Manakala DPR yang biasanya berseberangan dengan Pemerintah menyetujui usul pergantian Kapolri dari Sutarman kepada Budi Gunawan, maka Jokowi dihadapkan pada dilema. Mengangkat Budi Gunawan sebagai Kapolri, berarti Jokowi melawan kehendak pendukungnya dan secara nyata meninggalkan komitmen semula. Membatalkan pengangkatan Budi Gunawan, berarti melawan DPR yang sudah meng-approve permintaan Presiden. Pilihan kedua konon akan dibalas oleh DPR dengan interpelasi dan - kata mereka yang sok pintar - bisa berujung pada impeachment.
Keputusan yang rumit. Apa yang akan dilakukan Jokowi? Bakal 'habis'kah Jokowi dimangsa serigala Senayan? Bakal sendirikah Jokowi ditinggal para pendukungnya, dan selanjutnya - tetap saja kelak - akan dimangsa serigala yang sama?
Ternyata Jokowi muncul di televisi pada tanggal 16 Januari 2015 malam dan menyampaikan solusi di luar pilihan yang selama ini disodorkan kepadanya. Beliau menerima keputusan DPR yang telah menyetujui pemberhentian Sutarman dan pengangkatan Budi Gunawan. Namun, karena Budi Gunawan sedang menghadapi masalah hukum terkait dugaan tindak pidana korupsi, maka pelantikannya ditunda. Sementara itu, Sutarman yang sudah diberhentikan digantikan oleh Wakil Kapolri Badrodin Haiti.
Tadinya, dengan logika saya yang terbatas, skenario mirip seperti ini memang mungkin terjadi, yaitu penundaan pengangkatan Budi Gunawan dan tetap menjadikan Sutarman sebagai Kapolri. Namun, itu akan melawan DPR yang sudah menyetujui juga pemberhentian Sutarman. Pemberhentian Sutarman menjadi sah dan sesuai Undang-undang karena telah juga disetujui oleh DPR pada saat DPR menyetujui pergantian Kapolri dari Sutarman kepada Budi Gunawan.
Pengangkatan Haiti sebagai Kapolri memenuhi janji istana kepresidenan sebelumnya bahwa Indonesia akan segera memiliki Kapolri baru, meskipun masih merupakan pelaksana tugas. Bagaimana pun juga, Jokowi sekarang memiliki Kapolri yang diangkatnya sendiri, bukan pilihan dan lungsuran dari pemerintahan sebelumnya. Solusi sementara ini membuat situasi politik menjadi adem - meskipun mungkin untuk sementara waktu. Namun, waktu akan berpihak pada Jokowi.
"Eh, Jokowi ternyata Jokowi pintar juga, ya," begitu batin saya yang sempat meragukan kemampuan sang presiden.
Semoga beliau bisa pintar seperti ini terus dan jangan sering-sering buat blunder.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H