Mohon tunggu...
FANTILUMTUNANI QUMAIRA
FANTILUMTUNANI QUMAIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender dalam Pembangunan

12 November 2024   03:47 Diperbarui: 12 November 2024   04:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesetaraan Gender dalam Pembangunan

Masih banyak orang yang belum bisa memahami perbedaan yang jelas antara istilah "jenis kelamin" dan "gender," sehingga keduanya sering kali dianggap memiliki makna yang sama. Padahal, anggapan tersebut kurang tepat karena kedua istilah ini memiliki definisi yang sangat berbeda.

Jenis kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara pria dan wanita yang bersifat alami dan merupakan ketentuan dari Tuhan. Sementara itu, gender lebih merujuk pada peran, perilaku, serta harapan yang dibentuk oleh masyarakat terhadap individu berdasarkan jenis kelaminnya. Ada pula perbedaan yang muncul karena konstruksi sosial, seperti tidak setaranya gender, yang tercipta akibat pandangan keliru mengenai perbedaan yang alami dan yang terbentuk secara sosial. Misalnya, peran dan fungsi yang dianggap "tepat" bagi laki-laki dan perempuan sering kali tidak alami, melainkan hasil dari sosialisasi di berbagai institusi seperti keluarga, pendidikan, agama, budaya, dan adat. Pemahaman tentang gender ini terus berkembang dalam masyarakat dan menentukan bagaimana perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan dipandang serta dipraktikkan.

Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki perbedaan, dalam pandangan masyarakat, apabila ada pertukaran peran antara satu individu dengan yang lain, terutama dalam hal peran gender, maka hal tersebut dianggap sebagai tantangan terhadap kodrat alami sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, yang sangat tidak diperbolehkan. Misalnya, jika ada pertukaran peran antara laki-laki dan perempuan, masyarakat sering kali tidak dapat menerimanya dan bahkan memberikan stigma negatif. Sebagai contoh, seorang laki-laki yang menunjukkan sifat feminin mungkin akan diberi label negatif seperti "banci." Sebaliknya, jika seorang perempuan memiliki sifat atau perilaku yang mirip dengan laki-laki, masyarakat mungkin akan memberinya label sebagai "tomboy"

Perbedaan lain yang bersifat biologis dan kodrati yang harus diterima sejak lahir adalah bahwa laki-laki dan perempuan memiliki ciri-ciri fisik yang khas. Laki-laki dilahirkan dengan penis, dan ketika dewasa suaranya akan berubah, serta kemungkinan tumbuh kumis atau jenggot. Sementara itu, perempuan dilahirkan dengan vagina, memiliki payudara, dan mengalami menstruasi saat dewasa, yang menandakan kesiapan tubuhnya untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, laki-laki menghasilkan sperma, sementara perempuan memiliki indung telur yang siap dibuahi oleh sperma laki-laki. Dengan demikian, antara laki-laki dan perempuan terdapat hubungan ketergantungan alami yang menunjukkan bahwa mereka saling membutuhkan. Semua ini merupakan bagian dari kodrat alam yang tidak dapat diingkari.

Keterkaitan Antara Gender dan Pembangunan

Jika dipikirkan lebih mendalam, keterkaitan antara gender dan pembangunan sering kali terasa kompleks dan membingungkan. Padahal, apa pun konsep pembangunan yang diterapkan, hasilnya pasti akan berdampak langsung pada kehidupan, baik bagi laki-laki, perempuan, maupun keduanya secara bersama. Dampak ini bisa berupa perubahan dalam akses terhadap sumber daya, kesempatan kerja, pendidikan, kesehatan, hingga posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan tentang hubungan gender dengan pembangunan bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata atau disikapi dengan keraguan.

Isu gender bukan hanya soal kesetaraan, tetapi juga menyangkut keadilan dalam struktur sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Persoalan ini menuntut agar hak dan kesempatan diberikan secara adil bagi kedua belah pihak, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal atau terpinggirkan. Dalam proses ini, keseimbangan peran, status, dan nilai-nilai mendasar dari kedua jenis kelamin perlu diwujudkan secara nyata, baik di ruang publik maupun privat. Hal ini penting karena setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki peran dan fungsi yang saling melengkapi dalam kehidupan sosial.

Di sisi lain, pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi di masyarakat, di mana transformasi sosial, ekonomi, dan budaya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan berusaha mengubah kondisi masyarakat dari keadaan yang dianggap kurang memadai menuju ke arah yang lebih sejahtera, stabil, dan berdaya saing tinggi. Proses pembangunan ini sering diartikan sebagai upaya untuk mengurangi ketimpangan, mengentaskan kemiskinan, dan memberantas keterbelakangan yang sering kali terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Oleh sebab itu, terdapat korelasi yang sangat erat antara gender dan pembangunan. Keduanya memiliki hubungan timbal balik yang saling memengaruhi, tanpa kesetaraan gender, hasil pembangunan cenderung tidak merata, dan sebaliknya, pembangunan yang tidak mempertimbangkan isu gender dapat memperdalam ketidakadilan. Dengan kata lain, keberhasilan pembangunan juga sangat ditentukan oleh bagaimana keseimbangan peran gender diperhatikan. Ketika pembangunan direncanakan dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keadilan gender, hasilnya akan lebih inklusif, memberikan manfaat yang adil, serta berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Pembangunan

Kesetaraan gender adalah kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Ketika perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga ekonomi, maka potensi penuh suatu bangsa dapat terwujud. Kesetaraan gender adalah fondasi kuat bagi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. 

Ketika perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga ekonomi, maka potensi penuh suatu bangsa dapat terwujud. Dengan melibatkan perempuan secara aktif dalam pembangunan, tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan. Selain itu, kesetaraan gender berkontribusi pada pengurangan kemiskinan, peningkatan kesehatan masyarakat, dan terciptanya masyarakat yang lebih damai dan stabil. Kesetaraan gender bukan sekadar slogan, melainkan fondasi kokoh bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Ketika perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, peluang, dan pengambilan keputusan, maka potensi penuh suatu bangsa dapat digali.

Hambatan dalam Mencapai Kesetaraan Gender

Dalam mewujudkan kesetaraan gender tentu terdapat hambatan yang merujuk pada berbagai faktor atau kondisi yang menghalangi atau mengganggu terwujudnya keadaan di mana laki-laki dan perempuan mendapatkan hak, peluang, dan perlakuan yang setara dalam seluruh dimensi kehidupan. 

Usaha untuk mencapai kesetaraan gender adalah proses yang memakan waktu lama dan penuh dengan tantangan. Meski telah ada perkembangan yang berarti dalam beberapa dekade terakhir, ketidaksetaraan gender masih menjadi isu global yang rumit untuk diselesaikan. Penyebab utama dari masalah ini ada di berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari struktur sosial, nilai-nilai budaya, hingga aspek ekonomi dan politik. Secara keseluruhan, mencapai kesetaraan gender membutuhkan perubahan mendasar dalam berbagai aspek masyarakat agar semua individu, tanpa memandang gender, memiliki peluang yang sama dan diperlakukan secara adil. 

Salah satu hambatan dalam mencapai kesetaraan gender : 

1.Norma Sosial dan Budaya yang Membatasi

Salah satu hambatan utama dalam mencapai kesetaraan gender adalah adanya norma sosial dan budaya yang sudah mengakar kuat dalam masyarakat. Pandangan tradisional yang membatasi peran perempuan dan laki-laki sering kali menghalangi terciptanya kesetaraan. Stereotipe gender yang sudah lama ada, seperti anggapan bahwa perempuan seharusnya fokus pada pekerjaan rumah tangga dan laki-laki lebih cocok untuk berkarier di luar rumah, masih sulit

2.Ketimpangan Ekonomi

Perbedaan ekonomi antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu faktor utama yang menghambat tercapainya kesetaraan gender. Perempuan sering kali menerima upah yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki meskipun mereka melakukan pekerjaan yang sama dan memiliki kualifikasi yang setara. Selain itu, perempuan lebih sering bekerja di sektor informal yang tidak memiliki jaminan sosial yang memadai, seperti perlindungan asuransi atau pensiun, sehingga mereka lebih rentan secara finansial. Kondisi ini menjadikan perempuan lebih berisiko jatuh ke dalam kemiskinan, serta meningkatkan ketergantungan mereka pada orang lain atau pasangan, yang pada akhirnya memperkuat ketidaksetaraan gender di berbagai aspek kehidupan.

Upaya Mewujudkan Kesetaraan Gender 

Upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender ini sangat penting karena setiap individu, terlepas dari jenis kelaminnya, berhak atas kehidupan yang setara dan bermartabat. Upaya untuk mencapai kesetaraan gender melibatkan berbagai pihak, mulai dari individu, komunitas, hingga pemerintah. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan:

1.Pendidikan dan Kesadaran : Pendidikan menjadi faktor utama dalam mengubah pola pikir dan sikap masyarakat. Melalui pendidikan, kita bisa menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender sejak dini. Di samping itu, kampanye kesadaran secara luas juga sangat dibutuhkan untuk mengubah pandangan masyarakat yang masih didominasi patriarki.

2.Kebijakan Publik yang Inklusif : Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kesetaraan gender. Kebijakan yang berorientasi pada kesetaraan gender, seperti kuota perempuan di lembaga legislatif, anggaran yang responsif gender, dan perlindungan hukum bagi korban kekerasan berbasis gender, adalah langkah-langkah penting untuk mencapainya.

3.Mengubah Norma Sosial: Norma-norma sosial yang masih diskriminatif terhadap perempuan harus diubah. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya, seperti kampanye di media, dialog lintas budaya, dan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat.

4.Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan: Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Untuk mengatasinya, diperlukan upaya pencegahan yang menyeluruh, termasuk edukasi tentang kekerasan, layanan dukungan bagi korban, dan penegakan hukum yang tegas.

Kesimpulan 

Kesetaraan gender berarti memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek, seperti akses ke sumber daya ekonomi, pendidikan, dan pengambilan keputusan. Hal ini sangat penting dalam pembangunan karena, dengan keterlibatan yang adil dari kedua belah pihak, masyarakat dapat mencapai hasil yang lebih optimal dan adil. Keberlanjutan dan inklusivitas dalam pembangunan akan tercapai jika setiap orang memiliki kesempatan untuk berkontribusi sesuai kemampuan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun