Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melawan Agnez Mo, Bruno Mars, dan Charlie Puth demi Anak

2 Januari 2016   11:04 Diperbarui: 2 Januari 2016   13:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membesarkan anak-anak masa kini memanglah kompleks. Membandingkan masa sekarang dengan masa saya dulu sebagai kanak-kanak bagaikan langit dan bumi. Ketika ada perlombaan menyanyi kanak-kanak dulu, maka lagu wajib atau pilihan pastilah lagu nasional dan lagu-lagu Ibu Sud, Pak Kasur atau A.T. Mahmud. Sekarang bocah-bocah ingusan dengan penuh penghayatan bisa berlomba di televisi menyanyikan lagu-lagu asmara dari Afghan hingga lagu Ahmad Dhani.

"Clash of generation" antara saya dengan putri kami tidak hanya tentang Agnez Mo saja. Kesukaannya pada lagu-lagu orang dewasa tidak bisa saya bendung. Meskipun saya mengarahkannya untuk menekuni musik klasik dan belajar piano untuk sertifikat ABRSM, tetapi dia lebih sering menyenandungkan lagu-lagu pop dari One Direction, Maroon 5 dan entah siapa lagi yang tak saya kenal. Melarang secara frontal untuk mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu yang tak cocok untuk usianya akan sia-sia. Pergaulannya di sekolah, di tempat les atau di lingkungan sosial selalu membuatnya terpapar dengan "dunia modern" yang membuat anak-anak dewasa sebelum waktunya.

Alih-alih meng'haram'kan semua lagu pop dewasa, saya membiarkannya untuk menyanyikan dan memainkan di piano lagu-lagu yang saya nilai masih bisa ditoleransi. Namun, memilah mana yang pantas dan tidak tidaklah mudah juga. Beberapa waktu lalu dia sempat mempelajari lagu "Lazy Song" dari Bruno Mars. Karena keterbatasan bahasa, mungkin hanya bait awal yang bisa dia ikuti. Ketika saya search di Google, saya mengetahui ada lirik tak senonoh dalam lagu itu.

Tomorrow I'll wake up, do some P90X
Meet a really nice girl, have some really nice sex
And she's gonna scream out: 'This is Great'
(Oh my God, this is great!)

Sejak itu saya menghapus lagu itu di ponsel saya dan ponsel ibunya yang kadang-kadang dia pinjam untuk menyimpan dan mendengarkan lagu. Saya juga melarangnya untuk memainkan lagu tersebut di piano.

Tidak hanya ekspresi seksual yang eksplisit dalam karya seni yang harus dijauhkan dari anak-anak. Setelah sempat kecolongan dengan lagu "Lazy Song", sekitar dua bulan lalu saya kecolongan lagi dengan sebuah lagu riang yang sering dimainkan putri kami di piano. Mungkin karena hearing-nya bagus, seringkali putri kami memainkan lagu tanpa bantuan music sheet, dan karena saya sering "kudet" (kurang update), saya tak tahu lagu apa yang dimainkannya itu. Baru ketika dia bertanya "siapa Marvin Gaye", saya buru-buru mencari bantuan Paman Google dan tahu bahwa lagu yang dimainkannya adalah "Marvin Gaye" dari Charlie Puth. Memeriksa latar belakang lagu tersebut yang ternyata sangat terkait dengan perilaku seksual dan dipertegas lagi dengan salah satu baitnya, saya akhirnya memasukkan lagu tersebut ke 'black list'.

We got this king size to ourselves
Don't have to share with no one else
Don't keep your secrets to yourself
It's kamasutra show and tell

Kita mungkin tak bisa melarang Agnze Mo membiarkan mata fansnya menjilati lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, tak bisa melarang Bruno Mars memberikan permainan seks yang hebat hingga perempuan yang baru dikenalnya menjerit-jerit orgasme, tak juga bisa melarang Charlie Puth dan Meghan Trainor menyebarkan ajaran 'sexual healing' dan menikmati berbagai posisi kamasutra di ranjang mereka yang besar.

Membekali anak-anak dengan ajaran agama dan pendidikan budi pekerti seringkali disebutkan sebagai cara yang dapat menghindarkan anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan sosial mereka saat ini. Tapi, tampaknya itu tidak cukup. Para orang-tua harus secara aktif melawan arus yang sedang melindas generasi muda, kalau kita menganggap bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh para pesohor itu bukan nilai-nilai yang kita inginkan bagi generasi masa depan kita. Bagaimana caranya ? Itu menjadi pertanyaan saya juga.

----
Sumber :
http://seleb.tempo.co/read/news/2015/11/26/219722602/foto-hot-bikini-agnez-mo-bikin-tegang-netizen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun