Suara tangisan seorang wanita membuyarkan lamunan lelaki paruh baya yang duduk beralas pasir sembari menunggui jorannya dimangsa ikan. Malam belum begitu larut, senja baru saja tenggelam dari balik punggungnya. Tapi suasana terasa mencekam manakala lelaki itu menyadari bahwa dialah satu-satunya yang berada di pantai itu. Tak ada orang lain. Pun rumah penduduk terdekat masih ratusan meter dari tempatnya duduk memancing. Suara itu – masih tanpa rupa, timbul tenggelam bersama ombak yang berlomba ke tepian sudah membuat bulu kuduknya meremang…
Cerita tentang tangisan misterius ini menyebar dari mulut ke mulut diantara penduduk Desa Tulikup, Kabupaten Gianyar, sebuah wilayah dimana Pantai Siyut berada. Beberapa warga menuturkan suara tangisan itu konon berasal dari roh korban G30 S/PKI yang dibantai dengan sadis dan dibuang di pantai itu. Bisa jadi inilah yang menyebabkan Pantai Siyut begitu lengang dan sepi pengunjung kecuali beberapa nelayan atau penduduk sekitar yang datang sekedar melepaskan penat dengan memancing.
[caption id="attachment_331627" align="aligncenter" width="600" caption="Sepasang Mrajan yang dipakai untuk menghaturkan persembahan"][/caption]
Di siang hari saja suasana di pantai Siyut seperti tanpa kehidupan berarti. Kalaupun terlihat pemukiman penduduk letaknya di desa tetangga yang dipisahkan dengan sungai. Ada sepasang Mrajan (pura) berdiri di sisi kiri pantai, persis di tepi bantaran sungai. Mrajan ini dipakai penduduk setempat untuk menghaturkan persembahan pada ritual tertentu seperti Mebayuh atau Melukat (penyucian diri). Tak jauh dari Mrajan sebuah perahu nelayan berusaha tetap berdiri tegak sementara gubuk di sebelahnya sudah setengah reot melawan angin yang berhembus kencang.
[caption id="attachment_331629" align="aligncenter" width="600" caption="Muara sungai dengan bantaran yang terkikis ombak"]
Sebuah gubuk lain berada diujung jalan beraspal yang menjadi jalan masuk ke pantai Siyut. Bangunan terlantar berdinding triplek ini sepertinya bekas warung terlihat dari sepasang kursi kayu panjang dengan meja yang sudah agak lapuk teronggok di bagian terasnya.
Meskipun berbalut cerita misteri, pantai Siyut memiliki pesonanya sendiri dengan pasir hitam halus dan berkilau setiap kali tertimpa cahaya. Dan kecuali memiliki keahlian seorang perenang handal, jangan coba-coba berenang tanpa pengawasan karena deru ombaknya begitu kencang sehingga bisa menyeret apapun masuk ke laut. Bantaran sungai yang memisahkan pantai ini dengan desa tetangganya bahkan sampai tergerus ganasnya ombak pantai Siyut. Namun demikian tetap tak menyurutkan niat nelayan pergi melaut sebab ikan disini konon besar-besar dan mudah didapat.
[caption id="attachment_331631" align="aligncenter" width="600" caption="Karena kencangnya ombak di pantai Siyut, tidak disarankan berenang tanpa pengawasan"]
Hamparan sawah di kedua sisi jalan masuknya menambah pesona lain pantai Siyut. Jalan masuk sejauh 500 meter ini sudah beraspal dan berada sekitar 20 menit dari pantai Sanur. Atau lebih mudahnya pakai patokan pantai Lebih yang sudah terkenal dengan kuliner khas Bali sate languan yang murah meriah. Kalau dari arah Denpasar, pantai Siyut letaknya di persimpangan berikutnya setelah melewati pantai Lebih ini. Anda tak akan terlewat sebab ada penunjuk arah cukup besar berada di kiri jalan.
[caption id="attachment_331632" align="aligncenter" width="600" caption="Tak jauh dari pantai Siyut ada pantai Lebih yang menawarkan kuliner khas murah meriah"]
Video Pantai Siyut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H