"Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat." (Muttafaqun 'alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).
Baca Juga: 0.122 detik dan 0.376 detik: Kisah Di Matikannya Nabi Uzair dan Tertidurnya Ashabul Kahfi
Allah akan menerima siapapun yang akan kembali, kecuali harta yang digunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT. Allah akan menerima taubat kita semua. Kalau kita niat mencari nafkah, rizki untuk bekal kita hidup, untuk kewajiban kita, sebagaimana kewajiban seorang ayah ada kewajiban untuk mencari nafkah, atau memberi nafkah anak dan istrinya. Bantu fakir miskin, membangun masjid, pesantren, dhuafa, dll. Sesunguhnya disitulah harta kita bermanfaat. Akan berharga di dunia dan di akhirat.
Baca Juga: Bapak Duta Besar BUKBER Akbar di Wisma KBRI
Berdasarkan cerita di atas mengandung beberapa pelajaran:
1. Semangatnya manusia untuk terus menerus mengumpulkan harta dan kemewahan dunia lainnya, membuatnya lupa bahwa ada orang disekililingnya yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
2. Anak adalah amanah dan merupakan generasi penerus keluarga di masa mendatang. Diriwayatkan oleh Dailami, dari Ibn Asaskir, Rasulullah SAW bersabda: "Ada empat kunci kebahagiaan bagi seseorang muslim, yaitu mempunyai isteri yang salehah, anak-anak yang baik, lingkungan yang baik dan pekerjaan yang tetap di negerinya sendiri."
3. Penciri utama keluarga bahagia lahir dan batin menurut islam adalah keluarga yang barokah, Kebahagiaan tidak akan pernah dapat diukur dengan banyaknya harta. Akan tetapi, rezeki yang berlimpah harus bisa dimanfaatkan agar menjadi lebih berkah, tidak untuk memperkaya diri sendiri.
Harta yang di dapatkan harus dengan cara yang halal, dan juga diusahakan terus bersedekah agar jiwa dan hati tentram, yang pada muaranya kebahagiaan akan dapat kita peroleh. Semoga dengan ramadhan ini kita dapat di ingatkan kepada saudara kita yang dhuafa.
Sebagai perenungan sederhananya adalah "kalau kita tidak makan dari pagi sampai sore, memang sengaja diniatkan. Akan tetapi Kalau kaum dhuafa, tidak makan bukannya tidak dikasih kesempatan, tapi memang karena tidak ada yang dimakan". Tutup Ustadz Taufiq, yang juga Da'i Ambassador Dompet Dhuafa-Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khaerat.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
COPYRIGHT @FQM2019
Referensi: 1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI