Makanya heran sama yang khutbah kemaren, entah khotibnya mandiri atau entah disini ada sejenis ‘mesjid negeri’ dan ‘mesjid swasta’, gak tau juga. Tapi yang jelas di banyak mesjid lain saya lihat khutbahnya sama semua; isinya bertele-tele, ngebawa banyak dalil yang konteksnya kemana-mana sampe orang juga pikirannya jadi kemana-mana.
Baru Jum’at kemaren saya liat khotib yang khutbah pake isi kepalanya sendiri. Dan saya rasa begitulah bagaimana ulama’ seharusnya, bukankah ulama jika dibahasa Indonesiakan berarti orang yang berilmu? Orang berilmu apa yang khotbah cuman ngikut isi kertas?
Kalo gak pengen disusupin sama Syi’ah atau sekte-sekte yang membawa ajaran terorisme, ya wong ya diseleksi syekh-syekh yang jadi khotibnya, bukan khotbahnya yang disama ratakan.
Yah, jadi baper. Sebenarnya gak ada niat ngeritik pemerintah PEA, sih (toh kalaupun ngeritik gak yakin bakal nyampe ke telinganya Syekh Khalifa bin Zayed). Nulis gini biar jadi pembelajaran buat semua aja, bahwa yang sejenis ‘khutbah sama rata gini gak baik’.
By the way, disini panas banget, kerasa banget tadi pas pergi ke mesjid buat sholat Jum’at, kayaknya kalo naro telor di tengah jalan mateng dah.
Huft, jadi pengen cepat-cepat pulang ke Indonesia kalo kayak gini mah, mana liburan di Indonesia masih dua bulan lagi.
Indonesia, how are you?
-----------------------------------------------------
Sumber Gambar: al-badar.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H