Mohon tunggu...
Fatihnokturnal
Fatihnokturnal Mohon Tunggu... Pelajar -

Orang malam yang membicarakan terang ngefapfapfap.wordpress.com Al Ain, UAE

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Harga Sebuah Nyawa

15 November 2015   06:08 Diperbarui: 16 November 2015   02:51 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian seseorang adalah tragedi, kematian jutaan orang hanyalah statistik.

Tahu siapa yang mengatakan ini? Joseph Stalin, mantan pemimpin Uni Soviet yang dikenal telah banyak membantai puluhan bahkan ratusan ribu orang dan salah satunya yang terkenal adalah Pembantaian Kathyn di tahun 1940.

Saya sempat berpikir dunia ini mungkin sedang mengalami kondisi yang sama.

Sekitar 130-an orang menjadi korban bom di Paris, sementara ada ribuan bahkan mungkin jutaan orang yang menjadi korban di Palestina, tapi bahkan tentang Intifadhah (perlawanan rakyat Palestina yang menggunakan batu, katapel, bom Molotov dan sebagainya) yang mulai bangkit untuk ketiga kalinya pun dunia tidak tahu. Juga tentang masalah di Suriah yang tak kunjung selesai seolah mulai terlupakan. Seolah-olah ledakan bom di Paris adalah tragedi dan kejadian di Palestina dan Suriah hanyalah statistik.

Tapi saya kemudian berpikir, bagaimana jika pemikiran itu justru dibalik?

Bagaimana jika kata-kata itu menjadi kematian seseorang tidak seberapa, kematian jutaan orang adalah tragedi sebenarnya?

Dan saya lihat itulah yang terjadi kepada banyak orang, termasuk saya tentunya; yang kaget saat membaca berita tentang sepupu pemain sepakbola Muslim Lassana Diarra yang tewas di kejadian bom di Paris.

Saya kemudian teringat kejadian saya bersama teman saya, sekitar beberapa waktu yang lalu disaat pemberitaan di Indonesia sedang ramai-ramainya oleh Satinah yang akan dihukum mati karena dituduh membunuh anak majikannya.

Saat itu saya hendak menyumbang; tak banyak, hanya sekitar 30 ribu mungkin, itu pun saya dapatkan dari uang

saku yang diberi oleh sekolah. Saya mengajak seorang teman, sebut saja namanya Budi.

Lalu saat saya sedang berjalan pulang dari sholat di masjid dan sedang membicarakan soal Satinah bersama Budi, ada seorang teman saya yang lain, sebut saja namanya Andi.

Andi lalu berkata kepada saya, “Buat apa sih nyumbang Satinah?”

“Dia kan emang bersalah tuh katanya ngebunuh anak majikannya sendiri”

“Mending duit banyak dikumpulin buat ngebangun jembatan dari Sumatra ke pulau Jawa tuh, biar gue pulang gak repot-repot lewat pelabuhan”

Saat itu saya tidak bisa banyak melawan karena saya tidak pintar ngomong. Beberapa hal yang saya tau dari perkataannya; dia sepertinya tidak tahu pajak buat apa dan bagaimana penerapannya sehingga jembatan dari Sumatra ke pulau Jawa yang membuat ia ‘kerepotan’ itu tak kunjung dibangun, ia tak tahu bahwa Satinah membunuh anak majikannya karena anak majikannya sendiri yang awalnya mengancam membunuhnya dan ia pun lalu menyerahkan dirinya sendiri ke polisi (atau ke kedutaan Indonesia, saya kurang ingat).

Tapi satu hal yang paling saya mengerti dari perkataannya; ia tidak tahu tentang harga sebuah nyawa dan mungkin ia tidak memikirkan bagaimana jika ibunya berada di posisi yang sama.

Ia pun akhirnya berhasil memengaruhi Budi, sehingga saya saat itu pergi ke tempat transfer uang

sendirian.

Tapi setidaknya ia tidak memengaruhi banyak rakyat Indonesia sehingga sumbangan ke rekening Migrant Care (organisasi yang saya sumbang saat itu) mencapai milyaran, yang akhirnya dipakai buat hal lain karena pemerintah Indonesia yang dipimpin presiden SBY saat itu akhirnya bersedia membayar

diyat untuk Satinah.

Lalu pada akhirnya, bagaimana tentang perbandingan satu nyawa dengan jutaan nyawa ini?

Ternyata, sekitar 1400 tahun yang lalu, jauh sebelum saya memikirkan ini, jauh sebelum Joseph Stalin mengungkapkan kata-katanya yang fenomenal, ayat Al-Qur’an telah turun menyinggungnya;

"... Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya...." (QS. al- Maidah: 32)

Maka akhirnya saya tau apa yang saya lakukan;

Bersyukur menjadi bagian orang yang berduka saat kejadian Satinah, berduka atas tragedi bom di Paris sekarang, dan akan terus berduka dengan tragedi Suriah dan Palestina yang tak kunjung selesai..

Dan mungkin ada tragedi-tragedi lain yang tidak sempat saya sebutkan disini.

Mari kita mulai coba memahami tentang harga sebuah nyawa.

 

------

 

Ilustrasi: Sports.orange.fr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun