(Meitantei Fatih, peserta no.82)
Dahulu kala, hiduplah banyak aneka ragam hewan di hutan belantara, salah satunya adalah Aci si kelinci.
Aci adalah kelinci yang gesit, jago berlari, ramah dan lembut hati.
Aci sedang memikirkan Raku si kura-kura.
Raku adalah kura-kura yang suka membaca, jika saudaranya yang lain hanya ke perpustakaan Kiti si kutu dan Worem si ulat seminggu sekali, Raku pergi kesana hampir setiap hari.
Tapi Raku adalah kura-kura yang pendiam dan kurang percaya diri saat diminta petuah-- secara turun temurun para kura-kura memang menjadi spesies yang dianggap bijak, mungkin karena umurnya yang rata-rata bisa mencapai ratusan tahun bahkan seribu tahun sehingga dipercaya paling berpengalaman.
Tapi disaat yang sama, hidup ratusan tahun bahkan seribu tahun hanya akan merepotkan Raku jika ia hidup menjadi kura-kura yang tidak percaya diri. Dalam waktu yang panjang itu ia akan bertemu bermacam-macam jenis hewan dengan segala perbedaan sifat dan wataknya, jika ia tidak percaya diri itu akan sangat merepotkannya.
Padahal menurut Aci, Raku lah yang paling pantas dalam memberikan petuah, seperti yang kita tahu tadi dia amat rajin membaca dibanding saudara-saudaranya yang jarang membaca justru kelewat percaya diri sehingga kadang petuah mereka membawa petaka.
***
“Hey, Raku! Kutantang kau untuk berlomba lari denganku!” Tantang Aci saat para hewan sedang berkumpul sore hari di lapangan rumput.
Hampir semua hewan langsung menolehkan perhatian mereka ke Aci dan Raku. Mereka kaget bukan hanya karena tantangan yang jelas-jelas tidak seimbang itu, tapi juga karena yang mereka tahu Aci adalah kelinci yang ramah.
Raku hanya diam.
“Kenapa diam, kau takut, pengecut!?”
“Hey, kau tidak usah sombong!” Sahut si Shika, seekor rusa jantan.
“Iya, jangan beraninya kau sama kura-kura yang larinya lamban!” sahut si Chitos, seekor cheetah.
Tapi akhirnya Raku menerima tantangan itu, walaupun dia dikenal tidak percaya diri tapi adalah sebuah pantangan di hutan yang dipimpin oleh Edan si singa yang tegas untuk menyerah ketika dipanggil pengecut meskipun nantinya akan kalah; atau gelar itu akan dilekatkan padanya seumur hidup.
Esok harinya di lapangan rumput yang sama, dengan Rabu si rubah sebagai wasit.
Aci langsung berlari begitu kencang sampai tak terlihat begitu peluit berbunyi.
Setelah memastikan kura-kura tertinggal jauh di belakang, kelinci berhenti dan beristirihat di salah satu pohon yang teduh.
“Sekarang dia harus memilih,” batinnya. “Apakah dia mau membangkitkan rasa percaya dirinya atau memilih dipanggil pengecut seumur hidup”
Aci tau bahwa jika Raku memutuskan menyerah maka itu hanya akan membuat dirinya semakin tidak percaya diri. Tapi inilah hal yang harus dilakukannya agar kura-kura nantinya benar-benar percaya diri. Seperti pedang bermata dua.
Tapi Aci lega saat melihat Raku mulai berlari (walaupun lebih seperti berjalan) dengan susah payah mendekatinya setelah beberapa saat, sambil pura-pura tidur ia melihat Raku yang ‘berlari’ melewatinya.
Saat Raku sudah mendekati garis finish, Aci pura-pura terbangun lalu mulai mengejar si Raku, tapi dia tahu bahwa pada akhirnya Raku lah yang akan menang; dan itulah yang terjadi.
Raku si kura-kura yang tidak percaya diri kemudian diangkat oleh hampir semua warga hutan.
“Hidup Rakuu!” Teriak salah satu hewan.
“Hidup Rakuuuu!” Sahut warga hutan lainnya dengan meriah.
Aci hanya memasang wajah pura-pura kesal, sambil dalam hatinya menghela nafas lega. Raku kali ini akan menjadi percaya diri setelah kejadian ini, batinnya.
***
Lalu saat malam hari, Aci melihat dengan sedih hutan di belakangnya.
Sudah tidak ada lagi tempat baginya disini.
Keluarganya pun sudah mengusirnya karena dianggap membuat malu nama keluarga.
Dia akhirnya berlari kencang meninggalkan hutan tempat tinggalnya dengan senyum tulus penuh kerelaan, sambil telinganya yang panjang bergoyang-goyang…
***
Semakin kamu banyak tahu, semakin kamu tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa. Itulah yang dia rasakan saat hari demi hari dia membaca puluhan bahkan ratusan buku di perpustakaan hutan dibandingkan kura-kura lainnya yang bahkan membaca satu buku memakan waktu berbulan-bulan.
Itulah yang membuatnya banyak memilih diam dan berkata tidak tahu tiap kali diminta diberi petuah oleh warga hutan.
Dari hasil banyak membacanya, dia tahu bahwa kebenaran itu kadang samar-samar, kadang kita tidak bisa melihat kebenaran dengan penilaian hitam dan putih.
Seperti saudaranya saat dengan percaya diri memberi petuah agar Acil si kancil dihukum dipenggal kaki-kakinya saat ketahuan mencuri timun warga hutan lainnya; padahal semua warga hutan tahu Acil si kancil berasal dari keluarga yang tidak berada.
Tapi justru mungkin karena inilah Aci si kelinci sampai rela bersandiwara dengan lomba lari itu agar mengangkat rasa percaya dirinya; walaupun Aci mungkin tidak tahu penyebabnya.
Dia tahu hal itu saat malam sebelumnya sedang menemani ibunya bertelur, saat melihat senyum tulus penuh kerelaan Aci si kelinci saat meninggalkan hutan bukannya wajah keangkuhan.
Raku si kura-kura merenung semalaman; membuat keputusan yang akan membuat kehidupan hutan belantara lebih baik untuk ratusan tahun kedepan..
Cerita mereka, oleh para warga hutan sampai di telinga seorang budak Yunani yang bisa berbicara dengan hewan, justru akhirnya tersebar turun temurun kepada manusia sebagai Kisah Kura-Kura dan Kelinci yang Sombong..
***
(Bukan bagian dari fabel, hanya pelengkap fakta)
- Kura-kura dan kelinci adalah hewan nokturnal, kebanyakan kura-kura hidup di malam hari saat berkembang biak, dan kelinci memakai pendengarannya untuk hidup di malam hari.
- Budak Yunani yang dimaksud adalah Aesop, budak seorang Yunani yang kaya yang diperkirakan lahir di Asia tahun 620 SM dan dipercaya banyak fabel-fabel yang terkenal sekarang berasal darinya.
- Kura-kura memang benar-benar hidup ratusan hingga seribu tahun.
- “Semakin kamu banyak tahu, semakin kamu tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa” adalah kata-kata Socrates, seorang filsuf Yunani.
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Kredit ilustrasi: Wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H