Mohon tunggu...
Sosbud

Konsep Opening & Closing SDIT Taqiyya Rosyida Kartasura

7 Mei 2017   18:52 Diperbarui: 7 Mei 2017   19:35 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Fantika Febry Puspitasari

(Mahasiswa Pascasarjana IAIN Surakarta, Prodi Manajemen Pendidikan Islam)

Menyampaikan ilmu, pengetahuan dan pembiasaan pada siswa memerlukan kesabaran, keistiqomah, dan kondisi siswa yang ‘siap’. Program opening dan closing ini dirancang sebagai penetralisir kondisi psikis siswa ketika sampai dan meninggalkan sekolah. Siswa biasa membawa permsalahan dari rumah, perihal ketidakpuasan terhadap orang tua di rumah, sulit dibangunkan, dan lain sebagainya. 

Program opening berupaya untuk menyaring permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengembalikan semangat siswa sebelum memulai menyerap ilmu dan segala kegiatan yang berlangsung di sekolah. Dalam berkomunikasi, untuk memperoleh hasil yang optimal perlu adanya kesiapan dari setiap unsur komunikator. jika ditemui kondisi di mana emosi salah satu pihak berada pada gelombang beta, maka harus diturunkan pada gelombang alfa sehingga penyerapan komunikasi lebih optimal.

Pelaksanaan proses Opening:

  • Berbaris, ikrar syahadat, yel-yel

Berbaris merupakan upaya mengajarkan kedisplinan dan keteraturan pada anak. Kedispilinan dan keteraturan merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak sejak dini. Kebiasaan hidup teratur di sekolah mampu merangsang kebiasaan anak untuk hidup teratur di sekolah, dimulai dari hal kecil seperti melepas baju, sepatu dan tas pada tempatnya. Mengapa kedisiplinan menjadi salah satu prioritas? Karena disiplin merupakan karakter yang membentuk siswa untuk hidup teratur. Hal ini menjadi permulaan kesadaran agar kemudian mereka terbiasa untuk tidak melanggar hak orang lain dan siap terhadap konsekuensi jika terjadi pelanggaran yang dilakukan.

Syahadat merupakan rukun islam pertama. Mengapa syahadat menjadi ikrar di awal pembelajaran? Hal ini bertujuan untuk membiasakan siswa memulai segala sesuatu dengan hal yang prinsip. Syahadat merupakan dasar beragama seorang muslim, di mana letak hakikat keimanan ada padanya. Bermula dengan ikrar lisan, anak diberikan penanaman nilai-nilai keimanan dalam proses aktivitas sejak pembelajaran hingga non pembelajaran. 

Suryadi (2012: 96) menjelaskan bahwa penyebab utama terjadinya krisis moral dan karakter di kalangan peserta didik, lulusan, pendidik, bahkan pengelola pendidikan adalah terjadinya pemisahan secara tegas antara pendidikan intelektual dan pendidikan nilai. Maka syahadat yang menjadi dasar utama nilai islam menjadi hal yang sangat penting untuk ditekankan dan senantiasakan diinternalisasikan pada siswa.

Yel-yel berfungsi sebagai motivasi siswa. Motivasi sseseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri –intrinsik- dan dari lingkungan -ekstrinsik- (Elliott, et al., 2000; Sue Howard, 1999). Pada kondisi psikis anak pada tahap usia SD, mereka belum memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk memotivasi diri sendiri sehingga perlu dorongan dari luar untuk mengembalikan motivasi dan semangat diri.

 Secara psikis, siswa Sekolah Dasar cenderung tertarik dengan lagu-lagu yang membawa nuansa semangat. Dengan panduan guru, yel-yel dinyanyikan dengan penuh semangat sehingga memungkinkan siswa melupakan permasalahan yang dibawa dari rumah. Dengan mengembalikan motivasi dan semangat siswa, maka siswa sudah siap menerima pembelajaran.

  • Sholat dhuha berjamaah

Konsep sholat dhuha berjamaah ini bertujuan untuk memberikan ghirahdan kecintaan mereka terhadap sholat sunnah. Pelaksanaan dengan teknis bersama-sama dengan pembacaan secara jahr mampu menambah semangat siswa dalam melaksanakan ibadah sholat, dan tentu lebih terpantau dari segi bacaan dan gerakan. Setelah pelaksanaan sholat dhuha, guru senantiasa memberikan motivasi dalam tertib beribadah dan terkait fenomena actual yang dapat dipetik hikmahnya dengan penyampaian metode sebab akibat yang membuat siswa berpikir untuk memilih pilihan terbaik dari sikap yang dipaparkan dari kisah tersebut.

  • Kegiatan kelas meliputi (asmaul husna, muroja’ah, tahfizh, pembacaan kisah inspiratif, motivasi sedekah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun