkan lailatul Qadr; Ui adalah usia hamba mula-mula (tahun); sedangkan n adalah orde lailatul Qadr tanpa satuan. Besarnya 83 tahun 4 bulan adalah hasil perhitungan malam 1000 bulan.
Apabila Bapak Sugiyanto berusia sampai dengan 51 tahun, Beliau menjalankan ibadah Ramadhan selama 30 tahun. Kemudian Allah memberi karunia berupa Lailatul Qadr sebanyak sebanyak 13 kali; maka sebenarnya Bapak Sugiyanto tidak lagi berusia 51 tahun, akan tetapi usianya telah berubah menurut perhitungan lailatul Qadr menjadi: U = 51 + (13x83,4) = 1.135,2 tahun; atau setara dengan 1.135 tahun ditambah 2 bulan.
0,0621 DETIK Hamba Allah hidup di Bumi
Pertanyaan selanjutnya adalah apabila Bapak Sugiyanto kemudian meninggal dunia pada usia 51 tahun , berapakah lamanya beliau hidup menurut perhitungan pada Q.S. Al-Mu'minun : [23:112-114]?. Jawabnya: Pada saat beliau berusia 51 tahun, maka setara dengan 18615 hari. Jumlah satu hari ada 86400 detik; sehingga pada saat usia 51 tahun beliau telah hidup selama 5.361 detik. Jika dalam satu hari ada 86.400 detik, maka total lama Bapak Sugiyanto hidup di dunia adalah 0,0621 detik. Nilai hidup beliau sangatlah singkat, tidak sampai satu menit di hadapan Allah.
"Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?", Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung", Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". [23:112-114].
Lalu, apakah makna angka 38.58024691358020 pada judul di atas?, dengan menggunakan pendekatan metafisika, angka tersebut menunjukkan bahwa malam lailatul Qadr adalah lebih baik dari 1000 bulan.
Sebagai penutup, pada tanggal 26 Mei 2019 atau 21 Ramadhan 1440H saya dikejutkan berita duka bahwa bapak Sugiyanto telah meninggal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kota - Yogyakarta. Tulisan ini saya dedikasikan untuk beliau yang telah mengabdi dan membantu rekan-rekan selama studi dari tingkat S1 (sarjana) hingga S3 (doktor) di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta. Saya berharap di momen Ramadhan ini, khususnya ketika beliau hidup pernah mendapatkan lailatul Qadr, dan dengan penuh harap Allah menerima segala amal baiknya serta mengampuni dosa-dosa beliau.
Semoga Almarhum Khusnul Khotimah. Aamiin yaa Robbal'alamiin
Semoga bermanfaat, Wallahu A'lam Bishawab.
COPYRIGHT @FQM2019
Reference: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H