Pemikiran Toshihiko Izutsu mengenai konsep makna dasar dan relasional dalam era kontemporer membentuk pondasi yang mendalam dalam memahami inti dari filsafat dan linguistik. Izutsu, seorang pakar dalam studi Islam dan filsafat asal Jepang, mengintegrasikan gagasan dari dua belahan dunia, Timur dan Barat, untuk menganalisis secara rinci konsep makna dasar dan relasional dalam bahasa dan pemikiran.[1]
Pertama-tama, Izutsu menyoroti makna dasar sebagai fondasi dari struktur bahasa dan pemikiran.[2] Bagi beliau, setiap kata memiliki makna esensial yang menjadi landasan dalam komunikasi manusia.[3] Dalam konteks ini, dia menekankan bahwa pemahaman makna dasar memiliki peran kunci dalam merangkai inti budaya dan agama.
Selanjutnya, Izutsu memperkenalkan konsep relasional, yang menekankan hubungan antara berbagai konsep dan entitas dalam suatu sistem.[4] Bagi Izutsu, makna sebuah kata tidak dapat dipahami secara terpisah, melainkan harus dilihat dalam konteks hubungannya dengan konsep-konsep lain dalam bahasa atau pemikiran.[5]
Dalam era kontemporer, pemikiran Izutsu tetap relevan dan signifikan. Di tengah arus globalisasi, pemahaman akan makna dasar dan relasional semakin penting dalam menangkap kompleksitas budaya dan pemikiran manusia.[6] Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, pemahaman yang mendalam tentang bahasa dan makna menjadi krusial untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik antarbudaya.[7]
Lebih dari itu, di zaman di mana dialog antar agama dan antarbudaya semakin ditekankan, kontribusi Izutsu dalam memperdalam pemahaman tentang makna dasar dan relasional dalam berbagai tradisi agama dan budaya menjadi sangat berharga.[8] Pemikiran Izutsu mendorong kita untuk menemukan persamaan dan kesamaan di antara berbagai tradisi, yang pada gilirannya memungkinkan terbentuknya pemahaman yang lebih dalam serta perdamaian yang lebih luas.[9]
Dengan demikian, pemikiran Toshihiko Izutsu mengenai makna dasar dan relasional tidak hanya relevan dalam konteks historis, tetapi juga memberikan sumbangan berharga dalam memahami kompleksitas dunia kontemporer yang semakin terhubung. Melalui pemahaman yang lebih mendalam mengenai bahasa dan makna, kita dapat memperkuat kerja sama lintas budaya serta menciptakan dunia yang lebih toleran dan harmonis.
Daftar Pustaka
Solihu, A. K. H. (2009). Semantics of the Qur’anic weltanschauung: A critical analysis of toshihiko izutsu’s works. American Journal of Islam and Society, 26(4), 1-23.
Izutsu, T. (2002). Ethico-religious Concepts in the Qur_n (Vol. 1). McGill-Queen's Press-MQUP.
Abubakar, F. CONCEPT OF UMMAH IN THE AL-QUR’AN (ANALYSIS SEMANTICS OF TOSHIHIKO IZUTSU). Jurnal Hunafa: Studia Islamika, 17(2), 1-190.
Maisurah, R. K. (2022). Quranic Notion Of Human Presence On Toshihiku Izutsu Perspective. Rayah Al-Islam, 6(2), 319-329.
Izutsu, T. (1971). The basic structure of metaphysical thinking in Islam. Collected Papers on Islamic Philosophy and Mysticism, 39-72.
Nakamura, K. (2009). The significance of Toshihiko Izutsu’s legacy for comparative religion. Intellectual discourse, 17(2).
Harahap, R. R., Pujiati, P., & Zebua, A. M. (2020). The Meaning of Word “al-Nisa” in Toshihiko Izutsu’s Perspective of Semantic. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 12(1), 128-148.
Izutsu, T. (2009). The concept and reality of existence. The other press.
Mudakir, A., Darmawan, D., & Taufiq, W. (2022). The Meaning of Hawa in the Qur’an: A Semantic Analysis of the Perspective Toshihiko Izutsu. Jurnal Iman dan Spiritualitas Volume 2 Nomor 2 (2022), 155.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H